Sunday, June 30, 2019

MEMBENTUK KARAKTER SISWA DENGAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SMP N 1 SIDING, SMP N 3 SIDING DAN SMA N 2 SIDING


Manusia dilahirkan dengan karakter yang berbeda satu sama lainnya. Karakter merupakan ciri, gaya, sifat, ataupun karakteristik diri seseorang yang berasal dari bentukan yang didapatkan dari lingkungan sekitarnya. Karakter yang dimiliki seseorang terbentuk melalui proses yang cukup pajang. Karakter seseorang bukanlah sesuatu yang dibawa dari lahir melainkan bentukan dari orang-orang yang ada di sekitar lingkungan tersebut. Karakter dibentuk melalui proses belajar di beberapa tempat, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan di sekitar tempat tinggal. Karakter seseorang akan sejalan dengan perilakunya. Bila seseorang selalu melakukan aktivitas yang baik seperti sopan dalam berbicara, selalu menghormati orang lain dan suka menolong, maka kemungkinan besar karakter orang tersebut juga baik, akan tetapi jika perilaku seseorang buruk seperti berbicara tidak baik, suka berbohong dan suka mencela orang lain, kemungkinan besar karakter orang tersebut juga buruk.
Banyak pihak yang berperan dalam pembentukan karakter seseorang, seperti keluarga, guru dan teman sebaya. Peran keluarga sangatlah penting untuk membentuk karakter seseorang. Keluarga adalah kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. Proses sosialisasi seseorang dimulai dari keluarga. Keluarga memberikan pelajaran bagi seseorang untuk belajar bersosialisasi, memahami, menghayati dan merasakan segala aspek kehidupan yang terbentuk dalam miniatur masyarakat yang kompleks. Setelah seseorang keluar dari lingkungan keluarga, peran sekolah sangatlah penting untuk membentuk karakter seseorang terutama usia anak sekolah.
Sekolah adalah rumah kedua bagi anak, karena hampir separuh waktu yang dimiliki anak dihabiskan untuk berkegiatan di sekolah. Sekolah yang baik tidak hanya mementingkan prestasi akademik anak saja melainkan juga mengembangkan kemampuan anak di bidang lainnya seperti penalaran, olahraga dan kesenian. Bidang pengembangan anak di sekolah dapat ditempuh dengan kegiatan ekstrakurikuler. Banyak kegiatan ekstrakurikuler yang memberikan dampak positif bagi anak, salah satunya adalah kegiatan pramuka.
Ekstrakurikuler Pramuka adalah salah kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk membentuk generasi muda yang berkarakter. Ektrakurikuler pramuka akan membentuk anak lebih berahklak mulia, cinta tanah air, berjiwa sosial, mandiri, berani, disiplin, bertanggung jawab dan masih banyak lagi karakter yang baik lainnya.
Pemerintah memberikan kebijakan mewajibkan siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka melalui kurikulum 2013. Kebijakan pemerintah ini membuat sekolah harus mengadakan ektrakurikuler pramuka dan memilih guru untuk menjadi pembina pramuka. Pemerataan fasilitas, sarana prasarana pendidikan serta pemerataan jumlah guru menjadi masalah untuk pemerintah. Sekolah yang jauh dari pusat ibu kota seperti daerah 3T (terluar, terdepan dan tertinggal) membutuhkan perhatian lebih dibandingkan daerah kota. Pemerintah dengan program SM3T Kemendikbud mengirimkan guru-guru pilihan ke daerah 3T dengan tujuan memeratakan kualitas pendidikan di Indonesia. Penulis adalah salah satu guru pilihan yang ditempatkan di Desa Siding, Kec. Siding, Kab. Bengkayang, Prov. Kalimantan Barat. Lebih tepatnya penulis ditempatkan di SMA N 2 Siding. Penulis tidur di bangunan lab. sekolah SMP N 1 Siding. SMA N 2 Siding berdiri pada bulan Juli tahun 2016. Sekolah ini belum memiliki bangunan sendiri dan masih menginduk di SMP N 1 Siding. Sekolah ini baru memiliki satu kelas dengan jumlah siswa 9. Sekolah ini berada di gunung, berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Jumlah guru PNS hanya satu yaitu kepala sekolah sedangkan guru yang lain masih honor. Jumlah guru yang sedikit dan belum adanya sarana prasarana pendidikan menjadi beban bagi kami dewan guru dan kepala sekolah. Prestasi siswa yang kami janjikan kepada negara harus berjalan dengan ketimpangan-ketimpangan yang ada seperti jumlah guru yang sedikit dan sarana prasarana sekolah yang belum ada.
Kegiatan belajar mengajar di SMA N 2 Siding berjalan sesuai dengan keadaan yang ada dan kami rintis sedikit demi sedikit untuk mengenalkan kepada sekolah yang lain bahwa SMA N 2 Siding itu ada dan eksis. Kegiatan demi kegiatan kami rintis seperti ekstrakurikuler pramuka. Ekstrakurikuler pramuka menjadi hal yang baru di SMA N 2 Siding. Penulis mengajukan diri kepada kepala sekolah untuk membina pramuka di SMA N 2 Siding. Penulis memulai Ekstrakurikuler pramuka dari nol karena siswa masih buta pengetahuan tentang pramuka.  Materi dasar kepramukaan yang penulis sampaikan dari semester 1 sampai dengan semester 2 antara kode kehormatan pramuka, sejarah pramuka indonesia, sejarah pramuka dunia, PBB, isyarat dan semboyan seperti morse & semaphore, sandi, tali temali, pionering, kompas, peta pita, peta lapangan, P3K, dan Sketsa Panorama. Pramuka tidak hanya mengajarkan materi tetapi ada proses penanaman karakter disetiap kegiatan berlangsung seperti saat upacara pembukaan latihan, PBB, dan penjelajahan. Setiap pertemuan siswa harus mendapatkan penanaman karakter dalam dirinya.
Penulis membina pramuka di 3 sekolah yaitu SMA N 2 Siding, SMP N 1 Siding dan SMP N Siding. Penulis membina 3 sekolah dengan jadwal hari yang berbeda. Hari Selasa di SMP N 3 Siding, hari Kamis di SMA N 2 Siding dan hari Jumat di SMPN 1 Siding. Jarak tempat tinggal penulis ke tempat membina pramuka di SMP N 3 Siding sekitar 2 km sehingga penulis membutuhkan sekitar 45 menit menuju ke sekolah dalam kondisi jalan kering. Penulis mempunyai misi untuk mengenalkan pramuka ke seluruh Kec. Siding bahwa pramuka itu eksis dan mampu mengembangkan keterampilan siswa di bidang kepramukaan serta bidang lainnya. Siswa yang ikut ekstrakurikuler terlihat lebih semangat, percaya diri, gembira, disiplin dan bertanggung jawab.
Penulis membuat kegiatan yang variatif agar siswa lebih semangat dalam berkegiatan. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka SMP N 1 Siding, SMP N 3 Siding dan SMA N 2 Siding meliputi latihan rutin tiap Rabu, Kamis dan Jumat, penjelajahan akhir semester 1 dan pertengahan semester 2, kemah lomba tingkat 1, kemah gabungan, kemah LDKK Dewan Penggalang, Pelantikan Dewan Penggalang, Pelantikan Golongan Penggalang Ramu, Perekrutan  Saka Wirakartika, Upacara Hari Ulang Tahun Pramuka ke 56 di AURI, Pelantikan Bantara, Pelantikan Dewan Ambalan, Penampilan Yel-yel HUT RI ke-72 di Kantor Kecamatan Siding.
Gambar 1.1 Praktik menggunakan kompas SMPN 3 Siding
Gambar 1.2 Praktik semaphore Kemah LDKK SMP N 1 dan SMP N 3 Siding
Gambar 1.3 Suasana makan pagi kemah LT I SMP N 1 Siding
Gambar 1.4 Suasana pensi saat api unggun kemah LT I SMP N 1 Siding
Gambar 1.5 Prosesi pelantikan Dewan Penggalang SMP N 1 Siding
Gambar 1.6 Proses Pelantikan Bantara SMA N 2 Siding

