SM-3T adalah sebuah program dari
pemerintah yang salah satu tujuannya adalah untuk mempercepat pembangunan
pendidikan yang ada di daerah terdepan, terluar dan tertinggal di Indonesia ini telah membawa saya ke sebuah tempat di daerah pelosok negeri ini. Tepatnya di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia yaitu
di Dusun Kadok, Kecamatan Siding, kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan
Barat. Sebuah kampung yang berada di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia ini, mayoritas
penduduknya adalah Suku Dayak, orang-orang biasa menyebutnya
dengan Dayak Sungkung. Selama satu tahun penuh kami ditugaskan untuk mengabdi
di SMA N 1 Siding yang terletak di desa tersebut. Tidak hanya SMA saja tapi
kami terkadang juga menyempatkan waktu untuk berkunjung sesekali memberikan
motivasi untuk anak SMP dan SD yang ada di desa Sungkung sebagai wujud bakti
dan pengabdian kami kepada negeri.
Satu tahun pengabdian, memberikan pengalaman yang
luar biasa. Menjadi
salah satu peserta dalam program SM-3T ini, membuat saya merasakan suka dan duka selama saya menjalankan tugas di daerah
pengabdian. Jalan berlumpur, teriknya panas matahari, dan derasnya sungai
Sekayam di Kalimantan sudah biasa saya rasakan disetiap langkah saya untuk
menuju daerah pengabdian di SMA N 1 Siding Kabupaten Bengkayang. Awalnya, mendengar kabar tentang lokasi di
daerah penempatan sungguh terasa berat. Tidak ada listrik, sinyal, ditambah perjalanan menuju penempatan
membutuhkan waktu selama 2 hari dari ibukota kabupaten membuat saya merasa
berat untuk melangkah. Tapi dengan niat dan tekad awal saya dan teman-teman
seperjuangan untuk mengabdi demi anak negeri, semangat saya kembali memulih dan
tidak luntur hanya karena mendengar
kabar seperti itu. Saya dan teman-teman tetap akan memberikan yang terbaik
untuk kemajuan pendidikan yang ada di negeri ini. Kebetulan daerah kami adalah lokasi
yang paling jauh dari penempatan teman-teman yang lainnya yang ada di Kabupaten
Bengkayang. Perjalanan menuju lokasi penempatan kami membutuhkan waktu selama 2
hari dari pusat kabupaten Bengkayang dengan mengeluarkan biaya transportasi
kurang lebih 800 ribu untuk sekali jalan, jadi bisa dibayangkan ketika harus
bolak-balik untuk menuju ke pusat Kabupaten Bengkayang.
Jalan berlumpur, berbatu, panas terik
matahari dan derasnya air sungai di Kalimantan selalu menemani langkah saya
untuk tetap berjuang mencerdaskan anak bangsa. Untuk menuju ke lokasi
penempatan saya harus melewati 2 kabupaten yaitu kabupaten Sanggau dan
kabupaten Landak, karena memang belum ada akses transportasi darat dari pusat
Kabupaten Bengkayang menuju ke Desa Sungkung. Jalur air, melewati sungai dengan
menggunakan perahu pun dapat dijangkau dengan minimal waktu kurang lebih 7 jam
perjalanan dari Entikong Kabupaten Sanggau setelah sebelumnya melakukan perjalanan
menggunakan bus dari Kabupaten Bengkayang selama 8 jam perjalanan.
“Awal Pengabdian Di Tapal Batas”
Masih teringat betul waktu itu adalah hari
kamis, 8 September 2016, saya dan teman-teman satu penempatan melakukan
perjalanan menuju lokasi
penempatan di SMA N 1 Siding
kami bersama-sama dengan kepala sekolah kami, perjalanan kami tempuh dengan
menggunakan bus sampai Entikong perbatasan Indonesia-Malaysia selama kurang
lebih 8 jam perjalanan. Kemudian kami menginap satu hari di Entikong, barulah
pagi hari pukul 07.00 tanggal 9 September 2016 kami melanjutkan perjalanan
darat dengan menggunakan ojek dari siswa SMA N 1 Siding. Dalam perjalanan
sampai di Sungkung banyak kendala yang kami alami, mulai dari jalan becek, mendorong
motor, menyeberangi sungai semua kami alami untuk menuju lokasi. Hingga pada
akhirnya sampailah kami
di SMA N 1 Siding dengan selamat. Sesampainya di sana, ternyata sudah banyak siswa dan para
guru di sekolah menyambut kedatangan kami. Sambutan yang hangat dari mereka membuat kami menangis haru,
karena begitu sangat antusiasnya mereka dengan kehadiran kami bertiga di SMA N
1 Siding. Sore harinya kami mulai bersih-bersih asrama untuk kami tempati
selama satu tahun, di sela-sela kami membersihkan asrama kami disambut dengan
hangat oleh kepala dusun dan perwakilan dari desa setempat. Mereka dengan senang hati singgah dan menyambut
kami di asrama bersama dengan kepala sekolah.
Satu bulan awal pengabdian kami di lokasi
penempatan,
banyak cerita yang kami dapatkan dalam mengajar dan mendidik siswa-siswi di SMA
N 1 Siding. Di sekolah saya mendapatkan kenyataan, bahwa sesungguhnya siswa-siswi di daerah
perbatasan mempunyai semangat yang luar biasa untuk bersekolah. Hal ini terbukti dari keseharian meraka, jika mau berangkat
sekolah harus berjalan kaki selama
kurang lebih satu jam dari kampungnya. Begitu sampai sekolah mereka sangat
antusias dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru di SMA N 1
Siding. Semenjak kehadiran kami siswa-siswi di SMA N 1 Siding belajar banyak
tentang kegiatan sekolah baik itu kegiatan intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler. Pendidikan karakter yang selalu digadang-gadangkan oleh
pemerintah untuk bisa diajarkan disekolah tidak luput kami perkenalkan kepada
siswa-siswi untuk selalu diterapkan pada diri mereka dalam kehidupan
sehari-hari. Mulai dari kebiasaan senyum, salam, sapa, sopan dan santun hingga
perilaku mereka dalam menjalani kehidupan di sekolah maupun di rumah selalu
kami ajarkan kepada mereka sebagai langkah untuk memperbaiki karakter siswa.
Kegiatan ekstrakurikuler sebagai kegiatan
tambahan, kami bentuk sebagai wadah pengembangan diri mereka dalam menyalurkan
minat dan bakat sesuai dengan keahlian masing-masing. Ekstrakurikuler pramuka,
bela diri karate, gerakan
siswa pecinta alam, dan olahraga kami bentuk semenjak awal kami hadir di
sekolah dan Alhamdulillah sangat luar biasa antusias mereka dengan adanya
kegiatan ini. Dengan adanya ekstrakurikuler itu siswa-siswi SMA N 1 Siding
sekarang sudah mulai mengenal apa itu pendidikan karakter yang selalu kami
ajarkan dalam kegiatan pramuka, mereka menjadi tahu apa itu seni bela diri dan saat ini
mereka sudah tergabung dalam Institut
Karate Do Nasional Indonesia (INKANAS) berkat seni bela diri yang kami ajarkan
dan kami bawa untuk mereka. Saat ini mereka juga sudah mengenal apa itu Gerakan
Siswa Pecinta Alam (Grasspala) yang saat ini sudah kami bentuk organisasinya di
sekolah dengan nama Gerakan Siswa Pecinta Alam Sinjang Permai (GSP Sinjang
Permai). Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler ini ternyata mampu memperbaiki
karakter dan dapat menambah keterampilan siswa-siswi SMA N 1 Siding yang ada di
daerah perbatasan.
Beberapa bulan kami mengajar ternyata
mereka tidak kalah dengan siswa yang ada di kota, kami melihat banyak
bakat-bakat terpendam yang ada dalam diri mereka. Begitu tingginya semangat dan
motivasi mereka untuk sekolah dan ingin menjadi orang sukses semenjak kedatangan kami. Secara tidak langsung, hal tersebut
membuat jiwa kami terpantik untuk terus dan terus membakar semangat mereka
melalui motivasi-motivasi yang kami berikan disetiap harinya. Kami selalu
memberikan motivasi-motivasi kepada siswa sebelum kegiatan pembelajaran
dimulai, karena mereka selalu mengeluhkan bahwa guru yang ada disana hanya
sebatas mengajar saja tidak banyak yang memberikan dan memotivasi mereka untuk
senantiasa berjuang meraih masa depan. Dan Alhamdulillah motivasi-motivasi yang
selalu kami berikan mampu menggugah hati mereka untuk senantiasa tekun belajar
dan berjuang untuk meraih masa depan mereka.
“Kegiatan Sekolahku Menyenangkan”
SMA Negeri 1 Siding, sekolah yang berada di tapal batas antara Indonesia-Malaysia
ini berada di Dusun Kadok, Desa Sungkung 2, Kecamatan Siding, Kabupaten
Kalimantan Barat. SMA Negeri 1
Siding ini adalah satu-satunya sekolah menengah atas yang berada di Desa Sungkung 2. Sekolah yang sudah beroperasi dan
memulai kegiatan belajar mengajar pada tahun 2011 ini sudah berhasil meluluskan
beberapa siswa yang berada di Desa
Sungkung. Sebuah sekolah
kecil yang mempunyai banyak keterbatasan sarana dan prasarana, kini berusaha
untuk berkembang seiring dengan adanya program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu pengiriman guru SM3T yang
ada di sekolah ini. Banyak siswa lulusan SMP yang lebih memilih sekolah di kota daripada di sekolah ini
karena kurangnya kegiatan siswa, sarana dan prasarana yang terbatas, serta minimnya tenaga
pendidik. Tetapi saat ini sudah banyak masyarakat dan anak-anak di Desa Sungkung mengetahui peningkatan mutu pendidikan yang ada di sekolah
ini, dan mulai banyak siswa SMP ataupun lulusan SMA Negeri 1 Siding yang memberikan apresiasi
kepada sekolah ini karena peningkatannya yang luar biasa. Kenapa? Ya, karena semenjak kehadiran guru SM3T
banyak kegiatan dan program yang sudah dilakukan di sekolah ini. Diantaranya
adalah Graspala (Gerakan Siswa Pecinta Alam), kegiatan semacam ini sebelumnya belum pernah diadakan
di SMA Negeri 1 Siding. Ini adalah salah satu kegiatan yang bertujuan
untuk membentuk mentalitas dan jiwa yang tangguh kepada siswa. Di sekolah kegiatan ini dinamakan GSP
(Graspala Sinjang Permai), yah karena memang sekolah ini terletak di bawah kaki
Gunung Sinjang yang permai nan jauh dari hiruk pikuk ramainya kehidupan kota. Saat ini sudah banyak siswa
yang tergabung dalam kegiatan ini, kemudian pendidikan dasar yang biasa disebut
dengan diklatsar (pendidikan latihan dasar) pecinta alam juga sudah dilaksanakan
di Bukit Talo Kecamatan Siding. Sekarang
siswa yang mengikuti kegiatan ini sudah memiliki NPA (Nomor Pokok Anggota)
siswa pecinta alam, dengan
demikian siswa sudah menjadi anggota penuh siswa pecinta alam Indonesia.
