Wednesday, February 6, 2019

Sayapun Belajar dari Mereka

Seseorang pernah mengatakan bahwa setiap manusia akan dipertemukan dengan sesuatu yang menjadi jodohnya dan akan mendapatkan suatu pelajaran yang berharga pula dari jodoh tersebut. Jodoh bukan hanya perkara pasangan, bisa juga keluarga, teman, sahabat, lingkungan, situasi, bahkan masalah sekalipun. Dan saya rasa, saya setuju dengan pendapat itu.
            Berawal dari ketertarikan saya mengikuti program SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), saya mengikuti berbagai tahapan seleksi, dan akhirnya saya lolos, ditempatkan di salah satu kabupaten yang berada di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Program SM-3T ini merupakan suatu program pengabdian sarjana pendidikan untuk berpartisipasi dalam mengatasi permasalahan penyelenggaraan pendidikan, khususnya keterbatasan tenaga pendidik, percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T selama satu tahun sebagai penyiapan pendidik profesional yang akan dilanjutkan dengan program Pendidikan Profesi Guru (PPG).  
            Banyak daerah yang menjadi sasaran penempatan SM-3T dan Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat adalah jodoh saya. Lebih tepatnya SMA N 2 Siding yang terletak di Desa Siding, Kecamatan Siding. Kecamatan Siding sebagai salah satu kecamatan yang berbatasan darat secara langsung dengan Negara Malaysia tentu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, baik daerah maupun pusat. Hal ini dapat saya lihat sejak awal kedatangan saya. Pembangunan akses transportasi (jalan kabupaten dan jalan negara) yang terus digalakan, banyaknya pendatang yang ditugaskan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tentara Nasional Indonesia yang bertugas menjaga lintas batas, Tentara Nasional Indonesia yang bertugas membantu pembangunan jalan, Nusantara Sehat yang membantu pelayanan kesehatan, dan SM-3T yang membantu proses pelaksanaan pendidikan.
            Keterbukaan warga masyarakat menerima kedatangan kami, para pendatang, mencerminkan tingginya toleransi akan keberagaman yang dimiliki. Masyarakat Suku Dayak dengan mayoritas agama kepercayaan Kristen Protestan/ Kristen Katholik sebagai penduduk lokal dapat menerima dan menghormati keberadaan kami, para pendatang yang mayoritas merupakan Suku Jawa yang menganut agama kepercayaan Islam. Kebudayaan dan adat lokal  masih terus dilestarikan berdampingan dengan masuknya arus modernisasi. Dari lingkungan inilah saya mendapatkan contoh riil bahwa keberagaman dapat berdiri berdampingan dengan adanya toleransi.
            Tidak hanya warga masyarakat umum saja yang menerima kedatangan saya dengan sangat baik, warga sekolah pun demikian. Lingkungan baru, keluarga baru. Di tengah keterbatasan tenaga pengajar, sarana dan prasarana sekolah, siswa masih selalu bersemangat untuk belajar. Fasilitas asrama guru dan siswa yang mampu diusahakan oleh pihak sekolah pun masih sangat sederhana. Usaha untuk mengurangi segala keterbatasan ini masih terus dilakukan oleh pihak sekolah yang bekerja sama dengan masyarakat, Dinas Pendidikan Kabupaten maupun Provinsi, dan tentu Pemerintah.
     
       Siswa tidak hanya berasal dari Desa Siding, tetapi juga berasal dari desa yang letaknya masih jauh di atas bukit. Dengan akses jalan yang masih minim, siswa rela berjalan kaki selama berjam-jam agar bisa menuntut ilmu di sekolah. Kemandirian siswa sangat terlihat. Berbeda jauh dengan siswa di daerah perkotaan. Berjalan kaki berjam-jam naik turun bukit, tidur berdesakan dengan kawan lain dalam ruangan yang sangat sederhana, mencari sayur di hutan yang sering pula mereka bagikan kepada saya, mencari ikan di sungai, dan memasak makanan mereka sendiri. Itulah aktivitas yang harus mereka lakukan sehari-hari disamping tugas utama mereka, yaitu belajar.
            Kemandirian, kesederhanaan, rasa berbagi, dan toleransi siswa-siswa di tengah keterbatasan tersebut sering kali membuat saya berpikir dan bercermin.  Apabila saya ditempatkan dalam posisi mereka, apakah saya mampu melakukan sebaik apa yang telah mereka lakukan. Dan jawabannya, belum tentu. Di samping semangat dan kompetisi belajar mereka yang masih harus terus ditingkatkan, berbagai perjuangan yang telah mereka lakukan untuk bisa terus bersekolah memang patut untuk dibanggakan dan dipertahankan. (oleh Ulfa Asrifatun N., S.Pd. )

No comments:

Post a Comment

Merdeka Belajar

 Merdeka Belajar Kebebasan setiap individu atas hak-haknya tanpa melanggar atau mengambil hak kebebasan individu lain-Ki HadjarDewantara Leb...