Penulis merasa bangga kepada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka karena mereka sangat antusias dan bersemangat. Penulis merasa ada perubahan yang besar di lingkungan sekolah. Tanaman yang sudah ditanam mulai tumbuh, tinggal dipupuk, disiram, dirawat dan menunggu buahnya. Jangan sampai tanaman yang sudah ditanam mati sebelum berbuah. Sekolah yang dulunya sepi sekarang lebih  hidup dan bergairah. Hal ini yang membuat penulis merasa berat ketika harus meninggalkan sekolah karena tugas sudah berakhir. Harapan besar dari penulis adalah pramuka harus tetap hidup dan eksis sampai ke provinsi bahkan nasional. Hidup di daerah 3T bukanlah sebuah hambatan untuk tampil dan eksis. Tunjukan bahwa kalian ada dan mampu bersaing dengan sekolah yang berada di kota.  Jangan selalu bertanya apa yang sudah diberikan negara kepada kalian tetapi jawablah bahwa kalian mampu memberikan prestasi kepada negara.(oleh Ahmad Chabib, S.Pd.)

Tuesday, June 18, 2019

Nikmat Menjadi Guru di Pelosok Negeri


Guru merupakan salah satu profesi yang mengemban tugas  mulia. Melalui gurulah tugas untuk mencerdaskan kehidupan generasi penerus bangsa di amanahkan. Guru menjadi ujung tombak untuk memastikan hak mendapatkan pendidikan bagi setiap anak Indonesia terlaksana. Untuk memenuhi hak pendidikan tersebut maka tersebarlah guru-guru di seluruh Indonesia, baik di perkotaan, pedesaan, maupun pelosok negeri. Lantas, Bagaimana rasanya menjadi guru di pelosok negeri? Apakah menyenangkan atau justru menakutkan?
Saya akan mencoba untuk menjawab pertanyaan di atas berdasarkan pengalaman saya mengabdi selama 1 tahun di pelosok negeri. Saya adalah seorang guru SM-3T yang bertugas di SMA Negeri 1 Lembah Bawang dan membantu mengajar di SMP Negeri 3 Lembah Bawang yang terletak di Kecamatan Lembah Bawang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Kecamatan Lembah Bawang merupakan daerah yang terletak di lereng Gunung Bawang dengan jarak tempuh ± 3 jam dari pusat Kabupaten Bengkayang. Kecamatan Lembah Bawang dihuni oleh masyarakat Suku Dayak, terutama Dayak Bekati dan Beahe serta Suku Jawa.
Menjadi guru di pelosok negeri bukanlah hal yang menakutkan, tetapi merupakan pengalaman yang luar biasa menarik dan menyenangkan. Di pelosok negeri, guru adalah profesi yang sangat dihormati oleh seluruh lapisan masyarakat. “selamat pagi bu/pak guru, selamat siang bu/pak guru, selamat sore bu/pak guru” adalah sapaan yang diberikan oleh anak-anak ketika bertemu sosok guru diberbagai kesempatan. Sapaan yang akhir-akhir ini jarang untuk ditemui, namun di pelosok negeri seolah menjadi nyanyian merdu bagi perjalanan guru.
Pelosok negeri identik dengan segala keterbatasan, termasuk sarana dan prasarana pendidikan. Kondisi tersebut bukan suatu hambatan melainkan kesempatan bagi guru untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya dalam memberikan hak pendidikan bagi anak-anak di pelosok negeri. Mereka adalah permata dengan semangat juang luar biasa, permata yang menunggu dipoles agar terlihat keindahannya. Permata yang sangat membutuhkan sosok guru untuk membantu mereka menjaga motivasi dalam meraih impiannya. Karena sejatinya keterbatasan bukan alasan untuk mengubur mimpi melainkan sebuah tantangan untuk mewujudkan mimpi tersebut. Dan disinilah peran guru untuk menjembatani generasi penerus bangsa agar selalu mengobarkan semangat dalam diri guna menghadapi segala keterbatasan dalam meraih impian. Pendidikan yang layak dan berkualitas adalah hak bagi segenap anak Indonesia, termasuk bagi permata-permata di pelosok negeri.            