Kegiatan kedua adalah bela diri karate,
kegiatan ini bertujuan untuk membangun kemandirian, sportifitas, satria dan
disiplin selain itu juga untuk membentuk fisik yang sehat, kuat dan menguasai
olahraga dibidang bela diri.
Alhamdulillah dengan kehadiran guru SM3T ternyata membuat mereka dapat
mengembangkan bakatnya di bidang olahraga bela diri. Kegiatan bela diri juga
baru saja dilaksanakan di sekolah ini dan sekarang sudah banyak siswa yang
menguasai bidang olahraga ini. Saat
ini siswa yang mengikuti cabang olahraga ini sudah tergabung di perguruan
INKANAS (Institut Karate Do Nasional Indonesia), berkat kerjasama sekolah
dengan guru SM3T di sekolah ini.
Kegiatan yang ketiga adalah pramuka, ya kelihatan sederhana tapi
kegiatan ini baru pertama kali juga dilaksanakan di SMA Negeri 1 Siding. Kegiatan yang bertujuan
untuk meningkatkan pribadi yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berjiwa
patriotik, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dan
berkecakapan dalam hidup. Selain itu siswa
juga diajarkan untuk menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia, dan
patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota
masyarakat yang baik, dan berguna. Karena bukanlah hal yang mudah untuk
membangkitkan semangat jiwa merah putih dan patriotisme di daerah perbatasan.
Bahkan banyak dari mereka yang lebih suka dengan negara lain daripada negaranya
sendiri. Kegiatan ini dimulai semenjak
kehadiran guru SM3T di sekolah ini dan sudah berjalan beberapa bulan, kemudian
sudah mengadakan persami untuk yang pertama kalinya di sekolah ini. Mungkin itu
beberapa kegiatan yang dilaksanakan di SMA N 1 Siding dan masih banyak lagi
kegiatan yang dilakukan disekolah ini.
Alhamdulillah kegiatan itu di tayangkan di Ruai tivi, salah satu channel
televisi lokal di kalimantan barat.
Semangat
siswa di sekolah ini sekarang menjadi hidup dan tumbuh kembali, walaupun dengan
berbagai macam keterbatasan yang ada. Dengan kehadiran guru SM3T membuat mereka
menjadi lebih mantap untuk menentukan masa depan mereka.
"Satya Ku, Ku Darmakan, Darma Ku, Ku bakti kan.
Pramuka SMA
Negeri 1 Siding baru saja
dimulai untuk yang pertama kalinya. Yah, sebelumnya memang belum pernah
dilaksanakan sama sekali di sekolah ini. Ini adalah salah satu kegiatan
ekstrakurikuler yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Siding, tepat nya di Desa Sungkung 2
Kecamatan Siding Kabupaten Kalimantan Barat. Salah
satu kegiatan untuk meningkatkan pribadi yang beriman, bertaqwa, berakhlak
mulia, berjiwa patriotik, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa
dan berkecakapan dalam hidup. Selain itu
siswa juga diajarkan untuk menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia,
dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat
yang baik, dan berguna. Karena bukanlah hal yang mudah untuk membangkitkan
semangat jiwa merah putih dan patriotisme di daerah perbatasan. Bahkan banyak
dari mereka yang lebih suka dengan negara lain daripada negaranya sendiri.
Berawal dari kegiatan pramuka ini kami
berusaha mencoba untuk merintis dan mengenalkan kepada siswa arti dari pramuka
yang sesungguhnya. Di dalam
kegiatan ini siswa dilatih untuk menjadi pribadi yang bermental tangguh fisik
maupun psikis dalam menghadapi dinginnya malam, ganasnya terik matahari dan
besarnya hembusan angin. Selain itu di dalam
pramuka terdapat nilai pendidikan karakter yang dapat melatih siswa untuk hidup
mandiri dan menjadi pribadi yang baik di dalam
kehidupan. Kami juga mengajarkan bahwa pramuka tidak lepas kaitannya dengan
alam, banyak hal yang dapat kita pelajari dari alam yang kaya raya ini, yah
alam sebenarnya memberikan pengajaran kepada kita atas kebersahajaan, batas kekuatan dan kelemahan diri yang berujung
pada kerendahan hati dan penghargaan kepada orang lain. Alam juga mengajarkan
rasionalitas dan kejujuran bersikap, disinilah dan melalui inilah integritas
pribadi yang ada pada siswa SMA Negeri
1 Siding tumbuh dan matang menjadi lebih baik.
Sebenarnya masih banyak sikap dan karakter
handal yang bisa ditumbuhkan dari siswa dan siswi yang ada di SMA Negeri 1 Siding ini. Kami menemukan bahwa
siswa-siswi SMA Negeri
1 Siding dengan menjadi seorang pramuka yang sesungguhnya muncul lah sikap
seperti kerjasama, paham tentang keberagaman, kesetaraan manusia
dan tentu kreatifitas dan keterampilan dalam mencipta serta terwujudnya
karakter yang baik didalam diri siswa SMA Negeri 1 Siding
ini. Karena sebenarnya karakter yang sesungguhnya adalah sikap yang membekas dalam
diri bermula dari kebiasaan yang terukir dan menjadi sikap keseharian. Kami
sangat bangga dengan adanya kegiatan yang kami tinggalkan untuk dapat
diteruskan di SMA Negeri 1
Siding ini dalam rangka membina dan melatih karakter siswa melalui kegiatan kepramukaan
di sekolah.
"Ternyata Ada Orang Sungkung
yang Punya Ekor!!!"
Alkisah ada beberapa orang pemuda dan
pemudi yang sudah berikrar untuk mengabdikan diri di daerah perbatasan antara
Indonesia-Malaysia telah sampai di daerah tujuan pengabdian mereka tepatnya di Desa Sungkung, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Ya, pemuda itu
adalah kami, siapa kami?, kami
adalah seorang pendidik yang ingin mengabdikan diri di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal. Program nawacita dari
pemerintah yang baru digadang-gadangkan saat ini mengantarkan kepada kami untuk
dapat mengagumi, merasakan dan melihat bahwa Indonesia itu tidak hanya sebatas
nama tapi Indonesia itu begitu sangat luas dengan beribu-ribu pulau yang menawan serta memiliki
kekayaan adat budaya yang sangat luar biasa. Di sisi lain kami mempunyai tugas dan amanah besar yaitu mempercepat
pembangunan pendidikan di daerah terdepan, terluar,
dan tertinggal. Nawacita, ya itulah 9 program dari pemerintah yang salah satu
diantaranya adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
Desa Sungkung, sebuah desa yang berada diatas
gunung perbatasan antara Indonesia-Malaysia
ini ternyata memiliki banyak sejarah dan cerita rakyat yang menarik untuk
ditelisik dan digali dalam-dalam. Di sini
kami akan sedikit menceritakan dari daerah yang kami tempati yaitu di Desa Sungkung, Kecamatan
Siding, Kabupaten
Bengkayang, Provinsi
Kalimantan Barat. Di sini
cerita mulai dari terbentuknya Desa
Sungkung sampai terjadinya
kebakaran yang memisahkan Desa
Sungkung komplek menjadi 3
bagian semuanya terekam dengan baik di Bumi Khatulistiwa
ini. Selain itu cerita rakyat, mitos dan legenda yang syarat akan makna semua terabadikan dan tersimpan di daerah
ini. Belum genap satu minggu kami berada di desa sungkung sudah banyak cerita
yang kami dapatkan dari masyarakat, mulai dari mata pencaharian di daerah sini,
adat budaya daerah dan berbagai macam cerita yang berkembang di sini. Salah satu cerita yang berkembang
adalah tentang orang Sungkung
yang mempunyai ekor. Memang selama ini dan sudah sejak lama jika terdengar Desa Sungkung banyak orang beranggapan bahwa masyarakatnya mempunyai
ekor di belakang. Begitu
terdengar cerita itu, banyak orang merasa penasaran dengan orang asli Sungkung. Sehingga banyak orang mencari
informasi tentang adanya cerita yang berkembang di desa ini. Lantas apakah
benar orang Sungkung
mempunyai ekor?
Kami akan mencoba sedikit mengungkap dan
menceritakan tentang cerita yang berkembang selama ini. Pagi itu, tepatnya hari
Sabtu, 10 September 2016
baru saja kami menginap satu malam di sini
telah disuguhi dengan berbagai macam cerita dan salah satunya adalah tentang
manusia berekor di Sungkung.
Siapakah manusia itu?
Pagi
hari kami bersantai sambil menikmati segelas kopi hitam dari orang tua angkat kami, ada seorang tokoh
masyarakat asli Sungkung
menyambangi kami yang tengah bercengkerama bersama kepala sekolah kami. Asyik
bercerita hingga akhirnya tokoh masyarakat itu bercerita tentang manusia
berekor di Sungkung.
