Friday, December 14, 2018

Kisah Guru di Ujung Negeri


Menjadi seorang guru selain mengajar juga mendidik dan menerapkan sikap disiplin, tanggung jawab kepada peserta didik merupakan pondasi awal terciptanya peserta didik yang mempunyai karakter untuk membangun masa depan yang lebih baik guna memperbaiki sumberdaya manusia dan kualitas dalam pendidikan. Dunia pendidikan merupakan hak setiap anak, tidak ada perbedaan antara anak di kota  maupun anak di ujung negeri karena setiap anak bangsa wajib mengenyam pendidikan yang layak setinggi mungkin. Memotivasi anak di ujung negeri bahwa segala keterbatasan yang ada bukan sebuah penghalang untuk berhenti mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Kunci terpenting adalah rajin belajar dan pantang  menyerah dalam mengejar cita-cita, pasti akan selalu menemui jalan keluar.

Pengabdian sebagai guru melalui program SM-3T memberikan banyak pengalaman yang selalu terkenang oleh penulis, banyak hal yang penulis dapatkan dari program tersebut. Dalam pengabdian selama satu tahun penulis ditempatkan di daerah Kabupaten Bengkayang di mana membutuhkan perjalanan darat 4 jam dari Pontianak untuk menuju Kabupaten Bengkayang. Setelah sampai Kabupaten Bengkayang penulis ditempatkan di SMP N 2 Suti Semarang di mana membutuhkan waktu 4-5 jam dari Kabupaten Bengkayang menuju daerah tempat mengabdi, ada satu hal yang baru pertama penulis temui yaitu tentang keadaan jalan menuju daerah penugasan yang sangat luar biasa seperti namanya Suti (sulit terlewati) bukan hanya berlubang lagi tapi sudah berlumpur-lumpur,  genangan air pun menghiasi sepanjang jalan menuju tempat penugasan serta jalan yang licin. Kali pertama penulis masuk ke tempat penugasan tersebut bersama pengojek yang tentunya sudah mahir dengan medan yang luar biasa ini.
SMP Negeri 2 Suti Semarang memiliki gedung dan bangunan yang bisa dibilang layak akan tetapi masih mempunyai banyak kekurangan. Gedung sekolah memang sudah dibuat secara permanen, akan tetapi dinding gedung sekolah sangat tipis sehingga mudah rusak serta sarana dan prasarana yang terbilang masih kurang, sekolah ini berada di tengah-tengah gunung yang namanya Gunung Sekaju di antara sekolah hanya ada  dua rumah warga yang bersebelahan dengan sekolah, sedangkan lainnya masih kawasan hutan. Untuk bisa sampai di daerah perkampungan membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan menggunakan sepeda motor, tentu saja dengan kondisi jalan yang luar biasa seperti yang sudah digambarkan tadi di atas. Sekolah ini juga merupakan sekolah yang berada di daerah perbatasan antara Kabupaten Bengkayang dengan Kabupaten Landak sehingga banyak murid yang berasal dari Kabupaten Landak.
Guru yang mengajar di SMP N 2 Suti Semarang berjumlah 9 guru, berbeda dengan guru di kota-kota yang hanya mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan bidang studinya, di sekolah ini guru ditugaskan untuk merangkap mata pelajaran lain seperti penulis yang bidangnya Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi harus mengampu mata pelajaran lain seperti IPS, TIK, dan sering mengantikan guru yang ada kegiatan luar. Hal ini dilakukan karena ketika guru ada kegiatan dinas luar, tidak bisa dijangkau selama satu hari karena  medan jalan yang luar biasa ini yang mengakibatkan guru harus menginap di kabupaten kota. Setiap kegiatan yang berkaitan dengan sekolah, meskipun dengan kondisi jalan yang seperti itu tidak ada alasan bagi guru bermalas-malasan. Di sekolah ini guru selalu aktif dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar dalam mengajar serta menyampaikan materi, karena mereka mempunyai tekad ingin merubah anak di pelosok negeri ini menjadi anak yang mempunyai wawasan yang mumpuni dan berani bersaing dalam bidang akademik dengan sekolah yang berada di daerah perkotan .
Jumlah siswa SMP N 2 Suti Semarang per Juli 2017 adalah 55 orang siswa dengan rincian kelas VII berjumlah 7 orang, kelas VIII berjumlah 23 orang, dan kelas IX berjumlah 25 orang, sehingga total berjumlah 55 orang siswa. Setengah dari mereka adalah dari Kabupaten Landak sehingga siswa harus menginap di asrama sekolah, bagi siswa yang tidak tinggal di asrama mereka sudah harus berangkat sekolah sekitar jam 5 pagi dengan jarak tempuh kira-kira satu jam sampai satu setengah jam perjalanan dengan jalan kaki. Sedangkan anak-anak yang tinggal di asrama sekolah harus bangun jam 5 untuk mandi ke sungai, sambil  mengangkut air untuk kebutuhan seperti memasak dan merebus air untuk diminum karena mereka dituntut untuk mandiri karena tingggal di asrama sekolah jauh dari orang tua. Walupun sekolah di daerah yang jauh dari perkotaan SMP N 2 Suti Semarang menerapakan nilai-nilai disiplin yang tinggi, terbukti anak-anak harus sudah masuk sekolah jam 7 tepat, sebelumnya dikumpulkan untuk melakukan cek kehadiran dan cek tugas piketnya. Bagi siswa yang melanggar atau tidak sesuai dengan aturan akan diberikan konsekuensi, tapi siswa-siswi selalu menjalani dengan semangat tanpa mengeluh demi mengejar cita-cita yang mereka impikan.
            Walaupun berada di ujung negeri proses belajar mengajar di SMP N 2 Suti Semarang berjalan dengan baik dan selalu melakukan upacara bendera rutin setiap hari Senin, serta  banyak kegiatan-kegiatan yang wajib mereka ikuti seperti ektrakulikuler karate dan pramuka guna membekali para peserta didik tentang kepramukaan maupun tentang beladiri. Semangat yang diperlihatkan mereka untuk pergi ke sekolah walaupun dalam keterbatasan membuahkan hasil, walaupun berada di daerah 3T yang jauh dengan perkotaan mereka mampu bersaing dalam olimpiade OSN dengan menjadi salah satu wakil kegiatan OSN tingkat kabupaten untuk ke tingkat provinsi dalam bidang olimpiade Matematika. Hal itu membuktikan bahwa di ujung negeri ini, ada mutiara-mutiara yang akan mengubah masa depan melalui pendidikan yang baik, pendidikan yang menanamkan karakteristik dari dalam diri anak.