Indonesia sebagai negara yang multikultural, tentu kaya akan berbagai suku bangsa, agama, ras, dan budaya. Menjadi guru di pelosok negeri membuka cakrawala pengetahuan mengenai keberagaman Indonesia serta meningkatkan kecintaan terhadap tanah air ini. Selama 1 tahun pengabdian saya hidup di lingkungan masyarakat Dayak yang masih sangat menjunjung adat istiadat dan kearifan lokal. Naik dango (tahun baru padi) sebagai ungkapan syukur atas nikmat panen yang diberikan Tuhan dan berlale sistem gotong royong dalam menggarap ladang merupakan adat istiadat dan kearifan lokal masyarakat yang tetap lestari hingga kini. Bahasa dayak, baik Dayak Bekati maupun Beahe merupakan bahasa daerah yang menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia. Baik adat istiadat maupun bahasa tersebut menarik untuk dipelajari sehingga dapat menambah cakrawala pengetahuan dan meningkatkan rasa cinta terhadap tanah air.
Selama 1 tahun pengabdian, saya hidup menjadi minoritas di lingkungan masyarakat Dayak. Saya yang seorang muslim tinggal di lingkungan masyarakat yang mayoritas beragama Kristen dan Katolik. Apakah menjadi minoritas itu lekat dengan keterpasungan dan ketertindasan? Jawabanya adalah Tidak. Mayoritas atau minoritas bukanlah suatu masalah apabila toleransi menjadi kuncinya. Selama dalam masa pengabdian saya menikmati indahnya toleransi dalam bermasyarakat. Kehidupan di sekolah maupun masyarakat menjunjung tinggi toleransi guna mewujudkan keharmonisan. Saya menikmati bagaimana masyarakat saling menghargai dan menghormati satu sama lain tanpa melihat latar belakangnya. Kami hidup dalam harmoni, tanpa terpengaruh oleh isu SARA yang sering kali menjadi perdebatan.
Menjadi guru di pelosok negeri menumbuhkan pemahaman akan nikmat rasa syukur. Saya bersyukur menjadi seorang guru yang diberikan kesempatan melihat pelosok Indonesia. Alangkah nikmatnya mendengar celotehan permata-permata pelosok negeri mengenai mimpinya. Betapa menyenangkannya menumbuhkan semangat nasionalisme dan kecintaan terhadap negeri kepada mereka. Apapun yang terjadi, apapun yang dihadapi dalam kehidupan, NKRI adalah harga mati. Semangat itulah yang mereka tunjukkan, di tengah segala keterbatasan yang dihadapi, kecintaan kepada negeri tetap terpatri dalam hati. Karena semangat nasionalisme dan kecintaan kepada negeri adalah hal wajib yang harus dimiliki setiap warga negara.  
Keasrian dan keindahan alam adalah salah satu nikmat ketika menjadi guru di pelosok negeri. Pesona alam pelosok negeri menjadi obat penawar dikala kejenuhan akan rutinitas melanda. Pesona alam tersebut akan membuka mata kita jika anugerah Tuhan itu tidak terbatas dan betapa indahnya negeri ini. Pesona alam yang harus dijaga dan dilestarikan agar kelak dapat dinikmati oleh generasi penerus bangsa selanjutnya.
Menjadi guru di pelosok negeri? Kenapa tidak, menjadi guru di pelosok negeri bukanlah hal yang menakutkan melainkan pengalaman yang menyenangkan. Keikhlasan dalam menjalani profesi akan semakin terbentuk dan menumbuhkan kecintaan kita terhadap profesi tersebut. Berbagai kesempatan dan tantangan yang menghampiri semakin membentuk sikap profesionalitas seorang guru dalam mendidik generasi penerus bangsa.
Mari keluar dari zona nyaman untuk menemukan zona yang lauh lebih nyaman di luar sana. Bukalah mata dan hati kita jika generasi penerus bangsa di seluruh pelosok Indonesia membutuhkan guru-guru untuk membantu mereka mewujudkan mimpi-mimpinya. Jangan pernah takut menjadi guru di pelosok negeri karena sejatinya menjadi guru di pelosok negeri itu nikmat.(oleh Nining Lisnawati, S.Pd.)




