Tuesday, January 29, 2019

Pelangi di Atas Khatulistiwa


SM-3T adalah sebuah program dari pemerintah yang salah satu tujuannya adalah untuk mempercepat pembangunan pendidikan yang ada di daerah terdepan, terluar dan tertinggal di Indonesia ini telah membawa saya ke sebuah tempat di daerah pelosok negeri ini. Tepatnya di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia yaitu di Dusun Kadok, Kecamatan Siding, kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Sebuah kampung yang berada di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia ini, mayoritas penduduknya adalah Suku Dayak, orang-orang biasa menyebutnya dengan Dayak Sungkung. Selama satu tahun penuh kami ditugaskan untuk mengabdi di SMA N 1 Siding yang terletak di desa tersebut. Tidak hanya SMA saja tapi kami terkadang juga menyempatkan waktu untuk berkunjung sesekali memberikan motivasi untuk anak SMP dan SD yang ada di desa Sungkung sebagai wujud bakti dan pengabdian kami kepada negeri.
Satu tahun pengabdian, memberikan pengalaman yang luar biasa. Menjadi salah satu peserta dalam program SM-3T ini, membuat saya merasakan suka dan duka selama saya menjalankan tugas di daerah pengabdian. Jalan berlumpur, teriknya panas matahari, dan derasnya sungai Sekayam di Kalimantan sudah biasa saya rasakan disetiap langkah saya untuk menuju daerah pengabdian di SMA N 1 Siding Kabupaten Bengkayang. Awalnya, mendengar kabar tentang lokasi di daerah penempatan sungguh terasa berat. Tidak ada listrik, sinyal, ditambah perjalanan menuju penempatan membutuhkan waktu selama 2 hari dari ibukota kabupaten membuat saya merasa berat untuk melangkah. Tapi dengan niat dan tekad awal saya dan teman-teman seperjuangan untuk mengabdi demi anak negeri, semangat saya kembali memulih dan tidak luntur hanya karena mendengar kabar seperti itu. Saya dan teman-teman tetap akan memberikan yang terbaik untuk kemajuan pendidikan yang ada di negeri ini. Kebetulan daerah kami adalah lokasi yang paling jauh dari penempatan teman-teman yang lainnya yang ada di Kabupaten Bengkayang. Perjalanan menuju lokasi penempatan kami membutuhkan waktu selama 2 hari dari pusat kabupaten Bengkayang dengan mengeluarkan biaya transportasi kurang lebih 800 ribu untuk sekali jalan, jadi bisa dibayangkan ketika harus bolak-balik untuk menuju ke pusat Kabupaten Bengkayang.
Jalan berlumpur, berbatu, panas terik matahari dan derasnya air sungai di Kalimantan selalu menemani langkah saya untuk tetap berjuang mencerdaskan anak bangsa. Untuk menuju ke lokasi penempatan saya harus melewati 2 kabupaten yaitu kabupaten Sanggau dan kabupaten Landak, karena memang belum ada akses transportasi darat dari pusat Kabupaten Bengkayang menuju ke Desa Sungkung. Jalur air, melewati sungai dengan menggunakan perahu pun dapat dijangkau dengan minimal waktu kurang lebih 7 jam perjalanan dari Entikong Kabupaten Sanggau setelah sebelumnya melakukan perjalanan menggunakan bus dari Kabupaten Bengkayang selama 8 jam perjalanan.

“Awal Pengabdian Di Tapal Batas”
Masih teringat betul waktu itu adalah hari kamis, 8 September 2016, saya dan teman-teman satu penempatan melakukan perjalanan menuju lokasi penempatan di SMA N 1 Siding kami bersama-sama dengan kepala sekolah kami, perjalanan kami tempuh dengan menggunakan bus sampai Entikong perbatasan Indonesia-Malaysia selama kurang lebih 8 jam perjalanan. Kemudian kami menginap satu hari di Entikong, barulah pagi hari pukul 07.00 tanggal 9 September 2016 kami melanjutkan perjalanan darat dengan menggunakan ojek dari siswa SMA N 1 Siding. Dalam perjalanan sampai di Sungkung banyak kendala yang kami alami, mulai dari jalan becek, mendorong motor, menyeberangi sungai semua kami alami untuk menuju lokasi. Hingga pada akhirnya sampailah kami di SMA N 1 Siding dengan selamat. Sesampainya di sana, ternyata sudah banyak siswa dan para guru di sekolah menyambut kedatangan kami. Sambutan yang hangat dari mereka membuat kami menangis haru, karena begitu sangat antusiasnya mereka dengan kehadiran kami bertiga di SMA N 1 Siding. Sore harinya kami mulai bersih-bersih asrama untuk kami tempati selama satu tahun, di sela-sela kami membersihkan asrama kami disambut dengan hangat oleh kepala dusun dan perwakilan dari desa setempat. Mereka dengan senang hati singgah dan menyambut kami di asrama bersama dengan kepala sekolah.
