Monday, December 3, 2018

Kami Terdidik, Maka Kami Mendidik


            Indonesia: negara dengan wilayah yang luas dan heterogen, berpenduduk tidak sedikit, dan memiliki permasalahan pembangunan yang belum merata di setiap wilayahnya. Bahkan hingga saat ini pembangunan masih terpusat pada kota-kota besar terutama di Pulau Jawa, yang notabene menjadi tempat ibu kota Indonesia berada, DKI Jakarta.
            Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara geografis maupun sosiokultural, jelas memerlukan upaya yang tepat untuk mengatasi berbagai masalahannya, diantaranya dalam bidang pendidikan dan khususnya pendidikan di daerah 3T. Beberapa permasalahannya antara lain tentang kekurangan jumlah guru, distribusi guru yang tidak merata, kualifikasi guru tidak memenuhi standar: kurang kompeten dan mengajar pada bidang studi yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Hal lain yang kerap muncul pada pendidikan di 3T adalah angka putus sekolah yang relatif tinggi, partisipasi sekolah yang rendah, sarana prasarana belum memadai, infrastruktur dan akses untuk mengikuti pendidikan masih sangat jauh dari kata layak.
            Pada tahun 2011, Sarjana Mendidik di Daerah 3T atau kemudian lebih dikenal dengan SM-3T untuk pertama kali muncul. Program yang ditujukan dalam rangka percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T ini merupakan salah satu isi dari program pemerintah bertajuk “Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia”, di dalamnya termasuk Program Sarjana Mendidik di Daerah 3T (SM-3T), Program PPG Terintegrasi dan Kewenangan Tambahan (PPGT), dan Program PPG Kolaboratif (PPG Kolaboratif). Program tersebut diharapkan mampu menjadi jawaban atas berbagai permasalahan pendidikan di daerah terutama kategori 3T.
            Kabupaten Bengkayang, sebuah daerah di wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Meski begitu, Kabupaten Bengkayang justru merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam kategori daerah 3T. Tahun 2015 adalah kali pertama SM-3T bertugas di daerah ini, dan kemudian pada tahun 2016 adalah giliran kami SM-3T angkatan VI mengemban amanah sebagai guru SM-3T terhitung sejak bulan September 2016-September 2017.
            Mengulik kata-kata dari orang berpengaruh dunia,  Albert Enstein “Ilmu pengetahuan tanpa pengabdian adalah lumpuh. Sudah saatnya cita-cita kesuksesan diganti dengan cita-cita pengabdian”, kemudian coba juga memaknai  kata-kata dari Anies Baswedan “Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik”. Kesemuanya itu adalah pundi-pundi semangat bagi kami, pendidik SM-3T untuk terus mengabdikan diri pada negara. Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia, oleh SM-3T Angkatan VI Kabupaten Bengkayang diwujudkan tidak hanya dalam partisipasinnya menjadi guru yang mengajar murid-muridnya di sekolah penugasan, tapi juga berbaur dengan lingkungan sekitar dengan mengikuti beragam kegiatan seperti tahun baru padi atau gawai padi, kerja bakti lingkungan, dan lainnya. Dalam ranah yang lebih luas SM-3T Angkatan VI Kabupaten Bengkayang membuat berbagai program kegiatan yang dirancang untuk mengisi masa satu tahun pengadian, diantaranya: Sosialisasi Masuk Perguruan Tinggi (terutama jalur beasiswa) dan Tryout SBMPTN, Donasi bertajuk “Seribu Jendela Dunia untuk Anak di Ujung Negeri”, dan Festival Pendidikan Kabupaten Bengkayang.
            Sosialisasi Masuk Perguruan Tinggi dan Tryout SBMPTN, dilaksanakan sejak bulan Desember 2016-Februari 2017 di SMA/K di wilayah Kabupaten Bengkayang baik sekolah yang merupakan tempat penugasan SM-3T maupun bukan. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan motivasi siswa-siswi sekolah menengah atas agar dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberikan gambaran tentang jalur masuk khususnya jalur beasiswa karena sebagian besar yang membuat mereka enggan melanjutkan sekolah lantaran stigma mahalnya biaya pendidikan di perguruan tinggi, selain itu dengan tryout SBMPTN diharapkan dapat membantu menyiapkan mereka untuk bersaing penuh percaya diri dalam ajang seleksi masuk PTN pilihan mereka nantinya.
            “Seribu Jendela Dunia untuk Anak di Ujung Negeri”, adalah upaya kami untuk menggalang donasi dari seluruh warga Indonesia, dari mereka yang peduli pendidikan, dari mereka yang rindu akan pendidikan Indonesia yang lebih baik dan layak. Siswa yang tidak memiliki tas sekolah, seragam sekolah yang lusuh dan rusak, buku-buku sekolah yang tidak tersedia, sarana prasarana kurang memadai, menjadi pendorong kami menggalang donasi. Donasi yang kami kumpulkan pada awalnya adalah buku bacaan, buku pelajaran, seragam sekolah, tas, sepatu, dan peralatan sekolah; tidak perlu baru, bekas dan masih layak pakai pun kami terima. Tidak hanya di wilayah Kalimantan Barat, beberapa titik pengumpulan juga dibuka di wilayah pulau Jawa atas kerjasama anggota SM-3T dengan sanak-saudara yang sudi untuk diminta bantuan. Donasi dalam bentuk uang tunai juga kami buka, yang digunakan untuk membantu biaya pengumpulan hingga alokasi donasi pada penerima, dan juga digunakan untuk membeli apa-apa yang belum tercukupi dari donasi barang yang sudah terkumpul.