Wednesday, June 12, 2019

GOTONG ROYONG SEBAGAI HASIL PENERAPAN PANCASILA


GOTONG ROYONG

SEBAGAI HASIL PENERAPAN PANCASILA

(Arif Munandar, S/Pd., Gr.)
BAB I
PENDAHULUAN
A.               Latar belakang
Pancasila merupakan dasar dari negara Indonesia. Oleh karena itu sebagai bangsa indonesia harus mengetahui apa itu nilai-nilai yang terkandung didalam pacasia. Dari nilai-nilai tersebut harus dapat diaplikasikan kedalam kehidupan bermasyarakat. Pengamalan nilai-nilai dari pancasila itu sanngat penting untung kengsungan hidup bangsa karena itu sebagai tonggak untuk tetap kokoh bangsa indonesia ini. Apabila nilai-nilai  pancasila sebagai pajangan di tembok yang hanya untuk hiasan tanpa diamalkan maka negara ini perlahan-lahan akan hancur dengan sendirinya karena pancasila merupakan jantung dari negara Indonesia, apabila tidak dijaga maka akan mati.
Sehubungan dengan pengamalan dari sila-sila pancasila yang banyak terealisasi dalam msyarakat, sedangkan masyarakat tidak mengetahui pengamalan-pengamalan dari sila-sila tersebut. Dalam masyarakat banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap harinya, tetapi apakah kegiatan tersebut sudah selaras dan termasuk dalam kandungan nilai-nilai luhur pancasila.
B.     Tujuan
Agar para pembaca dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pncasila pada penangaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga selaras dengan nilai-nilai luhur pancasila.
C.   Rumusan masalah
Dalam kehidupan sehahari-hari kita sering melaksanakan kerja bakti atau lebih dikenal gotong royong.
a.       Apa definisi gotong royong dan apa termasuk pengangamalan dari sila-sila pancasila?
b.      Berikan contoh serta alasannya!