Satu bulan awal pengabdian kami di lokasi penempatan, banyak cerita yang kami dapatkan dalam mengajar dan mendidik siswa-siswi di SMA N 1 Siding. Di sekolah saya mendapatkan kenyataan, bahwa sesungguhnya siswa-siswi di daerah perbatasan mempunyai semangat yang luar biasa untuk bersekolah. Hal ini terbukti dari keseharian meraka, jika mau berangkat sekolah harus berjalan kaki selama kurang lebih satu jam dari kampungnya. Begitu sampai sekolah mereka sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru di SMA N 1 Siding. Semenjak kehadiran kami siswa-siswi di SMA N 1 Siding belajar banyak tentang kegiatan sekolah baik itu kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Pendidikan karakter yang selalu digadang-gadangkan oleh pemerintah untuk bisa diajarkan disekolah tidak luput kami perkenalkan kepada siswa-siswi untuk selalu diterapkan pada diri mereka dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari kebiasaan senyum, salam, sapa, sopan dan santun hingga perilaku mereka dalam menjalani kehidupan di sekolah maupun di rumah selalu kami ajarkan kepada mereka sebagai langkah untuk memperbaiki karakter siswa.
Kegiatan ekstrakurikuler sebagai kegiatan tambahan, kami bentuk sebagai wadah pengembangan diri mereka dalam menyalurkan minat dan bakat sesuai dengan keahlian masing-masing. Ekstrakurikuler pramuka, bela diri karate, gerakan siswa pecinta alam, dan olahraga kami bentuk semenjak awal kami hadir di sekolah dan Alhamdulillah sangat luar biasa antusias mereka dengan adanya kegiatan ini. Dengan adanya ekstrakurikuler itu siswa-siswi SMA N 1 Siding sekarang sudah mulai mengenal apa itu pendidikan karakter yang selalu kami ajarkan dalam kegiatan pramuka, mereka menjadi tahu apa itu seni bela diri dan saat ini mereka sudah tergabung dalam Institut Karate Do Nasional Indonesia (INKANAS) berkat seni bela diri yang kami ajarkan dan kami bawa untuk mereka. Saat ini mereka juga sudah mengenal apa itu Gerakan Siswa Pecinta Alam (Grasspala) yang saat ini sudah kami bentuk organisasinya di sekolah dengan nama Gerakan Siswa Pecinta Alam Sinjang Permai (GSP Sinjang Permai). Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler ini ternyata mampu memperbaiki karakter dan dapat menambah keterampilan siswa-siswi SMA N 1 Siding yang ada di daerah perbatasan.
Beberapa bulan kami mengajar ternyata mereka tidak kalah dengan siswa yang ada di kota, kami melihat banyak bakat-bakat terpendam yang ada dalam diri mereka. Begitu tingginya semangat dan motivasi mereka untuk sekolah dan ingin menjadi orang sukses semenjak kedatangan kami. Secara tidak langsung, hal tersebut membuat jiwa kami terpantik untuk terus dan terus membakar semangat mereka melalui motivasi-motivasi yang kami berikan disetiap harinya. Kami selalu memberikan motivasi-motivasi kepada siswa sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, karena mereka selalu mengeluhkan bahwa guru yang ada disana hanya sebatas mengajar saja tidak banyak yang memberikan dan memotivasi mereka untuk senantiasa berjuang meraih masa depan. Dan Alhamdulillah motivasi-motivasi yang selalu kami berikan mampu menggugah hati mereka untuk senantiasa tekun belajar dan berjuang untuk meraih masa depan mereka.