Tokoh masyarakat itu bercerita bahwa pada zaman dahulu saat Desa Sungkung masih menjadi satu atau dahulu disebut dengan Sungkung komplek, banyak masyarakat yang
belum mengenal dan memakai pakaian seperti saat ini. Mereka menutupi tubuhnya
dengan menggunakan dedaunan ataupun akar-akaran dari hasil hutan. Karena pada
saat itu memang belum ada akses jalan yang baik dari kota menuju daerah Sungkung, sehingga menyebabkan masyarakat
kesulitan untuk membeli kebutuhan sandang, pangan dan papan yang berasal dari
kota. Baik anak-anak,
remaja, orang tua di Desa Sungkung menggunakan pakaian yang terbuat dari hasil hutan.
Kemudian cara memakai pakaiannya pun masih tergolong primitif dalam artian
mereka menggunakan baju hanya sebatas untuk menutupi badannya saja dengan daun,
kemudian dalam memakai celana bagi mereka yang terpenting dapat menutupi tubuh
bagian bawahnya saja, kemudian celananya yang berasal dari hasil hutan tersebut
diikat menggunakan rotan ataupun tali dari hutan di pinggangnya hingga memutar
sampai belakang dan diikat di bagian belakang. Tali tersebut seringkali
kepanjangan kemudian ketika sudah ditalikan di belakang masih ada sisanya yang tidak terikat, sehingga
menyebabkan tali tersebut menjulur sampai kebawah pinggang tepat di antara tengah-tengah kaki bagian belakang.
Pakaian ini sehari-hari dipakai oleh
masyarakat yang ada di Desa
Sungkung. Bahkan ketika
ada acara adat mereka selalu menggunakan pakaian yang berasal dari hasil hutan tersebut
sampai sekarang. Suatu ketika ada seorang pelancong dari kota datang
mengunjungi desa Sungkung
dan singgah di daerah tersebut. Kemudian pelancong itu melihat orang-orang
sungkung bahwa di belakang
punggung, tepatnya di bagian
paling bawah terdapat bagian tubuh yang
menjulur kebawah yang ia sebut sebagai ekor. Sehingga sontak pelancong itu
beranggapan bahwa masyarakat sungkung itu mempunyai ekor. Dan anehnya pelancong
itu tidak berani untuk menanyakan sebenarnya apa yang berada di belakang tubuh masyarakat Sungkung itu sehingga sampai bisa menjulur
kebawah. Padahal sebenarnya yang menjulur kebawah itu adalah sisa ikatan tali
untuk mengikat celana mereka. Hingga pada akhirnya pelancong itu kembali ke
kota dan menyampaikan informasi bahwa orang orang Sungkung itu ternyata mempunyai ekor
panjang di belakang. Informasi itu
dengan cepatlah menyebar sampai ke kota dan pelosok desa. Bahkan sampai
sekarangpun masih ada yang beranggapan bahwa orang Sungkung itu mempunyai ekor. Ada suatu
cerita seorang tokoh masyarakat pergi ke kota, lalu ia bertemu dengan orang Cina. Kemudian mereka berdua berbincang
bersama, tokoh masyarakat tersebut memperkenalkan diri bahwa sebenarnya ia
adalah orang asli Sungkung.
Mendengar hal itu langsung membuat orang Cina tersebut tanpa pikir panjang melihat tubuh bagian belakang
orang Sungkung itu. Setelah
beberapa saat mengamati ia bertanya kepada orang Sungkung itu: "Pak apakah benar orang Sungkung itu mempunyai ekor??" Lalu
orang Sungkung itu menjawab:
"Iya benar orang Sungkung
itu memang mempunyai ekor". Sekali lagi orang Cina itu dengan lirikan matanya melihat
bagian belakang orang sungkung tersebut. Di mana
letak ekor bapak, kok tidak ada?? Tanya orang Cina. Setelah itu orang Sungkung itu menjelaskan secara detail,
"Pak memang kami masyarakat Sungkung
itu mempunyai ekor, tapi ekor kami terletak di bagian depan, bukan di bagian
belakang bahkan saya rasa bapakpun juga punya ekor yang letaknya di depan." Jawab orang Sungkung. Setelah mendengar jawaban itu
geleng-geleng kepala dan tertawalah orang Cina itu, baru kemudian diceritakan asal
usul kenapa kok orang Sungkung
seringkali dianggap mempunyai ekor padahal sebenarnya yang berada di belakang tubuh itu adalah salah satu tali
yang digunakan untuk mengikat pakaian mereka. Begitulah cerita sebenarnya yang
berasal dari Desa
Sungkung ini. Sungguh luar
biasa sekali anggapan masyarakat selama ini ternyata yang berada di belakang tubuh orang Sungkung bukan ekor tapi itu adalah ikatan
tali. Sampai-sampai cerita ini bisa ada di luar negeri. Gimana ceritanya yaa???
Buktinya adalah ada orang Cina
yang menanyakan kepada orang sungkung perihal ekor. Ini berarti menandakan
bahwa hanya karena sebatas tali dari hasil hutan Indonesia saja ceritanya bisa
sampai ke luar negeri dan membuat penasaran mereka. Memang Indonesia itu sangat luar biasa. Mari kita
eksplor kekayaan alam, adat budaya, cerita rakyat, dari negeri tercinta kita
ini. Dan perlu diketahui bahwa saat ini kita ada dan kita bersama karena ada
satu nama yaitu Indonesia......
"Terimakasih Pak Presiden dan
Seluruh Masyarakat Indonesia"
Senin, 10 April 2017 mungkin adalah hari
bersejarah yang tertoreh di sebuah negeri
di atas gunung yang selama
ini masih terkukung bernama Sungkung. Tepatnya di Desa Sungkung, Kec. Siding, Kab.
Bengkayang, Provinsi
Kalimantan Barat. Pagi itu mentari terbit tak seperti biasanya, ia menyinarkan
sinarnya dengan penuh kehangatan dan dirasakan bagi setiap jiwa yang ingin
melakukan aktivitasnya di pagi hari. Kibaran bendera merah putih dengan tiang
khasnya bambu berwarna hijau tertancap dengan tegak di sepanjang jalan dan setiap sudut Desa Sungkung. Rombongan tentara dan
masyarakat melintas lalu lalang di sepanjang
jalan dengan membawa barang di depan
dan belakang motor yang dibawanya. Berbagai macam media dan instansi dari Kabupaten Bengkayang ramai hadir di kampung
mereka. Masyarakat banyak yang keluar rumah dan berbincang di depan rumah
mereka dengan memikirkan apa yang sebenarnya terjadi di hari itu, karena memang
tak seperti biasanya desa mereka bisa seramai ini. Pukul 07.00 WIB tepatnya di
SD Negeri 04 Sungkung tiba-tiba ramai dihadiri oleh banyak pejabat mulai dari
staf kepresidenan, kepolisian, berbagai macam instansi dari Kabupaten Bengkayang, dan media televisi
hadir di sekolah tersebut. Siswa-siswi SD 04 Sungkung pun mulai bertanya-tanya dengan sebenarnya
apa yang sedang terjadi di hari itu. Seperti biasanya setiap hari Senin pagi siswa dan siswi SD N 04 Sungkung
melakukan kegiatan upacara bendera. Upacara itu tidak hanya diikuti oleh siswa
dan guru saja tetapi oleh masyarakat dari berbagai kalangan dan dari berbagai
instansi serta beberapa media ikut meliput jalannya upacara pada hari tersebut.
Termasuk saya dan teman-teman SM3T yang satu penempatan mengikuti kegiatan
upacara bersama dengan guru dan pejabat dari berbagai instansi. Setelah upacara
selesai barulah mereka dikumpulkan untuk mendapatkan pengarahan dari kepala
sekolah, setelah diberi pengarahan akhirnya siswa-siswi mengetahui bahwa pada
hari itu akan dibagikan tas, sepatu dan perlengkapan sekolah bantuan langsung
dari presiden RI Bapak Joko Widodo.
Bantuan yang berasal dari Presiden Jokowi tersebut berupa tas dan
perlengkapan sekolah yang berjumlah kurang lebih 600 paket yang akan dibagikan
kepada seluruh siswa-siswi
yang ada di Desa
Sungkung. Akhirnya siswa SD 04 Sungkung
merasa bangga dengan dikabulkannya permintaan mereka setelah
sebelumnya beredar video viral 4 orang siswa dari SD 04 Sungkung yang meminta
tas kepada Presiden Jokowi yang di-upload
oleh teman satu penempatan saya yang bernama Anggit Purwoto. Mereka bersorak
bahagia dan haru saat mendengar kabar itu. Satu persatu tas dan peralatan
sekolah mulai datang ke sekolah untuk segera dibagikan. Jerit tangis merekapun
ternyata di dengar oleh Pak
Presiden. Syukur Alhamdulillah
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Presiden Jokowi yang sudah mengabulkan
keinginan anak-anak tapal batas di ujung negeri ini. Inilah bukti perhatian Presiden RI atas daerah 3T. Kami sebagai penyambung
rasa untuk masyarakat Sungkung
merasa terharu dan bahagia dengan dikabulkannya permintaan suara anak-anak yang
ada di tapal batas ini. Tas sebenarnya adalah sebuah barang biasa yang
digunakan oleh siswa untuk
bersekolah di setiap harinya. Di balik terkabulnya permintaan tas
sebenarnya kami memaknai bahwa sebenarnya ada banyak makna di balik tas pemberian dari Presiden Jokowi
tersebut. Dengan adanya moment ini
ternyata semua masyarakat di seluruh Indonesia dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang pada khususnya
mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi di daerah tapal batas ini. Bahwa
pada dasarnya potret pendidikan di daerah tapal batas atau di daerah 3T masih
jauh dari yang namanya standar kelayakan pendidikan. Sulitnya akses transportasi ternyata
menghambat proses pembelajaran yang ada di daerah Sungkung. Keterbatasan media
pembelajaran dan peralatan yang mendukung proses pembelajaran menjadi salah satu permasalahan sulit
berkembangnya pembangunan pendidikan di daerah Sungkung.