BAB II
PEMBAHASAN

a.     Gotong royong
Gotong royong adalah sebuah kegiatan masyarakat yang dikerjakan bersama-sama untuk memecahkan suatu permasalahan yang ada di masyarakat guna menjaga lingkungan sekitar ataupun membantu warganya sendiri yang membutuhkan.
Gotong royong merupakan pengamalan dari sila-sila pancasila, lebih tepatnya yaitu sila ke-3 yang berbunyi “Persatuan indonesia”.
b.     Alasan serta contoh
Karena dalam gotong royong dilaksanakan bersama-sama oleh anggota masyarakat secara bersamaan di satu waktu dan berkala. Dalam gotong royong itu melibatkan dari anggota masyarakat itu sendiri dimana mereka sadar akan lingkungannya sendiri, sehingga mereka merasa bertanggung jawab untuk merawat dan menjaga lingkungannya serta membantu masyarakat yang membutuhkan. Dalam gotong royong berbagai anggota mayarakat bergabung, bersatu untuk menyelesaikan persoalan lingkungannya sesuai dengan ruang lingkup gotong royong itu yakni tingkat RT, RW, Desa, ataupun Kecamatan. Dalam menyelesaikannya mereka saling bahu-membahu sehingga masalah yang dihadapinya teselesaikan dengan tepat da benar.
Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Desa Waluyorejo Rt 09, Rw 04 Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen pada hari Minggu tanggal 25 Maret 2012 dari jam 07.30 sampai 10.30 WIB.
Gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat Rt 09 itu adalah membersihkan dan memperbaiki jalan yang sebagai akses masyarakat. Kegiatan rutinitas waga tersebut bertujuan agar pengguna jalan nyaman sebagaimana jalan merupakan modal dari suatu masyarakat untuk melakukan aktifitasnya. Gotong royong yang diikuti oleh satu Rt yang mana 23 orang yang berpartisipasi dari 34 kepala keluarga dimana setiap keluarga minimal satu anggota keluarga berpartisipasi. Walalaupun ada beberapa yang tidak dapat mengikuti, mereka tetap ikut berpartisipasi dengan menyumbang rokok dan minum. Bahkan saking semangatnya tidak sedikit  dari mreka berangkat lebih awal tanpa bersarapan dahulu.

Seperti dalam gambar diatas mayarakat membersihkan jalan dengan cangkul dan juga sabit. Mereka membersihkan jalanan dari rumput-rumput yang mengganggu bagi para pejalan. Mereka juga menebang pohon serta ranting-ranting yang menghalangi jalan. Mereka dengan antusias membersihkan jalan-jalan dengan rasa kebersamaan yang tinggi. Mereka rela mengorbankan waktunya untuk kepentingan bersama yaitu gotong royong merawat jalan.
             
        
    Kita bisa lihat masyarakat bekerja sama dengan baik, mereka berbagi tugas dengan yang lainnya. Dimana yang lain membersihkan jalanan, mereka memperbaiki jalan turunan yang tidak rata dan berlubang karena tergerus air ketika hujan datang. Mereka sadar akan jalanan yang merupakan akses transportasi untuk memperlancar perekonomian. 
Tidak ketinggalan, setelah gotong royong selesai mereka berkumpul kembali untuk menyantap hidangan yang telah disediakan yaitu dua buah tumpeng yang mana telah dibuatnya oleh warga secara bergiliran. Jadi kebersamaan dan persatuan masyarakat sangatlah terlihat dalam kegiatan masyarakat ini.
BAB III
PENUTUP
v Kesimpulan
Gotong royong adaah pengamalan Pancasila sila ke-3 yang berbunyi “Persatuan Indonesia”. Gotong royong bisa masuk dalam sila ke-3 karena dalam gotong royong menganut unsur kebersamaan dan persatuan dalam masyarakat.

Merdeka Belajar

 Merdeka Belajar Kebebasan setiap individu atas hak-haknya tanpa melanggar atau mengambil hak kebebasan individu lain-Ki HadjarDewantara Leb...