“Kegiatan Sekolahku Menyenangkan”
SMA Negeri 1 Siding, sekolah yang berada di tapal batas antara Indonesia-Malaysia ini berada di Dusun Kadok, Desa Sungkung 2, Kecamatan Siding, Kabupaten Kalimantan Barat. SMA Negeri 1 Siding ini adalah satu-satunya sekolah menengah atas yang berada di Desa Sungkung 2. Sekolah yang sudah beroperasi dan memulai kegiatan belajar mengajar pada tahun 2011 ini sudah berhasil meluluskan beberapa siswa yang berada di Desa Sungkung. Sebuah sekolah kecil yang mempunyai banyak keterbatasan sarana dan prasarana, kini berusaha untuk berkembang seiring dengan adanya program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu pengiriman guru SM3T yang ada di sekolah ini. Banyak siswa lulusan SMP yang lebih memilih sekolah di kota daripada di sekolah ini karena kurangnya kegiatan siswa, sarana dan prasarana yang terbatas, serta minimnya tenaga pendidik. Tetapi saat ini sudah banyak masyarakat dan anak-anak di Desa Sungkung mengetahui peningkatan mutu pendidikan yang ada di sekolah ini, dan mulai banyak siswa SMP ataupun lulusan SMA Negeri 1 Siding yang memberikan apresiasi kepada sekolah ini karena peningkatannya yang luar biasa. Kenapa? Ya, karena semenjak kehadiran guru SM3T banyak kegiatan dan program yang sudah dilakukan di sekolah ini. Diantaranya adalah Graspala (Gerakan Siswa Pecinta Alam), kegiatan semacam ini sebelumnya belum pernah diadakan di SMA Negeri 1 Siding.  Ini adalah salah satu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk mentalitas dan jiwa yang tangguh kepada siswa.  Di sekolah kegiatan ini dinamakan GSP (Graspala Sinjang Permai), yah karena memang sekolah ini terletak di bawah kaki Gunung Sinjang yang permai nan jauh dari hiruk pikuk ramainya kehidupan kota. Saat ini sudah banyak siswa yang tergabung dalam kegiatan ini, kemudian pendidikan dasar yang biasa disebut dengan diklatsar (pendidikan latihan dasar) pecinta alam juga sudah dilaksanakan di Bukit Talo Kecamatan Siding. Sekarang siswa yang mengikuti kegiatan ini sudah memiliki NPA (Nomor Pokok Anggota) siswa pecinta alam, dengan demikian siswa sudah menjadi anggota penuh siswa pecinta alam Indonesia.
Kegiatan kedua adalah bela diri karate, kegiatan ini bertujuan untuk membangun kemandirian, sportifitas, satria dan disiplin selain itu juga untuk membentuk fisik yang sehat, kuat dan menguasai olahraga dibidang bela diri. Alhamdulillah dengan kehadiran guru SM3T ternyata membuat mereka dapat mengembangkan bakatnya di bidang olahraga bela diri. Kegiatan bela diri juga baru saja dilaksanakan di sekolah ini dan sekarang sudah banyak siswa yang menguasai bidang olahraga ini. Saat ini siswa yang mengikuti cabang olahraga ini sudah tergabung di perguruan INKANAS (Institut Karate Do Nasional Indonesia), berkat kerjasama sekolah dengan guru SM3T di sekolah ini.  Kegiatan yang ketiga adalah pramuka, ya kelihatan sederhana tapi kegiatan ini baru pertama kali juga dilaksanakan di SMA Negeri 1 Siding. Kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pribadi yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dan berkecakapan dalam hidup.  Selain itu siswa juga diajarkan untuk menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia, dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik, dan berguna. Karena bukanlah hal yang mudah untuk membangkitkan semangat jiwa merah putih dan patriotisme di daerah perbatasan. Bahkan banyak dari mereka yang lebih suka dengan negara lain daripada negaranya sendiri.  Kegiatan ini dimulai semenjak kehadiran guru SM3T di sekolah ini dan sudah berjalan beberapa bulan, kemudian sudah mengadakan persami untuk yang pertama kalinya di sekolah ini. Mungkin itu beberapa kegiatan yang dilaksanakan di SMA N 1 Siding dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan disekolah ini.  Alhamdulillah kegiatan itu di tayangkan di Ruai tivi, salah satu channel televisi lokal di kalimantan barat.
Semangat siswa di sekolah ini sekarang menjadi hidup dan tumbuh kembali, walaupun dengan berbagai macam keterbatasan yang ada. Dengan kehadiran guru SM3T membuat mereka menjadi lebih mantap untuk menentukan masa depan mereka.