Dengan adanya moment ini ternyata banyak pihak
dan masyarakat di daerah
setempatpun sangat mendukung dan ternyata ini menjadi sejarah negeri Sungkung mendapatkan perhatian dari Presiden. Dan yang lebih mengharukan pada
saat itu banyak para relawan dan berbagai macam perusahaan baik dari pemerintah pusat atau swasta
ingin membantu dan mempercepat pembangunan diberbagai bidang di daerah Sungkung. Mulai dari perbaikan listrik,
pembangunan perpustakaan, pengiriman sarana dan prasarana sekolah akan segera
dikirim ke sungkung oleh para relawan. Ternyata ini lah sebenarnya yang selama
ini masyarakat Sungkung
harapkan. Mereka sebenarnya menginginkan diperhatikan oleh pemerintah baik
pusat maupun daerah. Saat inipun mereka mempunyai kesempatan untuk menyampaikan
aspirasinya di daerah Sungkung kepada staf dari kepresidenan dan berbagai macam
dinas yang ada di Kabupaten
Bengkayang. Pembangunan transportasi, infrastruktur, pendidikan dan
kesejahteraan itulah beberapa hal yang mereka inginkan selama ini. Semoga apa
yang menjadi aspirasi masyarakat di daerah Sungkung dapat terpenuhi oleh pemerintah
baik pusat maupun daerah. Dan semoga pembangunan pendidikan di daerah Sungkung dapat terlaksana dengan baik dengan
adanya perhatian dari pak Presiden
Jokowi. Anak-anak sekolah saat ini merasa bangga karena sudah memiliki
peralatan sekolah untuk menunjang pendidikan mereka baik di sekolah maupun di
rumah. Terimakasih Pak
Presiden Jokowi.
“Sosial dan Budaya Masyarakat Desa
Sungkung”
Indonesia memiliki banyak beraneka ragam
suku dan kebudayaan. Sungguh luar biasa budaya yang ada di Indonesia memang
harus dan terus untuk tetap dilestarikan serta dikembangkan oleh generasi muda
saat ini, agar kekayaan kebudayaan yang dimiliki Indonesia selalu terlihat dan
dipandang oleh negara lain bahwa betapa banyaknya kesenian budaya yang telah
dilestarikan dan dibudayakan oleh bangsa kita. Selama satu tahun mengabdi di
lokasi penempatan 3T, tepatnya di Desa
Sungkung Kecamatan
Siding Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat telah banyak mengajarkan
kepada kami tentang kondisi sosial dan budaya yang ada di daerah tersebut. Masyarakatnya yang
sungguh ramah dan baik hati menambah ketertarikan kami atas budaya yang ada di daerah tersebut. Banyak prosesi upacara
adat dan tradisi yang ada di daerah tersebut, selama satu tahun kami telah
banyak mengikuti berbagai macam upacara adat dan tradisi yang ada di Sungkung,
Kalimantan Barat. Salah satu diantaranya adalah kami mengikuti upacara adat
peletakkan batu pertama yang diikuti oleh tokoh masyarakat dan Dinas Pariwisata dalam rangka pembangunan Rumah Baluq yang dijadikan sebagai rumah adat
bersifat sakral yang akan didirikan di Dusun Medeng,
Desa Sungkung II. Rumah Adat Baluq ini adalah sebuah rumah adat yang digunakan sebagai tempat
untuk melaksanakan berbagai upacara adat dan tradisi yang ada di Desa Sungkung. Selain itu Rumah Baluq ini juga digunakan sebagai tempat
meletakkan tengkorak para panglima dahulu yang telah gugur dalam perang melawan
penjajah. Ini adalah kali pertama kami diundang dan mengenal tradisi masyarakat
Sungkung yang diantaranya
terdapat ciri khas dalam acara tersebut. Upacara tersebut akan dipimpin oleh seorang
tokoh adat yang ada di Desa
Sungkung II. Untuk
melaksanakan upacara tersebut banyak perlengkapan dan barang yang harus disiapkan untuk kesuksesan kegiatan
tersebut, diantaranya terdapat ayam, anak anjing, ikan asin, lemang dan masih
banyak lagi bahan-bahan yang digunakan untuk prosesi upacara tersebut. Siapa
saja yang hadir dalam upacara tersebut harus menerima suguhan yang telah
diberikan oleh tokoh adat yang sudah memimpin upacara tersebut. Kalaupun tidak
mau makan/minum maka harus japai atau
kalau dalam istilah bahasa Indonesia adalah memegang makanan/minuman yang telah
disuguhkan kepada kita hal ini adalah sebagai rasa sikap menghargai kita atas
makanan/minuman yang telah mereka berikan kepada kita. Kalau kita menolak maka
menurut kepercayaan orang yang ada di Sungkung akan terjadi malapetaka kepada
siapa saja yang menolak makanan/minuman tersebut.
Masyarakat yang ada di daerah Sungkung setiap
tahunnya juga melaksanakan acara yang disebut dengan gawai. Gawai adalah suatu
acaranya yang dilaksanakan oleh masyarakat Sungkung dalam rangka mensyukuri
atas hasil panen yang mereka dapatkan selama satu tahun. Acara gawai ini
biasanya dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Di setiap kampung gawai akan dilaksanakan
dengan tanggal yang berbeda di antara
bulan itu tergantung kesepakatan dari masyarakat setempat. Kami selalu
menghadiri acara tersebut karena selalu ada masyarakat ataupun siswa yang
mengajak kami untuk hadir di rumahnya atau di kampung mereka. Yang membuat acara ini berbeda dengan yang lain
adalah semangatnya dari seluruh warga Sungkung, di hari itu mereka tidak akan pergi kemana-mana kecuali
untuk beribadah bersama-sama kemudian dilanjutkan untuk saling bersilaturahmi
ke rumah-rumah. Hal ini membuat sikap gotong-royong semakin erat dengan adanya
acara gawai ini selain itu masyarakat juga menunjukkan rasa syukur mereka
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala keberkahan yang telah mereka dapatkan
selama ini.
Masyarakat yang ada di daerah Sungkung sebagian besar mata pencahariannya
adalah pekebun dan petani. Beberapa ada juga yang menjadi seorang guru ataupun
pegawai di dinas kabupaten tapi dengan persentase yang sangat kecil. Di daerah Sungkung saat ini banyak akan kita jumpai tanaman sahang
(merica/lada) karena memang semenjak awal tahun 2010 banyak masyarakat memulai
untuk menanam merica sebagai mata pencaharian mereka. Selain itu banyak juga
akan kita jumpai tanaman padi, karet dan kakao yang saat ini sudah mulai
ditinggalkan karena harga nya saat ini sudah mulai menurun banyak dibandingkan
dengan harga merica yang dapat mencapai harga 100 ribu lebih pada saat itu.
Pada akhirnya banyak masyarakat yang mulai untuk menanam sahang/merica yang
memang hasilnya lebih menjanjikan dibandingkan penghasilan karet dan kakao.
Setiap hari masyarakat bekerja di kebun dan di ladang untuk menghidupi keluarga mereka. Mulai dari pukul 6 pagi
mereka sudah mulai berangkat ke kebun dan pulang pukul 5 sore, bahkan ada juga
beberapa keluarga menginap di pondok kebun dikarenakan lokasi kebun yang jauh
dari rumah, sehingga mereka lebih memilih untuk menginap daripada harus pulang
ke rumah. Mereka harus rela untuk meninggalkan anaknya di rumah sendiri. Hal
ini lah yang menyebabkan banyak siswa dan siswi yang ada di daerah Sungkung
kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya
dalam hal pendidikan. Banyak juga di antara
mereka yang putus sekolah dan memilih untuk bekerja di kebun/di ladang, karena menurut mereka sekolah
hanyalah akan menghabiskan uang, tapi kalau di kebun akan mendapatkan hasil
yang kelak bisa dijual jika sudah panen. Beginilah kondisi masyarakat yang ada
di Sungkung. Tapi untuk saat ini sudah banyak yang mulai sadar akan pendidikan
seiring dengan bertambahnya para lulusan SMA ataupun sarjana yang berhasil
meraih kesuksesannya. Hal inilah yang menjadikan masyarakat Sungkung mulai
peduli terhadap pendidikan dan mulai menaruh harapan besar kepada anak-anak
mereka agar dapat menempuh pendidikan tinggi untuk meraih kesuksesannya.
Ironi kehidupan dan kondisi siswa di
tapal batas desa Sungkung, Kalimantan Barat
"Pak Guru Ijinkan Aku Ke
Malaysia"
Kisah berikut diambil dari rekam jejak
kami semenjak pertama kali menginjakkan kaki di Bumi Sebalo tepatnya di Desa
Sungkung Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang. Semenjak awal penentuan tempat
untuk mengajar memang kami dapat penempatan di sekolah menengah atas yang
berada di Kecamatan
Siding, tepatnya di SMA N 1 Siding. Kecamatan itu terdengar asing bagi kami
kemudian di awal kami juga merasa sedikit gelisah dengan kondisi dan situasi di sana setelah mendengar cerita dari kepala
sekolah SMA N 1 Siding terkait lingkungan dan kondisi sekolah tersebut. Memang
butuh perjuangan dan pengorbanan besar untuk dapat pergi ke sana hingga bisa sampai di lokasi tujuan.
Untuk menuju lokasi SMA 1 Siding, yang beralamatkan di Dusun Kadok, Desa Sungkung,
Kecamatan Siding dari Kota Bengkayang dapat ditempuh selama 2 hari perjalanan.
Pertama kita naik bus jurusan Bengkayang-Entikong dari Kota Bengkayang,
perjalanan dari Bengkayang menuju Entikong
ini membutuhkan waktu kurang lebih selama 8 jam perjalanan dengan biaya Rp 100.000, setelah sampai Entikong ternyata kami sudah ditunggu oleh
siswa SMA N 1 Siding yang siap mengantarkan kami sampai lokasi. Sebelum kami
melanjutkan perjalanan kami harus menginap dulu di Entikong satu malam, karena tidak mungkin
kita melanjutkan perjalanan di malam hari. Pagi hari pkl. 09.00 WIB kami lanjutkan perjalanan menggunakan
motor darat dengan siswa dan kepala sekolah SMA N 1 Siding. Di dalam perjalanan kami harus melewati Kabupaten Landak dan Sanggau untuk bisa sampai lokasi. Hingga
akhirnya kami sampai di sekolah pukul 13.30 WIB. Sungguh perjalanan yang sangat luar
biasa, serasa badan semua sakit karena harus melewati lika-liku jalan tanpa aspal dan menyeberangi
sungai di tengah tengah perjalanan.
