Indonesia bukan hanya Pulau Jawa yang berisi akan kota
Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Ada beberapa Pulau, kota dan daerah di Jawa ataupun di luar Jawa yang perlu
kita ketahui salah satunya yaitu Bengkayang. Sebuah kabupaten yang berada di
Kalimantan Barat, terdiri dari 17 kecamatan dan berbatasan dengan negara tetangga,
Malaysia. Merupakan daerah yang masuk dalam kategori Daerah Terdepan, Terluar
dan Tertinggal (3T), daerah dimana tidak semua orang mengetahuinya dan tidak
semua masyarakat di dalamnya dapat menikmati bunga kemerdekaan
hasil perjuangan pahlawan terdahulu. Oleh sebab itu
putra-putri terbaik bangsa diterjunkan untuk memenuhi janji kemerdekaan,
meratakan pendidikan di daerah pelosok sebagai bentuk pengabdian kepada negeri.
Menjadi bagian di dalamnya adalah sebuah
kebanggaan sekaligus sebuah tanggung jawab besar, selain
harus bisa memberikan ilmu yang bermanfaat untuk peserta didik juga harus bisa
memberikan kebermanfaatan lewat kehidupan bersosial dengan masyarakat sekitar.
Bukan hal yang mudah agar bisa menyatu dalam kurun waktu yang cepat dengan
kondisi beda bahasa, suku dan juga agama. Itu semua merupakan tantangan dan
pengalaman yang sangat luar biasa dan pembuktian pada Indonesia tentang Bhineka
Tunggal Ika “Berbeda-beda tetapi tetap satu” iya kita Indonesia di mana
kita tinggal di situ langit dijunjung. Seperti apapun perbedaan agama, suku, dan bahasa kita harus tetap bisa saling menghormati dan menghargai.
Bengkayang salah satu daerah yang penuh dengan
keberagaman, terdiri dari suku Dayak, Melayu, Thionghoa dan juga
terdapat suku Jawa di daerah Trans. Selain itu agama pun beragam, Islam,
Katolik, Kristen dan Cina tetapi dapat hidup rukun. Dari
Bengkayang pula saya belajar tentang toleransi yang sesungguhnya tanpa
membedakan apapun.
Menjadi lulusan Pendidikan Tata Boga
menjadikan saya ditempatkan di SMK yang terdapat jurusan tata boga
yaitu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Bengkayang, salah satu sekolah kejuruan
yang terdiri dari jurusan Tata Boga, Akuntansi, Pemasaran, Pertanian dan
Administrasi Perkantoran. Jurusan Tata Boga hanya terdapat 1
guru yang benar-benar lulusan sesuai bidangnya, oleh sebab itu saya ditugaskan
di SMK Negeri 1 Bengkayang.
Berbeda dengan SMK pada umumnya yang berada di kota dan letaknya di Pulau Jawa ataupun pusat kota di Kalimantan Barat seperti
Pontianak, SMK di Bengkayang terutama Jurusan Tata Boga
praktik dengan alat terbatas dan bahan seadanya terutama untuk praktik makanan
kontinental, dimana bahan yang dibutuhkan sering tidak ada atau tidak dijual
dipasar, jika pun ada harus membeli di Pontianak. Oleh sebab itu
guru di sini harus benar-benar dituntut agar bisa kreatif dan
inovatif, praktik dengan bahan baku seadanya dan harus bisa menjelaskan
macam-macam bahan atau alat yang digunakan tanpa media nyata melainkan dengan
gambar.
Tidak jarang banyak siswa yang kurang trampil ketika
mereka terjun ke dunia lapangan dibandingkan dengan siswa SMK di Pulau Jawa,
karena dalam kegiatan belajar mengajar jarang praktik. Kondisi siswa yang
rata-rata tempat tinggal jauh dan dituntut untuk kos atau tinggal bersama
keluarga membuat siswa kesusahan untuk membeli bahan praktik jika ada bahan
yang kurang dan harus dibeli, faktor tidak adanya kendaraan juga menjadi
kendala para peserta didik.
Tetapi minimnya bahan dan alat untuk praktik tidak
mematahkan semangat mereka untuk belajar, diberi waktu satu semester untuk
melakukan Praktik Kerja Lapangan pada Dunia Usaha membuat peserta didik menjadi
trampil dan menambah wawasan. Dan tidak jarang para peserta didik menggunakan
waktu tersebut dengan sebaik-baiknya agar dapat mendapat ilmu
sebanyak-banyaknya, paling tidak pengalaman dalam dunia kerja itu seperti apa.
Bahkan waktu PKL selesai ada beberapa dunia usaha yang meminta peserta didik
untuk tetap melanjutkan pekerjaannya atau meminta untuk kerja part time dan ketika lulus nanti peserta didik tersebut diminta
untuk bekerja di tempat di mana peserta didik melakukan PKL.
Dari keadaan yang sangat jauh berbeda dengan
sekolah-sekolah pada umumnya di kota ataupun di Jawa membuat saya berfikir berlipat-lipat,
betapa luar biasanya guru SMK dan para peserta didik di sini, selain
guru yang dituntut harus kreatif dan inovatif peserta didik juga dituntut untuk
mandiri. Awalnya saya merasa akan memberikan banyak pelajaran, materi ataupun
lainnya tapi ternyata salah, justru sebaliknya saya yang banyak belajar dari
para guru dan peserta didik SMK Negeri 1 bengkayang. Segala keterbatasan,
kekurangan dan segala macamnya bukan penghalang untuk tetap melakukan kegiatan
belajar dan mengajar. Melainkan itu semua adalah cara untuk para Guru dan peserta
didik berkembang, berkembang dalam berfikir agar lebih kreatif dan belajar
dengan cara yang sederhana tetapi bisa ditangkap oleh siswa.
Dari SM3T untuk Bengkayang melalui saya, adalah sebuah
kebersyukuran yang tidak terhingga, betapa bersyukurnya diberi kesempatan untuk
melakukan perjalanan jauh sampai Kalimantan Barat hingga akhirnya mendapatkan
pelajaran yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Dibukakannya mata dan
hati senyata-nyatanya tentang pendidikan Indonesia yang katanya sudah merdeka
tapi faktanya tidak semua penduduknya dapat merasakan arti kemerdekaan yang
sesungguhnya. Pendidikan yang masih sangat jauh jika disebut baik, tetapi tidak
pernah mematahkan semangat para peserta didik untuk tetap mencari ilmu demi
sebuah mimpi tanpa menuntut apa-apa pada negara maupun bangsa. Mereka cukup membuktikannya lewat nasionalisme yang luar
biasa dan prestasi yang tidak jauh berbeda dengan orang-orang kota. Dan saya
merasa menjadi pendidik yang sedang belajar pada peserta didik.
Tetap menjadi Bumi Sebalo yang asri dan penuh toleransi
Bengkayang ku. Salam cinta untuk Bumi Sebalo dari kita di tanah Jawa….( oleh
Cahyaning Nana Prativi, S.Pd.)
No comments:
Post a Comment