"Satya Ku, Ku Darmakan, Darma Ku, Ku bakti kan.
Pramuka SMA Negeri 1 Siding baru saja dimulai untuk yang pertama kalinya. Yah, sebelumnya memang belum pernah dilaksanakan sama sekali di sekolah ini. Ini adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Siding, tepat nya di Desa Sungkung 2 Kecamatan Siding Kabupaten Kalimantan Barat. Salah satu kegiatan untuk meningkatkan pribadi yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dan berkecakapan dalam hidup.  Selain itu siswa juga diajarkan untuk menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia, dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik, dan berguna. Karena bukanlah hal yang mudah untuk membangkitkan semangat jiwa merah putih dan patriotisme di daerah perbatasan. Bahkan banyak dari mereka yang lebih suka dengan negara lain daripada negaranya sendiri.
Berawal dari kegiatan pramuka ini kami berusaha mencoba untuk merintis dan mengenalkan kepada siswa arti dari pramuka yang sesungguhnya. Di dalam kegiatan ini siswa dilatih untuk menjadi pribadi yang bermental tangguh fisik maupun psikis dalam menghadapi dinginnya malam, ganasnya terik matahari dan besarnya hembusan angin. Selain itu di dalam pramuka terdapat nilai pendidikan karakter yang dapat melatih siswa untuk hidup mandiri dan menjadi pribadi yang baik di dalam kehidupan. Kami juga mengajarkan bahwa pramuka tidak lepas kaitannya dengan alam, banyak hal yang dapat kita pelajari dari alam yang kaya raya ini, yah alam sebenarnya memberikan pengajaran kepada kita atas kebersahajaan, batas kekuatan dan kelemahan diri yang berujung pada kerendahan hati dan penghargaan kepada orang lain. Alam juga mengajarkan rasionalitas dan kejujuran bersikap, disinilah dan melalui inilah integritas pribadi yang ada pada siswa SMA Negeri 1 Siding tumbuh dan matang menjadi lebih baik.
Sebenarnya masih banyak sikap dan karakter handal yang bisa ditumbuhkan dari siswa dan siswi yang ada di SMA Negeri 1 Siding ini. Kami menemukan bahwa siswa-siswi SMA Negeri 1 Siding dengan menjadi seorang pramuka yang sesungguhnya muncul lah sikap seperti kerjasama, paham tentang keberagaman, kesetaraan manusia dan tentu kreatifitas dan keterampilan dalam mencipta serta terwujudnya karakter yang baik didalam diri siswa SMA Negeri 1 Siding ini. Karena sebenarnya karakter yang sesungguhnya adalah sikap yang membekas dalam diri bermula dari kebiasaan yang terukir dan menjadi sikap keseharian. Kami sangat bangga dengan adanya kegiatan yang kami tinggalkan untuk dapat diteruskan di SMA Negeri 1 Siding ini dalam rangka membina dan melatih karakter siswa melalui kegiatan kepramukaan di sekolah.




"Ternyata Ada Orang Sungkung yang Punya Ekor!!!"
Alkisah ada beberapa orang pemuda dan pemudi yang sudah berikrar untuk mengabdikan diri di daerah perbatasan antara Indonesia-Malaysia telah sampai di daerah tujuan pengabdian mereka tepatnya di Desa Sungkung, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Ya, pemuda itu adalah kami, siapa kami?, kami adalah seorang pendidik yang ingin mengabdikan diri di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal. Program nawacita dari pemerintah yang baru digadang-gadangkan saat ini mengantarkan kepada kami untuk dapat mengagumi, merasakan dan melihat bahwa Indonesia itu tidak hanya sebatas nama tapi Indonesia itu begitu sangat luas dengan beribu-ribu pulau yang menawan serta memiliki kekayaan adat budaya yang sangat luar biasa. Di sisi lain kami mempunyai tugas dan amanah besar yaitu mempercepat pembangunan pendidikan di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal. Nawacita, ya itulah 9 program dari pemerintah yang salah satu diantaranya adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
Desa Sungkung, sebuah desa yang berada diatas gunung perbatasan antara Indonesia-Malaysia ini ternyata memiliki banyak sejarah dan cerita rakyat yang menarik untuk ditelisik dan digali dalam-dalam. Di sini kami akan sedikit menceritakan dari daerah yang kami tempati yaitu di Desa Sungkung, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Di sini cerita mulai dari terbentuknya Desa Sungkung sampai terjadinya kebakaran yang memisahkan Desa Sungkung komplek menjadi 3 bagian semuanya terekam dengan baik di Bumi Khatulistiwa ini. Selain itu cerita rakyat, mitos dan legenda yang syarat akan makna semua terabadikan dan tersimpan di daerah ini. Belum genap satu minggu kami berada di desa sungkung sudah banyak cerita yang kami dapatkan dari masyarakat, mulai dari mata pencaharian di daerah sini, adat budaya daerah dan berbagai macam cerita yang berkembang di sini. Salah satu cerita yang berkembang adalah tentang orang Sungkung yang mempunyai ekor. Memang selama ini dan sudah sejak lama jika terdengar Desa Sungkung banyak orang beranggapan bahwa masyarakatnya mempunyai ekor di belakang. Begitu terdengar cerita itu, banyak orang merasa penasaran dengan orang asli Sungkung. Sehingga banyak orang mencari informasi tentang adanya cerita yang berkembang di desa ini. Lantas apakah benar orang Sungkung mempunyai ekor?