Beberapa hari disekolah kami sudah mulai
akrab dan mengenal siswa siswi yang ada di SMA N 1 Siding. Kami melihat suasana
yang berbeda di sini
terkait kondisi dan sikap siswa di sekolah ini dengan kondisi siswa yang ada di
lingkungan perkotaan. Sungguh sangat luar biasanya siswa yang ada di sini, ya karena ternyata mereka mempunyai
semangat yang besar untuk sekolah, hal ini terbukti dari kerelaan mereka untuk
berjalan kaki selama beberapa jam untuk menuju ke sekolah. Banyak kami
bercerita tentang motivasi meraih asa dan cita-cita untuk masa depan mereka di sekolah.
Hal ini semata-mata
kami lakukan demi kemajuan dan kemandirian bangsa tercinta kita Indonesia di
masa depan. Tetapi apa yang terjadi bahwa sebagian besar siswa yang ada di
tapal batas ini masih banyak yang mencintai negara sebelah yaitu Malaysia
daripada negeri nya sendiri. Apa buktinya,
ya sebagian besar siswa yang ada di sekolah ini pernah pergi ke Malaysia
untuk bekerja, mereka lebih memilih kerja di negara sebelah karena merasakan
rasa nyaman, enak dan terjamin hidup di sana.
Lantas kerja apa dan tinggal di mana
mereka?, ternyata
mereka di sana kerjanya sama dengan
di Indonesia yaitu ada yang berkebun dan kerja di bangunan. Di Malaysia mereka
ternyata tinggal bersama tokek dan banyak dari mereka sudah punya tokek
masing-masing. Apa itu tokek?, Tokek
adalah sebutan untuk bos bahkan ada yang sudah menganggap sebagai ayahnya
sendiri di Malaysia. Ketika sudah sampai di Malaysia mereka akan bekerja di
kebun ataupun bangunan dengan gaji kurang lebih RM 20 atau sekitar Rp 60.000/hari. Ketika liburan sekolah pasti mereka akan selalu
pergi ke Malaysia secara bersama-sama. Tidak heran bahwa siswa SMA N 1 Siding
pasti selalu ada yang pergi ke Malaysia karena memang jaraknya yang dekat dari
tempat tinggal, biasa mereka berjalan kaki menempuh waktu selama 6 jam
perjalanan untuk bisa sampai ke Malaysia. Tiada paspor dan tiada izin tidak menjadi penghalang buat mereka,
karena setelah sampai di Malaysia mereka akan langsung dijemput oleh tokek
mereka. Perasaan senang dan gembira muncul dihati para siswa karena mereka akan
dimanjakan oleh tokek mereka di Malaysia.
Suatu hari kami pernah menanyakan kepada
siswa tentang Indonesia, ternyata ada yang tidak tertarik sama sekali bahkan di
benak mereka Indonesia itu adalah ladangnya korupsi. Pantas saja siswa yang ada
di sini selalu menginginkan
pergi dari Indonesia. Bahkan buku tulis mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan mereka memakai produk dari Malaysia. Lantas di mana jiwa patriotisme mereka?. Tidak jarang mereka selalu menyampaikan
tentang wujud konkret dari pemerintah untuk kemajuan didaerahnya. Mana jalan
aspal?, mana bantuan dari
pemerintah?, yang
katanya menggaung-gaungkan proyek Nawacita?. Bahkan listrik PLN belum menyambangi
daerah tersebut. Siswa di sini
selalu membandingkan dengan kondisi negara yang ada di sebelah, di negara Malaysia
walaupun daerahnya diperbatasan tapi sudah di aspal, listrik dan kehidupannya
diperhatikan pak, mengapa di Indonesia kami tidak merasakan hal itu? Di mana pemerintah pak?. Lebih baik saya pergi ke Malaysia saja ya
pak. Itu adalah kata kata yang terbesit di benak
mereka. Ini adalah ironi kehidupan siswa yang ada di tapal batas, sempat kami
merasakan kesedihan yang amat dalam dengan adanya kondisi ini. Ya, ini
sebenarnya adalah tanggung jawab dan tugas kita untuk dapat menyelesaikan
masalah ini. Di sini
kami guru SM3T selalu berusaha dan memberikan motivasi kepada siswa siswi yang
ada di sekolah kami agar mampu dan bisa mencintai bangsa Indonesia dan produk
dalam negeri melalui kegiatan kegiatan yang kami laksanakan di sekolah. Kami
selalu bersama-sama untuk saling bergandeng tangan dan mengepalkan tangan kita
untuk satu tujuan yaitu kemajuan bangsa Indonesia mulai dari daerah perbatasan,
sesuai dengan proyek nawacita program dari pemerintah. Dengan adanya program
itulah maka kita semua ada dan ditugaskan di sini.
Tugas kita adalah mengabdikan diri di dunia pendidikan agar peserta didik kita
besok dapat meraih asa dan mampu memberikan kontribusi nya untuk kemajuan
bangsa bukan malah untuk mencintai bangsa lain.
Saya
yakin bahwa semua hal sulit yang kita alami di masa kini dapat menjadi cerita
sukses di masa depan.
"Pak Guru, Dimana Ibu Ku??
"
Sebuah kisah
nyata datang dari Desa
Sungkung, Kecamatan
Siding, Kabupaten
Bengkayang, Kalimantan Barat. Sebut saja dia dengan nama Katrina (nama
samaran), anak perempuan yang lahir kurang lebih 20 tahun lalu di daerah
Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.
Saat ini ia sedang menempuh pendidikan di SMA N 1 Siding Kabupaten Bengkayang,
Kalimantan Barat. Sejak kami mengenal dari awal sampai detik ini Katrina di
sekolah selalu menunjukkan sikap ceria. Setiap hari tiada pernah ia tidak masuk
sekolah, kecuali ada hal penting yang harus ia lakukan baru lah ia izin tidak masuk sekolah. Seperti biasanya
kami guru SM3T mulai sejak pagi sudah
siap di depan sekolah untuk menyapa dan jabat tangan kepada siswa-siswi. Yah seperti kita ketahui bahwa
budaya jabat tangan di sekolah ini baru digalakkan dan dimulai semenjak
kedatangan guru SM3T di sekolah tersebut, kami mencoba untuk membentuk karakter
siswa dari hal kecil yaitu melalui budaya jabat tangan dengan memberikan
senyum, salam, sapa, sopan, santun di sekolah ini. Ternyata sambutan siswa dan
guru sangat baik untuk kegiatan jabat tangan ini. Tapi bukanlah hal yang mudah
juga untuk menggalakan budaya ini, bahkan waktu itu sempat ada siswa yang
mengatakan dia menolak jabat tangan.
Tetapi setelah kita pahamkan
kepada siswa dan seiring dengan berjalannya waktu akhirnya siswa dan dewan guru
sudah terbiasa membiasakan budaya tersebut di sekolah. Katrina, itulah siswa
yang sering kali kita jumpai di awal
kedatangan dia sebelum siswa lain banyak yang belum datang di sekolah. Setiap
kali datang ke sekolah seperti biasa ia berjalan kaki dari rumah kurang lebih
membutuhkan waktu 45 menit hingga akhirnya bisa sampai ke sekolah. Begitu
cerianya ia datang ke sekolah dengan ciri khasnya yaitu memakai sendal
jepit, membawa air minum dan bekal makan
di tasnya. Kami selalu memperhatikan bahwa Katrina selalu ceria di sekolah, tak
ada sekecil pun raut wajah sedih di
mukanya. Memang anak ini sungguh luar biasa karena selalu ceria ketika kami
ngobrol dengan dia bahkan ketika belajar pun
selalu antusias di kelas. Semenjak kehadiran guru SM3T di SMA N 1 Siding banyak
kegiatan sekolah yang yang ia ikuti
seperti ekstrakurikuler, les tambahan untuk ujian nasional tidak pernah absen
pasti dia selalu hadir. Di waktu istirahat dia terkadang pergi ke hutan untuk
membuka bekal makan siangnya kemudian ia makan bersama teman kelas atau teman
akrabnya. Kebetulan di samping
kanan kiri, dan belakang sekolah kami adalah hutan jadi tidak heran jika waktu
istirahat tiba mereka terkadang selalu pergi ke hutan. Kami sebenarnya juga
heran kenapa siswa di sini
ketika mau makan bekal yang dibawanya dari rumah, mereka selalu sembunyi di
hutan untuk sekedar makan saja. Entahlah mungkin mereka malu ataupun ada alasan
lain yang jelas ketika kami tanya ada siswa yang menjawab karena ingin mencari
keheningan untuk makan sebab di kelas
terkadang ribut.