            Seiring berjalannya waktu, muncul inisiatif dari kami untuk membuat sebuah gerakan yang mampu mengajak seluruh elemen masyarakat untuk sadar dan peduli pada pendidikan di 3T: sebuah video yang diunggah oleh salah satu anggota SM-3T Angkatan VI Kabupaten Bengkayang, Anggit Purwoto berhasil menjadi viral di media sosial, meraup dukungan dari berbagai pihak mulai dari rakyak biasa sampai orang nomor satu Indonesia, Presiden Joko Widodo. Video “Pak Jokowi Minta Tas”, mengambarkan 4 orang siswa SD berpakaian lusuh tanpa alas kaki merintih meminta tas kepada Pak Jokowi. Video itu pun, nyatanya menjadi ujung tombak kami dalam usaha mengumpulkan donasi bagi pendidikan di 3T Kabupaten Bengkayang. Tanggapan positif hadir dari Pak Presiden yang langsung mengutus Sekretaris Pribadinya untuk terjun langsung melihat sekaligus menyerahkan bantuan tas, seragam sekolah, dan perlengkapan sekolah lengkap untuk beberapa sekolah dan siswa di daerah Sungkung, wilayah yang merupakan lokasi penempatan beberapa guru SM-3T, yang salah satunya pengunggah video viral Anggit Purwoto. Sejalan dengan itu, kami juga membuat gerakan bertajuk “Seutas Asa – Sepuluh Ribu Rupiah untuk Tas Anak Tapal Batas Indonesia”. Gerakan yang mengajak masyakarat untuk patungan donasi sebesar sepuluh ribu rupiah yang nantinya digunakan untuk membelikan tas sekolah anak-anak. Hingga ditutupnya program donasi ini, masih banyak donatur yang memberikan bantuan baik berupa barang maupun uang tunai. Dan pada akhirnya donasi secara berkala disalurkan pada bulan Mei-Agustus 2017 sebelum masa penugasan berakhir.
            Festival Pendidikan, menjadi agenda besar kami dalam masa pengabdian di Kabupaten Bengkayang. Berbagai perlombaan untuk siswa sekolah PAUD sampai SMA/K, kemudian stand-stand sekolah yang menampilkan potensi sekolah masing-masing diharapkan mampu berjalan lancar pada 13 Mei 2017. Selain sebagai ajang berkompetisi sehat, kegiatan ini dirancang sebagai bentuk promosi sekolah kepada masyarakat.
            Sedikit menoleh ke belakang, semua permasalahan yang timbul jelas membutuhkan solusi untuk mengatasinya, tidak dapat dipungkiri berbagai solusi tentu sudah dirumuskan oleh para pemangku kepentingan sesuai ranahnya. Persoal masalah pendidikan, bukan tidak pernah dipikirkan solusinya baik oleh pihak sekolah sebagai pelaksana, pemerintah daerah terutama dinas pedidikan setempat maupun pemerintah pusat melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan sebagai pembuat kebijakan. Wajib Belajar Sembilan Tahun, Bantuan Operasional Sekolah, beragam beasiswa pendidikan, Kartu Indonesia Pintar, Sarjana Mendidik di Daerah 3T dan yang terbaru Guru Garis Depan; kesemuanya adalah upaya-upaya baik dari pemerintah yang bertujuan untuk peningkatan mutu pendidikan. Namun, kita juga tidak bisa menutup mata bahwa praktik-praktik di lapangan pada ranah terkecil sekalipun terkadang tidak sesuai dengan perencanaan saat kebijakan itu dirumuskan. Mereka yang gelap mata karena “termakan” jabatan juga tidak luput menorehkan bercak hitam pada dunia pendidikan.

            Indonesia butuh kita; bukan aku, kamu, mereka, atau segelintir orang saja. Pendidikan juga butuh peran bersama; siswa, orang tua, guru, pemerintah terkait dan pernik lain pendukungnya. SM-3T adalah kita; kita yang terpanggil hatinya untuk memanusiakan manusia lewat pendidikan.  Apresiasi terbesar tentu layak diberikan kepada mereka yang sadar “Kami Orang Terdidik” maka “Kami Harus Mendidik”. Mengabdikan diri pada negeri demi tertunainya janji kemerdekaan “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” dan mewujud nyatakan slogan kebanggaan kami SM-3T “Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia”.
            Sejuta harapan yang tulus mengalir dari kami SM-3T Angkatan VI Kabupaten Bengkayang: Bengkayang mampu berdiri mandiri, dengan peningkatan kualitas dan maksimalnya peran sumber daya manusia terutama para putra-putri daerah, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas pendidikan, dan mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas dan cinta tanah air.(oleh Diyah Puspita Rini, S.Pd.)

No comments:

Post a Comment

Merdeka Belajar

 Merdeka Belajar Kebebasan setiap individu atas hak-haknya tanpa melanggar atau mengambil hak kebebasan individu lain-Ki HadjarDewantara Leb...