Kami akan mencoba sedikit mengungkap dan menceritakan tentang cerita yang berkembang selama ini. Pagi itu, tepatnya hari Sabtu, 10 September 2016 baru saja kami menginap satu malam di sini telah disuguhi dengan berbagai macam cerita dan salah satunya adalah tentang manusia berekor di Sungkung. Siapakah manusia itu?
            Pagi hari kami bersantai sambil menikmati segelas kopi hitam dari orang tua angkat kami, ada seorang tokoh masyarakat asli Sungkung menyambangi kami yang tengah bercengkerama bersama kepala sekolah kami. Asyik bercerita hingga akhirnya tokoh masyarakat itu bercerita tentang manusia berekor di Sungkung. Tokoh masyarakat itu bercerita bahwa pada zaman dahulu saat Desa Sungkung masih menjadi satu atau dahulu disebut dengan Sungkung komplek, banyak masyarakat yang belum mengenal dan memakai pakaian seperti saat ini. Mereka menutupi tubuhnya dengan menggunakan dedaunan ataupun akar-akaran dari hasil hutan. Karena pada saat itu memang belum ada akses jalan yang baik dari kota menuju daerah Sungkung, sehingga menyebabkan masyarakat kesulitan untuk membeli kebutuhan sandang, pangan dan papan yang berasal dari kota. Baik anak-anak, remaja, orang tua di Desa Sungkung menggunakan pakaian yang terbuat dari hasil hutan. Kemudian cara memakai pakaiannya pun masih tergolong primitif dalam artian mereka menggunakan baju hanya sebatas untuk menutupi badannya saja dengan daun, kemudian dalam memakai celana bagi mereka yang terpenting dapat menutupi tubuh bagian bawahnya saja, kemudian celananya yang berasal dari hasil hutan tersebut diikat menggunakan rotan ataupun tali dari hutan di pinggangnya hingga memutar sampai belakang dan diikat di bagian belakang. Tali tersebut seringkali kepanjangan kemudian ketika sudah ditalikan di belakang masih ada sisanya yang tidak terikat, sehingga menyebabkan tali tersebut menjulur sampai kebawah pinggang tepat di antara tengah-tengah kaki bagian belakang. Pakaian ini sehari-hari dipakai oleh  masyarakat yang ada di Desa Sungkung. Bahkan ketika ada acara adat mereka selalu menggunakan pakaian yang berasal dari hasil hutan tersebut sampai sekarang. Suatu ketika ada seorang pelancong dari kota datang mengunjungi desa Sungkung dan singgah di daerah tersebut. Kemudian pelancong itu melihat orang-orang sungkung bahwa di belakang punggung, tepatnya di bagian paling bawah terdapat  bagian tubuh yang menjulur kebawah yang ia sebut sebagai ekor. Sehingga sontak pelancong itu beranggapan bahwa masyarakat sungkung itu mempunyai ekor. Dan anehnya pelancong itu tidak berani untuk menanyakan sebenarnya apa yang berada di belakang tubuh masyarakat Sungkung itu sehingga sampai bisa menjulur kebawah. Padahal sebenarnya yang menjulur kebawah itu adalah sisa ikatan tali untuk mengikat celana mereka. Hingga pada akhirnya pelancong itu kembali ke kota dan menyampaikan informasi bahwa orang orang Sungkung itu ternyata mempunyai ekor panjang di belakang. Informasi itu dengan cepatlah menyebar sampai ke kota dan pelosok desa. Bahkan sampai sekarangpun masih ada yang beranggapan bahwa orang Sungkung itu mempunyai ekor. Ada suatu cerita seorang tokoh masyarakat pergi ke kota, lalu ia bertemu dengan orang Cina. Kemudian mereka berdua berbincang bersama, tokoh masyarakat tersebut memperkenalkan diri bahwa sebenarnya ia adalah orang asli Sungkung. Mendengar hal itu langsung membuat orang Cina tersebut tanpa pikir panjang melihat tubuh bagian belakang orang Sungkung itu. Setelah beberapa saat mengamati ia bertanya kepada orang Sungkung itu: "Pak apakah benar orang Sungkung itu mempunyai ekor??" Lalu orang Sungkung itu menjawab: "Iya benar orang Sungkung itu memang