Monday, May 6, 2019

Naik Apa ke Sekolah ?


“Kendaraan apa yang kalian gunakan untuk pergi dan pulang sekolah?”
            Jika mendengar pertanyaan demikian, sudah pasti anak-anak di luar sana, mereka yang tinggal dan bersekolah di kota-kota besar akan menjawab: “naik sepeda motor bu, naik mobil bu, naik bis bu”, dan semua kewajaran lain yang sudah umum di daerah perkotaan. Lalu bagaimana jawaban anak-anak kami di sini, di sebuah daerah yang katanya masuk ke dalam kategori kawasan 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) Indonesia: “kami naik mobil bu!”, tapi jangan kalian kira itu adalah mobil yang mulus, bagus, dan ber-ac pula, mobil yang mereka maksud adalah kendaraan dam truk pengangkutan kelapa sawit. Itu pun kalau ada, jika tidak maka terpaksa mereka berjalan kaki sepanjang puluhan kilometer untuk bisa sampai di sekolah. Daerah tersebut tepatnya bernama Dusun Kalon, Desa Senangak, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Alamat daerah yang begitu panjang jika dituliskan secara lengkap. Daerah yang kemudian menjadi salah satu sasaran penempatan bagi kami, guru-guru SM-3T yang mengabdikan diri sebagai guru di daerah 3T Indonesia di bawah naungan Kemendikbud dan LPTK UNY.
Text Box: Gambar 1. Siswi sedang menunggu dam truk           
Text Box: Gambar 2. Siswa-siswi penuh senyum ceria

Berbicara soal kendaraan, pernahkah kalian terpikir menggunakan alat transportasi seperti ini untuk berangkat ke sekolah?. Mungkin tidak, bahkan mungkin tidak pernah ada keinginan untuk menaikinya. Tapi anak-anak kami di sini, siswa-siswi SMP Negeri 7 Seluas setiap hari menggunakannya. Sebagai salah satu SMP Negeri di Kecamatan Seluas, SMP Negeri 7 ini merupakan salah satu sekolah yang letaknya jauh di dalam, ditambah lagi berada dalam kawasan perkebunan kelapa sawit, dengan akses jalan tanah merah berbatu menjadi penyebab sulitnya akses transportasi di kawsan ini. Sulitnya jalan untuk dijangkau dengan kendaraan motor atau mobil biasa, membuat penduduk yang mayoritas adalah penduduk asli desa setempat dan bekerja sebagai buruh perkebunan lebih banyak memanfaatkan kendaraan dam truk untuk mobilitas mereka. Tidak semua warga memiliki kendaraan pribadi juga menjadi penyebab lainnya, selain itu pertimbangan jarak yang jauh, membuat anak sekolah, guru, dan para pekerja kebun lebih sering memanfaatkan kendaraan dam truk  ini untuk pergi dan pulang beraktifitas.
  



          Menjadi hal yang wajar bagi mereka, sengatan sinar matahari, debu yang beterbangan, hempasan badan ke kanan-kiri dan terkadang sampai terbentur badan dam truk, bahkan ketika hujan mau tidak mau mereka basah kuyup, karena mobil ini umumnya memang didesain tanpa penutup atap. Pernahkah kalian semua terpikir untuk berada dalam kondisi seperti ini?, atau pernahkah merasakan yang seperti ini?. Mayoritas kendaraan di kota-kota besar tentu sudah lebih baik dan lebih bagus dari apa yang ada di daerah, khususnya daerah 3T. Namun, satu hal yang begitu luar biasa dari mereka semua, terutama siswa-siswi SMP Negeri 7 Seluas. Meskipun sepanjang hari harus pergi dan pulang sekolah dengan kendaraan semacam itu, semangat mereka tidak pernah luntur, wajah mereka tetap tersenyum cerah meski panas matahari dan debu jalanan terus menerpa sepanjang perjalanan. Perjuangan mereka untuk dapat bersekolah begitu luar biasa. Tepat sebelum jam masuk sekolah yang dijadwalkan pada 07.00, mereka sudah sampai di sekolah, terkadang lelah sudah lebih dulu menemui mereka, dan pada saat inilah sebagai guru kami berupaya mencari beragam cara agar mereka tersenyum dan hilang lelah. Menyambut mereka di depan sekolah, menjabat tangan mereka, dan memberikan senyuman adalah satu langkah kecil kami agar lelah mereka terhapus dan diganti dengan semangat untuk memulai belajar di kelas.
            Kendaraan nampaknya memang hal yang sepele, namun bisa menjadi salah satu bukti nyata bahwa ketimpangan sosial masih jelas terasa di negeri ini. 3T dengan akses jalan dan fasilitas transportasinya yang masih jauh dari kata layak, tentu tidak sebanding jika harus disandingkan dengan kota-kota besar dengan akses jalan dan fasilitas transportasi yang apik. Ini adalah potret nyata kehidupan di pedalaman Indonesia, sebuah daerah yang masuk dalam kategori 3T, saksi bisu pembangunan yang belum merata.(oleh Diyah Puspita Rini, S.Pd.)


No comments:

Post a Comment

Merdeka Belajar

 Merdeka Belajar Kebebasan setiap individu atas hak-haknya tanpa melanggar atau mengambil hak kebebasan individu lain-Ki HadjarDewantara Leb...