Indonesia:
negara dengan wilayah yang luas dan
heterogen, berpenduduk tidak sedikit, dan memiliki permasalahan pembangunan
yang belum merata di setiap wilayahnya. Bahkan hingga saat ini pembangunan
masih terpusat pada kota-kota besar terutama di Pulau Jawa, yang notabene menjadi tempat ibu kota
Indonesia berada, DKI Jakarta.
Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara geografis maupun sosiokultural, jelas
memerlukan upaya yang tepat untuk mengatasi berbagai masalahannya, diantaranya
dalam bidang pendidikan dan khususnya pendidikan di daerah 3T. Beberapa permasalahannya
antara lain tentang kekurangan jumlah guru, distribusi guru yang tidak merata,
kualifikasi guru tidak memenuhi standar: kurang
kompeten dan mengajar pada bidang studi yang tidak sesuai dengan kualifikasi
pendidikannya. Hal lain yang kerap muncul pada pendidikan di 3T adalah
angka putus sekolah yang relatif tinggi, partisipasi sekolah yang rendah,
sarana prasarana belum memadai, infrastruktur dan akses untuk mengikuti
pendidikan masih sangat jauh dari kata layak.
Pada
tahun 2011, Sarjana Mendidik di Daerah 3T atau kemudian lebih dikenal dengan
SM-3T untuk pertama kali muncul. Program yang ditujukan dalam rangka percepatan
pembangunan pendidikan di daerah 3T ini merupakan salah satu isi dari program
pemerintah bertajuk “Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia”, di dalamnya termasuk
Program Sarjana Mendidik di Daerah 3T (SM-3T), Program PPG Terintegrasi dan
Kewenangan Tambahan (PPGT), dan Program PPG Kolaboratif (PPG Kolaboratif).
Program tersebut diharapkan mampu menjadi jawaban atas berbagai permasalahan
pendidikan di daerah terutama kategori 3T.
Kabupaten
Bengkayang, sebuah daerah di wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan
negara Malaysia. Meski begitu, Kabupaten Bengkayang justru merupakan salah satu
daerah yang termasuk dalam kategori daerah 3T. Tahun 2015 adalah kali pertama
SM-3T bertugas di daerah ini, dan kemudian pada tahun 2016 adalah giliran kami
SM-3T angkatan VI mengemban amanah sebagai guru SM-3T terhitung sejak bulan
September 2016-September 2017.
Mengulik
kata-kata dari orang berpengaruh dunia, Albert Enstein “Ilmu pengetahuan tanpa
pengabdian adalah lumpuh. Sudah saatnya cita-cita kesuksesan diganti dengan
cita-cita pengabdian”, kemudian coba juga memaknai kata-kata dari Anies Baswedan “Mendidik
adalah tanggung jawab setiap orang terdidik”. Kesemuanya itu adalah pundi-pundi
semangat bagi kami, pendidik SM-3T untuk terus mengabdikan diri pada negara.
Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia, oleh SM-3T Angkatan VI Kabupaten
Bengkayang diwujudkan tidak hanya dalam partisipasinnya menjadi guru yang
mengajar murid-muridnya di sekolah penugasan, tapi juga berbaur dengan
lingkungan sekitar dengan mengikuti beragam kegiatan seperti tahun baru padi
atau gawai padi, kerja bakti lingkungan, dan lainnya. Dalam ranah yang lebih
luas SM-3T Angkatan VI Kabupaten Bengkayang membuat berbagai program kegiatan
yang dirancang untuk mengisi masa satu tahun pengadian, diantaranya:
Sosialisasi Masuk Perguruan Tinggi (terutama jalur beasiswa) dan Tryout SBMPTN, Donasi bertajuk “Seribu
Jendela Dunia untuk Anak di Ujung Negeri”, dan Festival Pendidikan Kabupaten
Bengkayang.
Sosialisasi
Masuk Perguruan Tinggi dan Tryout
SBMPTN, dilaksanakan sejak bulan Desember 2016-Februari 2017 di SMA/K di
wilayah Kabupaten Bengkayang baik sekolah yang merupakan tempat penugasan SM-3T
maupun bukan. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan motivasi siswa-siswi
sekolah menengah atas agar dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih
tinggi, memberikan gambaran tentang jalur masuk khususnya jalur beasiswa karena
sebagian besar yang membuat mereka enggan melanjutkan sekolah lantaran stigma
mahalnya biaya pendidikan di perguruan tinggi, selain itu dengan tryout SBMPTN diharapkan dapat membantu
menyiapkan mereka untuk bersaing penuh percaya diri dalam ajang seleksi masuk
PTN pilihan mereka nantinya.
“Seribu
Jendela Dunia untuk Anak di Ujung Negeri”, adalah upaya kami untuk menggalang
donasi dari seluruh warga Indonesia, dari mereka yang peduli pendidikan, dari
mereka yang rindu akan pendidikan Indonesia yang lebih baik dan layak. Siswa
yang tidak memiliki tas sekolah, seragam sekolah yang lusuh dan rusak,
buku-buku sekolah yang tidak tersedia, sarana prasarana kurang memadai, menjadi
pendorong kami menggalang donasi. Donasi yang kami kumpulkan pada awalnya
adalah buku bacaan, buku pelajaran, seragam sekolah, tas, sepatu, dan peralatan
sekolah; tidak perlu baru, bekas dan
masih layak pakai pun kami terima. Tidak hanya di wilayah Kalimantan Barat,
beberapa titik pengumpulan juga dibuka di wilayah pulau Jawa atas kerjasama
anggota SM-3T dengan sanak-saudara yang sudi untuk diminta bantuan. Donasi
dalam bentuk uang tunai juga kami buka, yang digunakan untuk membantu biaya
pengumpulan hingga alokasi donasi pada penerima, dan juga digunakan untuk
membeli apa-apa yang belum tercukupi dari donasi barang yang sudah terkumpul.