mempunyai ekor". Sekali lagi orang Cina itu dengan lirikan matanya melihat bagian belakang orang sungkung tersebut. Di mana letak ekor bapak, kok tidak ada?? Tanya orang Cina. Setelah itu orang Sungkung itu menjelaskan secara detail, "Pak memang kami masyarakat Sungkung itu mempunyai ekor, tapi ekor kami terletak di bagian depan, bukan di bagian belakang bahkan saya rasa bapakpun juga punya ekor yang letaknya di depan." Jawab orang Sungkung. Setelah mendengar jawaban itu geleng-geleng kepala dan tertawalah orang Cina itu, baru kemudian diceritakan asal usul kenapa kok orang Sungkung seringkali dianggap mempunyai ekor padahal sebenarnya yang berada di belakang tubuh itu adalah salah satu tali yang digunakan untuk mengikat pakaian mereka. Begitulah cerita sebenarnya yang berasal dari Desa Sungkung ini. Sungguh luar biasa sekali anggapan masyarakat selama ini ternyata yang berada di belakang tubuh orang Sungkung bukan ekor tapi itu adalah ikatan tali. Sampai-sampai cerita ini bisa ada di luar negeri. Gimana ceritanya yaa??? Buktinya adalah ada orang Cina yang menanyakan kepada orang sungkung perihal ekor. Ini berarti menandakan bahwa hanya karena sebatas tali dari hasil hutan Indonesia saja ceritanya bisa sampai ke luar negeri dan membuat penasaran mereka. Memang Indonesia itu sangat luar biasa. Mari kita eksplor kekayaan alam, adat budaya, cerita rakyat, dari negeri tercinta kita ini. Dan perlu diketahui bahwa saat ini kita ada dan kita bersama karena ada satu nama yaitu Indonesia......


"Terimakasih Pak Presiden dan Seluruh Masyarakat Indonesia"
Senin, 10 April 2017 mungkin adalah hari bersejarah yang tertoreh di sebuah negeri  di atas gunung yang selama ini masih terkukung bernama Sungkung. Tepatnya di Desa Sungkung, Kec. Siding, Kab. Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Pagi itu mentari terbit tak seperti biasanya, ia menyinarkan sinarnya dengan penuh kehangatan dan dirasakan bagi setiap jiwa yang ingin melakukan aktivitasnya di pagi hari. Kibaran bendera merah putih dengan tiang khasnya bambu berwarna hijau tertancap dengan tegak di sepanjang jalan dan setiap sudut Desa Sungkung. Rombongan tentara dan masyarakat melintas lalu lalang di sepanjang jalan dengan membawa barang di depan dan belakang motor yang dibawanya. Berbagai macam media dan instansi dari Kabupaten Bengkayang ramai hadir di kampung mereka. Masyarakat banyak yang keluar rumah dan berbincang di depan rumah mereka dengan memikirkan apa yang sebenarnya terjadi di hari itu, karena memang tak seperti biasanya desa mereka bisa seramai ini. Pukul 07.00 WIB tepatnya di SD Negeri 04 Sungkung tiba-tiba ramai dihadiri oleh banyak pejabat mulai dari staf kepresidenan, kepolisian, berbagai macam instansi dari Kabupaten Bengkayang, dan media televisi hadir di sekolah tersebut. Siswa-siswi SD 04 Sungkung pun mulai bertanya-tanya dengan sebenarnya apa yang sedang terjadi di hari itu. Seperti biasanya setiap hari Senin pagi siswa dan siswi SD N 04 Sungkung melakukan kegiatan upacara bendera. Upacara itu tidak hanya diikuti oleh siswa dan guru saja tetapi oleh masyarakat dari berbagai kalangan dan dari berbagai instansi serta beberapa media ikut meliput jalannya upacara pada hari tersebut. Termasuk saya dan teman-teman SM3T yang satu penempatan mengikuti kegiatan upacara bersama dengan guru dan pejabat dari berbagai instansi. Setelah upacara selesai barulah mereka dikumpulkan untuk mendapatkan pengarahan dari kepala sekolah, setelah diberi pengarahan akhirnya siswa-siswi mengetahui bahwa pada hari itu akan dibagikan tas, sepatu dan perlengkapan sekolah bantuan langsung dari presiden RI Bapak Joko Widodo.