Suatu ketika pernah kami mengajar les
tambahan di kelas dia dan hanya 5
siswa saja yang berangkat dari keseluruhan 18 siswa, dan ternyata Katrina hadir
duduk di meja paling depan. Ini semakin menunjukkan kepada kami bahwa ia memang
mempunyai semangat yang luar biasa untuk belajar. Tanggal 14 November 2016
tepatnya adalah hari Senin
kami diajak oleh beberapa siswa untuk main disalah satu dusun di Desa Sungkung, tibalah sore hari dan kami menepati janji untuk datang di
desa tersebut, setelah menempuh jarak setengah jam dari asrama tempat kami
tinggal. Sekitar pukul 17.00 WIB kami sampai di dusun tersebut,
sesampainya di sana sambutan luar biasa
datang dari siswa, dan salah satu dari mereka ternyata adalah Katrina. Kami
sekarang menjadi tahu tempat tinggal Katrina yang sebenarnya. Belum sempat kami
istirahat, langsung mereka mengajak kami ke rumah Nadia (nama samaran), Nadia
adalah teman akrabnya Katrina sejak kecil. Ia juga bersekolah di SMA N 1
Siding. Walaupun berbeda kelas tapi mereka jika pergi kemana-mana selalu
bersama. Seperti sudah menjadi kakak dan adik di dalam keluarga. Setelah sampai di rumah Nadia, ibarat raja kami langsung diberikan
suguhan makanan dan minuman di rumah Nadia. Beberapa waktu kemudian kami bercanda ria di rumah Nadia, dan banyak siswa kami yang ada di dusun
itu berdatangan di rumah Nadia
karena ada kehadiran kami. Malam hari tiba kami diajak oleh siswa untuk mencari
ikan di Sungai
Sekayam, ya memang orang
sini biasa mencari ikan di malam hari. Kemudian kami membagi tugas lalu
berangkatlah kami ke sungai kurang lebih memakan waktu 15 menit untuk sampai di
Sungai Sekayam, disepanjang perjalanan ke sungai
kami banyak bercanda gurau dengan
Katrina dan siswa yang lain untuk menghangatkan suasana. Sesampai di pinggir
sungai ada salah satu teman kami guru SM3T yang beberapa hari yang lalu habis
terkena knalpot motor sehingga kaki nya luka dan tidak bisa menyeberangi sungai
karena takut luka nya semakin parah. Tanpa pikir panjang digendonglah guru itu
oleh siswa agar bisa menyeberangi sungai untuk mencari tempat di sekitar sungai yang bisa dijadikan tempat
berkumpul dan membakar ikan. Kemudian setelah itu kami membakar ikan bersama
sama hasil dari tangkapan mereka, Katrina dan Nadia pergi entah kemana saat itu. Tapi
setelah beberapa menit datanglah Katrina dan Nadia, ternyata mereka pergi ke
rumah untuk mengambilkan kami minuman kopi sebagai penghangat. Di sungai kami
bernyanyi bersama dan bercanda ria menikmati malam yang indah di Sungai Sekayam bersama Katrina dan siswa
yang lain. Setelah itu kami pulang ke rumah Nadia lagi untuk menginap disana.
Esok hari tiba pukul 06.00WIB kami berangkat ke sekolah bersama Katrina
dan Nadia dari kampung mereka.
Selang beberapa hari Katrina mengumpulkan tugas yaitu membuat buku harian yang
ditugaskan oleh guru SM3T beberapa bulan yang lalu, ya ini memang program kerja
yang dibuat oleh guru SM3T di SMA N 1 Siding, yang mana buku harian itu hanya
boleh dibaca oleh guru SM3T, bukan untuk konsumsi publik bahkan teman akrabnya
pun tidak boleh membacanya. Buku harian dari siswa ini nantinya akan dibuat
sebuah buku oleh guru SM3T. Setelah kami terima dan kami baca buku dari
Katrina, cerita mengejutkan tertulis di buku
itu. Katrina menceritakan kehidupan nya mulai dari sejak lahir hingga bisa
sekolah sampai SMA. Ia menceritakan bahwa ketika lahir kedunia Katrina adalah
anak yang tidak diharapkan oleh kedua orang tua nya, bahkan kelakuan orang tua
nya hampir membuat Katrina kehilangan nyawa. Sejak lahir Katrina hampir saja
dibuang oleh kedua orang tua nya. Hal ini dilakukan karena Katrina berjenis
kelamin perempuan, dianggap sebagai anak yang lemah dan besok tidak bisa
bekerja. Tetapi beruntunglah ada seorang yang ingin mengangkat Katrina menjadi
seorang anak, dan orang itu lah yang membesarkan Katrina hingga bisa dewasa
saat ini. Jadi mulai dari lahir Katrina hidup dengan orang tua angkatnya di Desa
Sungkung. Setiap hari ia selalu menjalankan aktivitas sehari-hari bersama orang tua angkatnya. Pagi
hari ia harus sudah bangun jam 3 pagi, untuk memberi makan ternak, mencuci dan
memasak untuk orang tua angkatnya. Hingga pukul 05.30 WIB barulah ia berangkat
menuju sekolah. Pulang sekolah sekitar pukul 14.00 WIB. Jika hari cerah ia
terkadang langsung menuju ke ladang/ kebun untuk membantu orang tua angkatnya.
Malam hari ia sudah capek belajarpun hanya dengan tenaga yang masih tersisa
ditubuh kecilnya. Tapi memang semangat belajarnya tetap ada dan hinggap di jiwanya.
Dia menuliskan bahwa mimpi besar dan cita-cita Katrina adalah menjadi seorang guru bahasa Inggris, ya dia
menginginkan itu dengan tujuan bisa berbahasa Inggris agar bermanfaat untuk
orang lain dan bisa berwisata keliling dunia. Pantas saja dia bercita-cita itu karena selama ini Katrina jarang
sekali berwisata keluar dari Sungkung.
Bahkan sekedar mainpun jarang sekali ia lakukan di kampungnya. Inilah kehidupan
sehari hari yang dialami Katrina bersama orang tua angkatnya di Sungkung. Terkadang Katrina selalu
meneteskan air mata di malam hari ketika teringat orang tua kandung di kampung halamannya. Entah apa yang bisa
diperbuat oleh Katrina yang jelas ia nampak bingung ketika harus berfikir untuk
sekedar bisa melihat wajah orang tua
kandungnya. Sejak kecil ia sudah tidak diterima oleh keluarga jika ingin
menemui takut ditolak sama orang tua
kandungnya di sisi lain orang tua angkatnya pun melarang Katrina untuk
menemui orangtua kandungnya. Karena takut kejadian masa lalu terulang pada
Katrina lagi. Lantas apa yang bisa diperbuat oleh Katrina???
Hanya tetesan air mata saja yang bisa memahami kehidupan
Katrina dari dulu. Setiap kali teringat orang tua kandungnya Katrina hanya ditemani oleh air mata saja yang
selalu mengalir membasahi pipinya. Ibu kenapa engkau tega membuang aku???
Apakah aku dulu nakal??? Ataukah aku berbuat salah??? Apa salah aku??? Kalimat itu yang selalu
terbesit di hati Katrina sampai dewasa ini.
Ia menceritakan bahwa beberapa bulan yang
lalu ia diajak ketemuan sama orang tua
kandungnya di sebuah tempat keramaian.
Katrina sempat meminta izin kepada orang tua
angkatnya waktu itu untuk pergi menemui orang tua kandungnya. Tapi mereka tidak mengizinkannya sama sekali.
Katrina ternyata tetap kukuh akan menemui orang tua kandungnya walaupun tidak dapat izin dari mereka. Tibalah
waktu saat Katrina akan menemui orang tua
kandungnya, dengan diam-diam
Katrina pergi menuju tempat yang sudah mereka rencanakan untuk bertemu. Setelah
mereka berjumpa, seketika orang tua
Katrina langsung bersujud di hadapan Katrina. Orang tua kandungnya langsung meminta maaf
kepada Katrina atas apa yang sudah mereka lakukan selama ini. Ini adalah
sesuatu hal yang tidak pernah terbesit sekalipun di pikiran Katrina. Saat itu
Katrina langsung mengangkat tangan orang tuanya
untuk berdiri dan berbincang-bincang.
Orang tua kandung Katrina ingin
sekali mengajak Katrina pulang kerumah, tetapi Katrina menyampaikan di mana saja ibu selama ini??? Maaf ibu saya
belum bisa untuk saat ini, karena selama ini orang tua angkat saya lah yang banyak berjasa
kepada saya, walaupun terkadang mereka memerintah saya seperti pembantu dan
seringkali memarahi saya tapi setidaknya mereka menganggap bahwa saya ada dan
saya layak untuk mendapatkan belaian kasih sayang dari yang namanya manusia.
Mereka yang telah membesarkan saya sejak lahir tidak akan mungkin saya
tinggalkan begitu saja. Saya ingin membahagiakan mereka dahulu. Maafkan aku
ibu…
Orang tua
Katrina pun tidak bisa menyampaikan banyak kata-kata kepada Katrina. Hanya
tetesan air mata saja yang hinggap di pipi mereka. Tidak lama kemudian mereka
langsung berpisah kembali, Katrina pun pulang ke rumah orang tua angkatnya. Sesampainya di rumah
Katrina berfikir bahwa sebenarnya ia ingin sekali tinggal bersama keluarga
kandungnya. Tapi tidak mungkin ia dapat lakukan saat ini, karena jika ketahuan
maka orang tua angkatnya akan marah
dan tidak tahu apa yang akan dilakukan setelahnya, sebab mereka lah yang
berjasa dalam membesarkan Katrina sampai saat ini. Tugas Katrina saat ini
adalah belajar,
belajar,
dan belajar, dan ia ingin sekali segera menjemput kesuksesan di masa depan agar
mampu untuk meraih impiannya yaitu hidup bersama orang tua dan keluarga kandungnya.
Kami guru SM3T baru menyadari bahwa di balik keceriaan Katrina selama ini,
ternyata menyimpan luka yang amat dalam yang harus ia sembuhkan, dan tidak tahu
kapan bisa sembuhnya. Kami semua menjadi tahu akan kesedihan Katrina selama
ini. Saat ini setiap kali kami bertemu selalu memberikan motivasi kepadanya
untuk tetap terus tersenyum, berjuang dan bekerja keras. Tiada kata lain yang
bisa kami ungkapkan kepada Katrina selain kata "HEBAT". Begitu sangat
hebatnya perjuangan Katrina di dalam
situasi dan kondisi di daerah tapal batas ini. Kami mohon do'a restunya semoga
Katrina besok dapat lulus dari SMA dengan nilai dan predikat yang baik,
sehingga bisa melanjutkan perjalanan hidupnya ke jenjang selanjutnya. Semangat
terus buat Katrina semoga kau bisa menjemput kesuksesan mu di masa depan.
