Anak-anak ini merupakan anak Suku Dayak
penghuni hutan Kalimantan. Selama satu tahun saya diberi kesempatan untuk
belajar dengan mereka tentang banyak hal.
Desa
Sidai Kecamatan Ledo Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat, merupakan tempat
tinggal meraka yang juga tempat tinggal saya selama satu tahun pengabdian. Desa
ini dihuni oleh Suku Dayak Bekati. Membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam untuk
sampai ke desa ini bila dijangkau dari kota kecamatan. Medan jalan pegunungan yang
berupa tanah merah ketika hujan berubah menjadi lumpur, sehingga sulit untuk
dilalui merupakan penyebab lamanya perjalanaan. Sehingga desa ini belum ada listrik PLN,
bahkan air bersih pun belum menjangkau desa ini. Penerangan ketika malam adalah
pelita dan lampu surya pembagian dari pemerintah. Kegiatan MCK (mandi cuci
kakus) dilakukan di sungai terdekat. Suatu kebahagian jika hujan datang karena
mereka tidak perlu jauh-jauh mengambil air untuk memasak. Bila hujan tidak
turun, maka mereka harus mengambil air di sungai bagian atas di mana tidak
digunakan untuk mandi ataupun cuci.
Anak-anak inilah yang bertugas
mengambil air setiap harinya. Karena orang tua mereka pagi-pagi sudah pergi
menoreh getah karet, ataupun pergi ke hutan untuk meladang dan berkebun.
Mengambil air, meraka lakukan sepulang sekolah. Mencuci piring kotor, mencari
kayu bakar di hutan, mencari rebung, pakis, ataupun menjala ikan di sungai
sudah biasa mereka lakukan, bahkan anak-anak yang duduk di kelas 4 sudah mampu
menoreh getah karet dan ada yang mampu memasak makanan sendiri jika orang tua
meraka bermalam di ladang. Waktu untuk bermain mereka lakukan ketika mereka
sudah selesai mengambil air dan mencuci piring kotor, atau bermain sembari
mencari kayu bakar, rebung ataupun pakis. Terkadang sepulang sekolah mereka
mengajak saya untuk pergi mencari rebung atau pakis. Bermain dengan mereka pun
juga sering saya lakukan ketika sedang di sungai.
Tanpa
sadar mereka mengajarkan saya kemandirian. Karena, mereka yang seharusnya masih
bermanja-manjaan dengan orang tua dan banyak bermain tanpa memikirkan tentang
mengangkut air atau mencuci piring kotor, diharuskan untuk melakukan segala hal
secara mandiri. Mereka juga mengajarkan saya bagaimana cara menikmati alam
dengan cara yang menyenangkan dan bermanfaat, tanpa harus menghabisakan banyak
uang tentunya. Bahasa daerah Suku Dayak Bekati pun mereka ajarkan pada saya.
“Terima
kasih anakku, terima kasih atas semuanya. Pelajaran berharga yang telah kalian
ajarkan akan selalu ibu kenang”
(oleh Eka Kusumawardani, S.Pd.)
No comments:
Post a Comment