Seiring
berjalannya waktu, muncul inisiatif dari kami untuk membuat sebuah gerakan yang
mampu mengajak seluruh elemen masyarakat untuk sadar dan peduli pada pendidikan
di 3T: sebuah video yang diunggah oleh
salah satu anggota SM-3T Angkatan VI Kabupaten Bengkayang, Anggit Purwoto
berhasil menjadi viral di media sosial, meraup dukungan dari berbagai pihak mulai
dari rakyak biasa sampai orang nomor satu Indonesia, Presiden Joko Widodo.
Video “Pak Jokowi Minta Tas”, mengambarkan 4 orang siswa SD berpakaian lusuh
tanpa alas kaki merintih meminta tas kepada Pak Jokowi. Video itu pun, nyatanya
menjadi ujung tombak kami dalam usaha mengumpulkan donasi bagi pendidikan di 3T
Kabupaten Bengkayang. Tanggapan positif hadir dari Pak Presiden yang langsung mengutus
Sekretaris Pribadinya untuk terjun langsung melihat sekaligus menyerahkan
bantuan tas, seragam sekolah, dan perlengkapan sekolah lengkap untuk beberapa
sekolah dan siswa di daerah Sungkung, wilayah yang merupakan lokasi penempatan
beberapa guru SM-3T, yang salah satunya pengunggah video viral Anggit Purwoto.
Sejalan dengan itu, kami juga membuat gerakan bertajuk “Seutas Asa – Sepuluh
Ribu Rupiah untuk Tas Anak Tapal Batas Indonesia”. Gerakan yang mengajak
masyakarat untuk patungan donasi sebesar sepuluh ribu rupiah yang nantinya
digunakan untuk membelikan tas sekolah anak-anak. Hingga ditutupnya program
donasi ini, masih banyak donatur yang memberikan bantuan baik berupa barang
maupun uang tunai. Dan pada akhirnya donasi secara berkala disalurkan pada
bulan Mei-Agustus 2017 sebelum masa penugasan berakhir.
Festival
Pendidikan, menjadi agenda besar kami dalam masa pengabdian di Kabupaten
Bengkayang. Berbagai perlombaan untuk siswa sekolah PAUD sampai SMA/K, kemudian
stand-stand sekolah yang menampilkan
potensi sekolah masing-masing diharapkan mampu berjalan lancar pada 13 Mei
2017. Selain sebagai ajang berkompetisi sehat, kegiatan ini dirancang sebagai
bentuk promosi sekolah kepada masyarakat.
Sedikit
menoleh ke belakang, semua permasalahan yang timbul jelas membutuhkan solusi
untuk mengatasinya, tidak dapat dipungkiri berbagai solusi tentu sudah
dirumuskan oleh para pemangku kepentingan sesuai ranahnya. Persoal masalah
pendidikan, bukan tidak pernah dipikirkan solusinya baik oleh pihak sekolah
sebagai pelaksana, pemerintah daerah terutama dinas pedidikan setempat maupun
pemerintah pusat melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan sebagai pembuat
kebijakan. Wajib Belajar Sembilan Tahun,
Bantuan Operasional Sekolah, beragam beasiswa pendidikan, Kartu Indonesia
Pintar, Sarjana Mendidik di Daerah 3T dan yang terbaru Guru Garis Depan; kesemuanya
adalah upaya-upaya baik dari pemerintah yang bertujuan untuk peningkatan mutu
pendidikan. Namun, kita juga tidak bisa menutup mata bahwa praktik-praktik di
lapangan pada ranah terkecil sekalipun terkadang tidak sesuai dengan perencanaan
saat kebijakan itu dirumuskan. Mereka yang gelap mata karena “termakan” jabatan
juga tidak luput menorehkan bercak hitam pada dunia pendidikan.
Indonesia
butuh kita; bukan aku, kamu, mereka, atau
segelintir orang saja. Pendidikan juga butuh peran bersama; siswa, orang tua, guru, pemerintah terkait
dan pernik lain pendukungnya. SM-3T adalah kita; kita yang terpanggil hatinya untuk memanusiakan manusia lewat
pendidikan. Apresiasi terbesar tentu
layak diberikan kepada mereka yang sadar “Kami Orang Terdidik” maka “Kami Harus
Mendidik”. Mengabdikan diri pada negeri demi tertunainya janji kemerdekaan “Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa” dan mewujud nyatakan slogan kebanggaan kami SM-3T “Maju
Bersama Mencerdaskan Indonesia”.
Sejuta
harapan yang tulus mengalir dari kami SM-3T Angkatan VI Kabupaten Bengkayang: Bengkayang mampu berdiri mandiri, dengan
peningkatan kualitas dan maksimalnya peran sumber daya manusia terutama para
putra-putri daerah, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas pendidikan,
dan mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas dan cinta tanah air.(oleh Diyah Puspita Rini, S.Pd.)
No comments:
Post a Comment