Kecamatan Jagoi
Babang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bengkayang yang berada di wilayah paling utara Kabupaten Bengkayang. Salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Kecamatan Jagoi Babang terdiri dari enam desa, salah satunya adalah Desa Jagoi.
Desa Jagoi terdiri dari 3 dusun; Dusun Sei Take, Dusun Risau, dan Dusun Jagoi
Babang, dusun- dusun ini letaknya bersebelahan. Hampir seluruh penduduk Desa
Jagoi adalah suku Dayak Bidayuh dan Dayak Iban. Kebanyakan penduduk adalah
pedagang, pengrajin anyaman rotan, dan berkebun. Hal yang menjadi ciri khas
dari kecamatan ini adalah kerajinan bidai dan barang-barang yang terbuat dari
rotan. Selain itu, adat istiadat yang masih cukup kental, masyarakat yang
hangat dan masih sangat mengenal istilah gotong royong serta bangunan rumah
adat yang masih berdiri, membuat kecamatan ini menjadi sebuah kecamatan yang
unik dan penuh dengan kebudayaan yang khas.
Kehidupan
sosial yang ada di Desa Jagoi memiliki tingkat kekerabatan serta
gotong-royong yang lumayan tinggi. Masyarakat terbiasa membangun rumah dan
jalan secara bersama-sama. Seluruh masyarakat Desa Jagoi mayoritas beragama Kristen dan Katolik. Namun mereka
tetap menghormati umat yang beragama lain, apalagi saat kami tinggal di sana
seluruh masyarakatnya sangat ramah dan toleransi agamanya juga sangat tinggi.
Bahkan dalam memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari kami sering diberikan hasil
sayuran dan buah-buahan saat mereka sudah panen. Pada saat masyarakat merayakan
hari natal, kami juga menghormati mereka dengan berkunjung ke tiap-tiap rumah
di Desa Jagoi. Sambutan dari mereka juga sangat baik dengan cara
tidak memberikan arak, tuak maupun daging babi atau anjing yang selama ini
sering menjadi makanan dan minuman pokok utama pada saat merayakan natal.
Masyarakat Jagoi menggunakan dua mata rupiah yaitu
rupiah dan juga ringgit. Selain itu, setiap warung yang ada di Jagoi
menyediakan produk-produk dari Malaysia. Masyarakat Jagoi lebih menyukai
produk- produk dari Malaysia karena harganya bisa dibilang lebih murah. Selain
itu mereka juga sering menggunakan mata uang ringgit untuk transaksi jual beli.
Banyak juga warga Jagoi yang bekerja di Malaysia, bahkan ada juga yang menikah
dengan orang Malaysia. Itu sebabnya pengaruh dari negara tetangga mudah masuk
ke masyarakat jagoi. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi semangat cinta
tanah air warga Jagoi, itu dibuktikan dengan antusias warga Jagoi saat
mengikuti upacara bendera memperingati HUT RI, selain itu banyak acara yang
dibuat untuk memperingati dan memeriahkan acara HUT RI.
Sebagian
besar masyarakat Desa Jagoi bekerja
disektor pertanian, ladang, dan kebun. Sektor pertanian dan ladang, misalnya
bercocok tanam padi dan jagung. Sektor perkebunan yang utama yaitu karet dan
sahang (merica) serta kelapa sawit.
Penghasilan rata-rata per kepala keluarga dari getah karet sekitar Rp
50.000,00–Rp 100.000,00 per hari. Sedangkan dari hasil sahang yang panennya
setahun sekali rata-rata penghasilannya sekitar 10-20 juta rupiah. Penghasilan
tersebut tergolong cukup jika digunakan untuk hidup di daerah pedesaan di Pulau
Jawa. Namun nilai tersebut berimbang dengan harga kebutuhan pokok yang cukup
mahal di daerah Kabupaten Bengkayang
yang harganya dua kali lipat jika dibandingkan dengan di Jawa. Hasil bumi
selain itu adalah buah-buahan seperti rambutan, durian, pepaya dan langsat yang
biasanya dimakan sendiri.
Adat
istiadat dan budaya masyarakat Desa Jagoi
cukup beraneka ragam. Banyak adat istiadat yang memiliki nilai-nilai luhur
kearifan lokal, misalnya larangan antara laki-laki dan perempuan berdua-duaan
di tempat yang sepi. Jika aturan ini dilanggar, bisa jadi yang bersangkutan
akan dinikahkan langsung, atau jika menolak akan dikenakan denda adat yang
bervariasi. Ada pula larangan menabrak hewan-hewan peliharaan seperti babi dan
anjing. Inilah sekilas tentang tanah pengabdian saya di tanah Borneo ini. Bukan
hanya menjadi kenangan dan mendapatkan pengalaman hidup yang luar biasa, tetapi
tanah Kalimantan ini membuat saya jatuh cinta dan rasa ingin mengabdi lagi
disana. (oleh Sri Harnani, S.Pd.)
No comments:
Post a Comment