Bantuan yang berasal dari Presiden Jokowi tersebut berupa tas dan perlengkapan sekolah yang berjumlah kurang lebih 600 paket yang akan dibagikan kepada seluruh siswa-siswi yang ada di Desa Sungkung. Akhirnya siswa SD 04 Sungkung merasa bangga dengan dikabulkannya permintaan mereka setelah sebelumnya beredar video viral 4 orang siswa dari SD 04 Sungkung yang meminta tas kepada Presiden Jokowi yang di-upload oleh teman satu penempatan saya yang bernama Anggit Purwoto. Mereka bersorak bahagia dan haru saat mendengar kabar itu. Satu persatu tas dan peralatan sekolah mulai datang ke sekolah untuk segera dibagikan. Jerit tangis merekapun ternyata di dengar oleh Pak Presiden. Syukur Alhamdulillah kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Presiden Jokowi yang sudah mengabulkan keinginan anak-anak tapal batas di ujung negeri ini. Inilah bukti perhatian Presiden RI atas daerah 3T. Kami sebagai penyambung rasa untuk masyarakat Sungkung merasa terharu dan bahagia dengan dikabulkannya permintaan suara anak-anak yang ada di tapal batas ini. Tas sebenarnya adalah sebuah barang biasa yang digunakan oleh siswa untuk bersekolah di setiap harinya. Di balik terkabulnya permintaan tas sebenarnya kami memaknai bahwa sebenarnya ada banyak makna di balik tas pemberian dari Presiden Jokowi tersebut. Dengan adanya  moment ini ternyata semua masyarakat di seluruh Indonesia dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang pada khususnya mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi di daerah tapal batas ini. Bahwa pada dasarnya potret pendidikan di daerah tapal batas atau di daerah 3T masih jauh dari yang namanya standar kelayakan pendidikan. Sulitnya akses transportasi ternyata menghambat proses pembelajaran yang ada di daerah Sungkung. Keterbatasan media pembelajaran dan peralatan yang mendukung proses pembelajaran menjadi salah satu permasalahan sulit berkembangnya pembangunan pendidikan di daerah Sungkung.
Dengan adanya moment ini ternyata banyak pihak dan masyarakat di daerah setempatpun sangat mendukung dan ternyata ini menjadi sejarah negeri Sungkung mendapatkan perhatian dari Presiden. Dan yang lebih mengharukan pada saat itu banyak para relawan dan berbagai macam perusahaan baik dari pemerintah pusat atau swasta ingin membantu dan mempercepat pembangunan diberbagai bidang di daerah Sungkung. Mulai dari perbaikan listrik, pembangunan perpustakaan, pengiriman sarana dan prasarana sekolah akan segera dikirim ke sungkung oleh para relawan. Ternyata ini lah sebenarnya yang selama ini masyarakat Sungkung harapkan. Mereka sebenarnya menginginkan diperhatikan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Saat inipun mereka mempunyai kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya di daerah Sungkung kepada staf dari kepresidenan dan berbagai macam dinas yang ada di Kabupaten Bengkayang. Pembangunan transportasi, infrastruktur, pendidikan dan kesejahteraan itulah beberapa hal yang mereka inginkan selama ini. Semoga apa yang menjadi aspirasi masyarakat di daerah Sungkung dapat terpenuhi oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Dan semoga pembangunan pendidikan di daerah Sungkung dapat terlaksana dengan baik dengan adanya perhatian dari pak Presiden Jokowi. Anak-anak sekolah saat ini merasa bangga karena sudah memiliki peralatan sekolah untuk menunjang pendidikan mereka baik di sekolah maupun di rumah. Terimakasih Pak Presiden Jokowi.