“Aku Hidup Dengan Satu Tujuan Dan
Dengan Tekad Yang Kuat”
Siswa ini bernama Arif, saat ini dia duduk
di kelas XII. IPA. Rumahnya berada di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia
tepatnya berada di Dusun
Senebeh 1, Desa
Sungkung 1, Kecamatan
Siding, Kabupaten
Bengkayang, Provinsi
Kalimantan Barat. Arif adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Dia adalah salah
satu siswa yang mempunyai keterbatasan fisik, yaitu jari telunjuknya terputus
sejak ia kecil karena terkena parang oleh kawannya. Waktu kecil ia hampir
meninggal dunia karena sakit kemudian terlambat penanganannya sebab di
daerahnya yaitu perbatasan antara Indonesia-Malaysia waktu itu hanya ada 1
petugas kesehatan dan itupun jaraknya jauh harus berjalan kaki kurang lebih 2 jam
untuk sampai di lokasi pengobatan. Sewaktu duduk di bangku SMP Arif pernah pergi ke Malaysia
bekerja sebagai tukang bangunan, perhari ia dibayar kurang lebih 10 Ringgit Malaysia. Hasil dari kerjanya ia
gunakan untuk membayar sekolah dan membayar buku di sekolah. Saat ini ia jarang
sekali diberi uang untuk biaya sekolah apalagi uang saku. Untuk memenuhi
kebutuhan sekolahnya ia pernah mencari pasir di sungai dan mengojek dari satu desa ke desa lain di daerahnya.
Terkadang ia juga mengojek barang dari Entikong perbatasan antara Indonesia-Malaysia ke desa nya untuk
memenuhi kebutuhan sekolahnya. Arif mempunyai semangat yang tinggi dalam
menuntut ilmu, ia juga salah satu siswa yang aktif berorganisasi di sekolahnya.
Terbukti ia mengikuti semua kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolahnya. Ia saat ini juga menjabat
sebagai ketua GSP (Gerakan Siswa Pecinta Alam) di SMA N 1 Siding. Siswa dan
siswi yang ada di SMA N 1 Siding mempercayakan ia menjadi ketua GSP karena dia
yang memiliki jiwa pekerja keras, karakter yang baik, juga dapat dipercaya
membuatnya dipilih oleh kawan-kawannya.
Di desanya
Arif dikenal sebagai anak yang pendiam karena ia jarang sekali untuk keluar
rumah. Pernah suatu ketika ada yang mengatakan bahwa ia tidak boleh berteman
dengan guru dari jawa yang ditugaskan di daerah perbatasan, kemudian dengan
tegas ia menjawab dalam hati dan mencatat di dalam
sebuah buku catatan hariannya bahwa ia menuliskan: "Percayalah pada
dirimu, jangan menganggap dirimu lemah, tapi buktikan pada semua orang bahwa
kamu bisa, aku hidup dengan satu tujuan dan dengan tekad yang kuat, mimpi
besar" begitulah kata-kata yang ia catat di buku hariannya sewaktu dia
pulang sampai di rumah. Memang di dusunnya belum banyak yang sadar akan
pendidikan, anak yang lulusan sarjana saja belum ada di dusun Arif, jadi maklum
apabila banyak yang putus sekolah dan banyak yang menolak akan pendidikan, ini
menyebabkan banyak anak-anak putus sekolah di lingkungan Arif, mereka lebih memilih bekerja karena
bisa mendapatkan uang daripada pergi ke sekolah. Arif bercita-cita untuk
menjadi seorang guru biologi atau seorang dokter. Jadi sekarang dia mempunyai
harapan dan tekad yang besar untuk bisa menjadi lulusan sarjana agar bisa
memajukan dan membuka pola pikir masyarakat untuk sadar akan pendidikan
khususnya di daerah Arif. Bapak dan ibu nya Arif bekerja sebagai seorang petani
dan pekebun di desanya. Ibu nya arif menderita sakit di tenggorokannya sejak
lama, bahkan sampai saat ini pun masih sering kambuh yang menyebabkan ia tidak
bisa bekerja di kebunnya.
Dahulu keluarga Arif mempunyai sedikit
tabungan, ini sebenarnya akan digunakan salah satunya adalah untuk biaya
pendidikan anak-anaknya tetapi semenjak ibunya dirawat di rumah sakit sampai harus operasi di
tenggorokannya tabungan itu habis untuk biaya operasi. Saat ini bisa dibilang
keluarga Arif hidup dalam kondisi pas-pasan. Dahulu Arif sering dituntut untuk
bekerja pergi ke kebun. Walaupun semangat nya kadang menurun dalam belajar
karena ia sering kali terlalu capek setelah berkebun tapi dia tidak pernah
tidak masuk sekolah kecuali ada hal yang mendesak atau dia sakit. Tetapi
sekarang kedua orangtua nya sadar bahwa hal yang terpenting untuk anak-anaknya
adalah pendidikan, mulai sejak masuk SMA orang tua Arif tidak pernah membebani lagi untuk pergi ke kebun bekerja.
Bahkan orang tua Arif berkeinginan
untuk menyekolahkan ia sampai bisa lulus sarjana dengan kondisi yang sederhana
ini, karena orang tuanya
berharap Arif
sebagai anak pertama yang harus memberikan teladan bagi adik-adiknya yang masih
kecil. Dulu dia kerja di Malaysia
untuk biaya sekolah, dari Indonesia ke Malaysia jalan kaki dan membutuhkan waktu selama 6 jam dengan melewati hutan. Setiap hari dia
tidak pernah di beri uang saku ataupun biaya sekolah oleh orang tuanya. Dia
membiayai sekolahnya dengan mencari pasir di sungai sampai saat ini. Kemampuan
akademiknya memang tidak terlalu pintar, hanya sedang saja tapi semangat nya
untuk pergi ke sekolah sangatlah luar biasa, rasa ingin tahu dan jiwa pekerja
kerasnya selalu hinggap dalam diri dia untuk selalu belajar dan menuntut ilmu.
Ia tak pernah tidak masuk sekolah. Sejak kecil usia 6 tahun dia diajarkan untuk
memasak sendiri. Bahkan dia terkadang bangun jam 4 pagi untuk memberi makan
ternak dan masak untuk sarapan pagi. Jam 6 baru lah dia berangkat ke sekolah.
Dia pengen menjadi seorang tentara tapi karena jari telunjuk nya terputus dari
kecil, harapan dia jadi hilang. Saat ini dia mendambakan untuk menjadi dokter atau
guru biologi, mimpi dia adalah bisa kuliah di Jawa setelah lulus SMA, ia ingin
menunjukkan bahwa dia sebenarnya bisa dan mampu untuk mengangkat derajat orang tua dan menunjukkan kepada semua orang
bahwa anak di daerah perbatasan juga
layak dan pantas untuk mendapatkan masa depan yang baik. Orang tua nya hanya
bekerja sebagai petani, ibunya seringkali sakit sakit an, hingga tak bisa
bekerja. Adik nya masih kecil, dan ada satu adiknya yg sudah putus sekolah karena terpengaruh oleh temannya untuk mencari uang.
Pernah suatu ketika adiknya akan ditembak oleh bapaknya karena ia tidak mau
sekolah. Hingga sampai saat inipun ada satu adik Arif yang tidak melanjutkan
sekolahnya. Ia putus sekolah pada saat kelas 1 SMP. Maka dari itu Arif adalah
salah satu anak yang diharapkan oleh orang tua
nya untuk bisa mengangkat keluarganya di masa depan. Dan ia ingin sekali orang tua melihat anaknya membawa nama baik dan
kemajuan di desa nya. Dan menginginkan anaknya bisa melanjutkan kuliah setelah
lulus dari SMA.
Inilah
salah satu cerita siswa yang ada di tapal batas, dengan segala keterbatasan
yang ada ternyata mereka dapat menunjukkan bahwa mereka bisa mampu dan
menginginkan masa depan yang baik untuk kampung mereka.
“Pak Guru … Bibi Ku Akan Membunuh Ku”
Siswa ini bernama Yeremias Badut, biasa
dipanggil Badut. siswa yang sekarang berusia 17 tahun saat ini ia duduk di
kelas XI SMA tepatnya di SMA N 1 Siding Kabupaten Bengkayang Provinsi
Kalimantan Barat. Rumahnya di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia beralamatkan
di Dusun Medeng, Desa
Sungkung 2 Kecamatan
Siding Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat, hanya kurang lebih 6 jam
saja untuk bisa sampai ke Malaysia dengan berjalan kaki. Dia adalah anak
pertama dari 3 bersaudara, kedua adiknya saat ini duduk di bangku SD. Kedua orang tuanya adalah seorang petani/pekebun yang
belum tentu bisa dipastikan penghasilannya di setiap tahunnya. Setiap hari orang tuanya bekerja di ladang dan kebun mulai dari pagi hingga gelap
datang. Penghasilannya yang tidak menentu membuat orang tuanya dituntut untuk bisa membiayai
ketiga anaknya, karena ketiga anaknya semua sekolah. Kehidupan dan perjuangan
Badut bisa sampai sekolah di SMA ini ternyata tidaklah mudah banyak sepak
terjal yang dialami dalam kehidupannya. Orangtua Badut yang hanya bekerja
sebagai petani membuatnya kesulitan untuk menghidupi anak-anaknya, pernah
sewaktu kecil saat Badut masih sekolah dasar berbulan-bulan ia dan keluarganya
tidak makan nasi tapi memakan ubi dan jagung yang dibuat nasi untuk makan
sehari-hari. Memang pada waktu itu sangatlah sulit dalam membeli beras jika
panen belum tiba di desa. Badut juga pernah akan dibunuh oleh bibi nya sendiri
karena pada waktu itu terjadi masalah antara keluarga Badut dan keluarga
bibinya Badut. Masalahnya adalah karena tanah yang merupakan milik kakek Badut
yang menurut bibinya Badut masih menjadi milik bersama ditanami padi oleh
keluarga Badut, kemudian bibi nya tidak terima. Padahal sesungguhnya tanah itu
sudah dibagi dan kakek Badut memperbolehkan untuk menanam padi di tanah tersebut. Hingga pada suatu ketika
Badut akan dibunuh oleh bibinya saat ia ditinggalkan oleh bapak dan ibunya
pergi ke ladang. Tapi sampai saat ini bibinya Badut selalu gagal untuk membunuh
Badut. Hingga pada akhirnya sampai saat ini bibinya masih menyimpan dendam
kepada keluarga Badut. Bibinya pun bersumpah tidak akan membantu apapun jika
terjadi kesulitan di keluarga Badut. Walaupun terjadi banyak masalah di dalam keluarga, orang tua Badut selalu yakin bahwa keluarganya
akan senantiasa diberi keselamatan dan kedamaian jika yang mereka lakukan
adalah sesuatu hal yang baik. Dan orang tua
Badutpun berkomitmen untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai bisa duduk di bangku kuliah dan bisa lulus dengan
membawa kesuksesan buat anak-anaknya entah bagaimanapun caranya akan dilakukan
oleh orang tuanya. Badut saat ini
adalah salah satu siswa kelas XI. IPA yang mempunyai semangat dan motivasi yang
tinggi dalam menuntut ilmu.