            Setelah pulang sekolah mereka tidak langsung pergi bermain atau hanya berdiam diri di rumah saja. Mereka harus membantu orang tua mereka berkebun ke sawah. Mayoritas penduduk Suti Semarang adalah petani merica/lada dan getah karet. Siswa-siswiku ini menjalaninya tanpa ada beban, semuanya terasa ringan karena mereka dengan penuh ikhlas membantu orang tua mereka. Meski sibuk membantu bekerja di kebun mereka tetap tidak mengesampingkan tugas mereka sebagai pelajar yaitu belajar. Tanpa penah ada kata mengeluh, mereka tetap menyempatkan belajar pada malam harinya walaupun badan mungkin sudah terasa lelah. Tapi demi meraih cita-cita yang selalu mereka impikan, itu bukan menjadi masalah. Mereka selalu menanyakan kepada penulis “apakah cita-cita kami bisa terwujud?”, dengan raut wajah polos mereka berkata demikian. Tentu penulis selalu memberikan semangat dan bekal ilmu semaksimal mungkin dan memotivasi mereka untuk selalu belajar dengan rajin, ulet dan tekun agar apa yang dicita-citakan dapat tercapai suatu saat nanti.

“Selalu belajar dan semangat dalam menuntut ilmu siswa-siswiku.
Jemputlah kesuksessanmu di masa depan walaupun kamu jauh dari perkotaan dan berada di ujung negeri....!!!!!”
(oleh M. Ijokio Harto, S.Pd.)

No comments:

Post a Comment

Merdeka Belajar

 Merdeka Belajar Kebebasan setiap individu atas hak-haknya tanpa melanggar atau mengambil hak kebebasan individu lain-Ki HadjarDewantara Leb...