Di sekolah Badut selalu mengikuti
pelajaran dengan baik, bahkan jarang sekali tidak masuk sekolah. Kecuali ada
hal penting ataupun sakit berat ia barulah tidak berangkat ke sekolah. Setiap
hari ia berangkat sekolah dengan berjalan kaki dari rumah sampai sekolahnya.
Jarak yang ditempuh dari rumah sampai sekolah kurang lebih 45 menit. Itu ia
lakukan setiap hari dari dulu sampai sekarang. Saat berada di sekolah Badut
mengikuti pelajaran dengan baik, kemampuan akademiknya tidaklah begitu tinggi
tetapi dia mempunyai kemauan, motivasi, dan rasa ingin tahu yang besar dalam
belajar dan setiap mengikuti pelajaran yang ada di sekolah. Inilah yang membuat
sosok Badut aktif dalam belajar dan menuntut ilmu di setiap kesempatan.
Walaupun Badut tidak mempunyai kemampuan akademik yang tinggi tapi dia
mempunyai kemampuan yang baik dalam bidang olahraga, seperti olahraga voli dan
sepak bola. Ia juga merupakan salah satu siswa yang aktif dalam berbagai
kegiatan terbukti saat ini ia mengikuti semua ekstrakurikuler yang diadakan
oleh sekolah bahkan saat ini menjabat sebagai ketua ekstrakurikuler karate di
sekolahnya. Badut mempunyai cita-cita untuk menjadi polisi atau guru, usia nya
yang sekarang sudah beranjak dewasa dia mulai berfikir bahwa hidup ini memang
susah ketika terus menjadi petani yang belum menentu penghasilannya.
Penghasilan keluarga dari hasil bertani yang tidak menentu membuatnya
seringkali terkendala masalah biaya, dan kebutuhan hidup dalam keluarganya pun harus tetap dipenuhi. Bahkan dulu
pernah pergi ke Malaysia bekerja mencari uang untuk membayar buku LKS di
sekolah. Di Malaysia ia bekerja di kebun, setiap hari berkebun dengan dibayar
kurang lebih 10 ringgit per harinya. Setiap kali di sekolah anak ini selalu
bersemangat tapi terkadang terkendala masalah
biaya sehingga menyebabkan ia setelah sekolah harus bekerja di kebun atau
ke ladang. Kemampuan akademiknya pun
rendah, bahkan membaca saja terkadang masih sedikit terbata-bata, apalagi untuk menghitung masih
mengalami kesulitan. Tapi semangatnya untuk terus sekolah dan menempuh
pendidikan sangat besar dan luar bisa.
Mulai dari sekarang dia sudah mulai menabung sedikit demi sedikit untuk
bekal masa depannya, walaupun terkadang tabungan itu seringkali diambil nya
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk kebutuhan biaya sekolah. Setiap
hari ia tak pernah dikasih uang saku, jadi terkadang harus mencari uang sendiri
dengan bekerja di ladang. Bahkan untuk sekedar membeli buku tulis satu pun ia
pernah harus berhutang dahulu di warung. Di sekolah ia terkadang sakit perut
karena tidak sarapan, padahal energi yang dibutuhkan untuk menuju ke sekolah
sangatlah banyak, karena ia harus berjalan kaki saat pergi dan pulang sekolah.
Begitulah kurang lebih salah
satu cerita anak negeri yang berasal dari daerah tapal batas antara
Indonesia-Malaysia.
"Perpisahan
Ini Untuk Kita Jumpa Lagi"
Satu
tahun berjuang dan mengabdi di Sungkung belum cukup rasanya jika harus
meninggalkan semua ukiran kenangan yang sudah terbentuk selama di daerah
pengabdian. Tepat satu tahun kami mengabdi dan kabar itu sudah mulai terdengar
bahwa kita harus segera kembali ke daerah asal untuk melanjutkan pendidikan
kuliah profesi guru. Di setiap
langkah kami selalu terekam semua kenangan indah selama di daerah penempatan.
Bapak, mamak, adek dan kakak angkat di kampung tempat pengabdian kami merasa
sangat kehilangan jika kami harus berpisah secepat ini, tapi apa daya kami
tidak bisa bertindak dan menunda untuk perpisahan ini. Siswa-siswi di sekolah merasakan kehilangan sosok guru SM3T yang
selalu ia jumpai dan selalu ia berikan salam ketika berada di sekolah maupun di kampungnya. Satu tahun serasa waktu yang
singkat untuk sebuah nama yang disebut dengan pengabdian. Bapak dan Ibu guru di
sekolah merasa sendiri lagi dengan berakhirnya tugas pengabdian kami. Tapi kami
selalu memberikan dukungan kepada Bapak dan Ibu guru di sekolah untuk tetap
terus berjuang walaupun berada di daerah perbatasan dan ketika sudah tidak ada
kami lagi. Tetapi kami berjanji sampai saat ini kami masih bersedia untuk
membantu melaksanakan tugas sekolah yang dapat kami kerjakan selama kami tidak
berada di sekolah lagi. Hal ini saya lakukan karena mengingat pekerjaan di
sekolah yang banyak sedangkan sumber daya guru yang ada di sekolah sangat
terbatas. Kami tidak ingin siswa yang akan menjadi korban karena tidak
terlaksananya pekerjaan sekolah yang harus dikerjakan oleh guru.
Hari Jumat, tanggal 18 Agustus 2017 tibalah
waktunya kami untuk melakukan kegiatan perpisahan di sekolah. Diawali dengan
beberapa sambutan hingga akhirnya kami meminta maaf dan meminta izin pamit
untuk kembali pulang ke daerah kami. Sontak semua yang berada di ruangan merasa
sangat sedih dengan berakhirnya tugas kami. Diakhiri kami memberikan motivasi
kepada semua siswa untuk tetap terus berjuang untuk meraih masa depan, walaupun
berada di daerah perbatasan tetaplah untuk selalu berjuang dengan kemampuan
yang kita miliki untuk dapat meraih mimpi-mimpi kita. Kemudian semua guru dan
siswa berjabat tangan dengan kami
semuanya dengan tangis haru, sedih semuanya bercampur menjadi satu. Kami pun sebaliknya tangisan itu tidak dapat kami
tahan hingga air mata ini
membasahi wajah kami.
Alhamdulillah selama satu tahun mengabdi kami
telah melakukan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk kemajuan di bidang
pendidikan maupun di masyarakat. Mulai dari kegiatan paskibra, persami, diklatsar, ekstrakurikuler
sampai dengan kegiatan intrakurikuler kami lakukan dengan sepenuh hati dan rasa
ikhlas demi masa depan siswa di daerah pelosok negeri ini.
Kepala
sekolah dan Bapak/Ibu guru juga banyak menyampaikan pesan kepada kami dan turut
mendoakan kesuksesan kami setelah menjalankan pengabdian selama satu tahun di
sekolah. Dan mereka mengharapkan untuk selanjutnya kami dapat mengabdi kembali
di SMA N 1 Siding, karena dirasa begitu sangat membantu dengan hadirnya guru
SM3T ini. Malam harinya kami diundang ke kampung untuk dibuatkan sebuah acara
perpisahan dengan berakhirnya tugas kami. Semua kalangan masyarakat diundang
untuk acara ini, dan kami sungguh tidak menyangka masyarakat sampai membuatkan
acara yang begitu megah dengan dihadiri oleh kepala desa, perangkat desa dan
tokoh masyarakat yang ada di Desa
Sungkung. Hingga pada akhirnya kami mengucapkan selamat tinggal dan permohonan
maaf kami kepada seluruh komponen masyarakat yang ada di Desa Sungkung. Di akhir acara kami semua
berjabat tangan dengan tangisan yang sebenarnya perpisahan ini tidak mereka
inginkan. Tapi masyarakat yakin bahwa sesungguhnya perpisahan ini adalah untuk
kita jumpa kembali di esok hari yang akan datang. Dan kami mengamini apa yang
sudah disampaikan masyarakat kepada kami.
Esok hari
pada Sabtu, 19 Agustus 2017 pukul 10.00 kami semua
sudah bersiap meninggalkan sekolah dan meninggalkan kampung Desa Sungkung. Untuk yang terakhir kami semua
berpamitan kepada orang tua angkat kami di kampung dan semua masyarakat yang
ada di Desa
Sungkung. Hingga pada akhirnya kami pulang dengan di guyur hujan diperjalanan.
Inilah kisah terakhir kami di desa pengabdian kami untuk mendidik putra putri
bangsa yang ada di negeri ini. Dan saya merasa bangga menjadi bagian dari SM3T
angkatan VI ini. Dengan ini saya dapat belajar dan berkontribusi untuk
mencerdaskan bangsa ini di pelosok negeri. Sungguh satu tahun pengalaman yang
luar biasa untuk satu nama yang disebut dengan pengabdian.
Terimakasih SM3T, Salam cinta dari saya Maju
Bersama Mencerdaskan Indonesia.
Memang kami tidak bisa memberikan hal yang
besar kepada mereka, tapi kami akan selalu memberikan hal yang terbaik dengan
rasa cinta kami yang besar kepada mereka ...
Oleh: Rochmat Triyanto_SM3T Penempatan Kab. Bengkayang Prov. Kalimantan
Barat