“Sosial dan Budaya Masyarakat Desa Sungkung”
Indonesia memiliki banyak beraneka ragam suku dan kebudayaan. Sungguh luar biasa budaya yang ada di Indonesia memang harus dan terus untuk tetap dilestarikan serta dikembangkan oleh generasi muda saat ini, agar kekayaan kebudayaan yang dimiliki Indonesia selalu terlihat dan dipandang oleh negara lain bahwa betapa banyaknya kesenian budaya yang telah dilestarikan dan dibudayakan oleh bangsa kita. Selama satu tahun mengabdi di lokasi penempatan 3T, tepatnya di Desa Sungkung Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat telah banyak mengajarkan kepada kami tentang kondisi sosial dan budaya yang ada di daerah tersebut. Masyarakatnya yang sungguh ramah dan baik hati menambah ketertarikan kami atas budaya yang ada di daerah tersebut. Banyak prosesi upacara adat dan tradisi yang ada di daerah tersebut, selama satu tahun kami telah banyak mengikuti berbagai macam upacara adat dan tradisi yang ada di Sungkung, Kalimantan Barat. Salah satu diantaranya adalah kami mengikuti upacara adat peletakkan batu pertama yang diikuti oleh tokoh masyarakat dan Dinas Pariwisata dalam rangka pembangunan Rumah Baluq yang dijadikan sebagai rumah adat bersifat sakral yang akan didirikan di Dusun Medeng, Desa Sungkung II. Rumah Adat Baluq ini adalah sebuah rumah adat yang digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan berbagai upacara adat dan tradisi yang ada di Desa Sungkung. Selain itu Rumah Baluq ini juga digunakan sebagai tempat meletakkan tengkorak para panglima dahulu yang telah gugur dalam perang melawan penjajah. Ini adalah kali pertama kami diundang dan mengenal tradisi masyarakat Sungkung yang diantaranya terdapat ciri khas dalam acara tersebut. Upacara tersebut akan dipimpin oleh seorang tokoh adat yang ada di Desa Sungkung II. Untuk melaksanakan upacara tersebut banyak perlengkapan dan barang yang harus disiapkan untuk kesuksesan kegiatan tersebut, diantaranya terdapat ayam, anak anjing, ikan asin, lemang dan masih banyak lagi bahan-bahan yang digunakan untuk prosesi upacara tersebut. Siapa saja yang hadir dalam upacara tersebut harus menerima suguhan yang telah diberikan oleh tokoh adat yang sudah memimpin upacara tersebut. Kalaupun tidak mau makan/minum maka harus japai atau kalau dalam istilah bahasa Indonesia adalah memegang makanan/minuman yang telah disuguhkan kepada kita hal ini adalah sebagai rasa sikap menghargai kita atas makanan/minuman yang telah mereka berikan kepada kita. Kalau kita menolak maka menurut kepercayaan orang yang ada di Sungkung akan terjadi malapetaka kepada siapa saja yang menolak makanan/minuman tersebut.
Masyarakat yang ada di daerah Sungkung setiap tahunnya juga melaksanakan acara yang disebut dengan gawai. Gawai adalah suatu acaranya yang dilaksanakan oleh masyarakat Sungkung dalam rangka mensyukuri atas hasil panen yang mereka dapatkan selama satu tahun. Acara gawai ini biasanya dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Di setiap kampung gawai akan dilaksanakan dengan tanggal yang berbeda di antara bulan itu tergantung kesepakatan dari masyarakat setempat. Kami selalu menghadiri acara tersebut karena selalu ada masyarakat ataupun siswa yang mengajak kami untuk hadir di rumahnya atau di kampung mereka. Yang membuat acara ini berbeda dengan yang lain adalah semangatnya dari seluruh warga Sungkung, di hari itu mereka tidak akan pergi kemana-mana kecuali untuk beribadah bersama-sama kemudian dilanjutkan untuk saling bersilaturahmi ke rumah-rumah. Hal ini membuat sikap gotong-royong semakin erat dengan adanya acara gawai ini selain itu masyarakat juga menunjukkan rasa syukur mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala keberkahan yang telah mereka dapatkan selama ini.
Masyarakat yang ada di daerah Sungkung sebagian besar mata pencahariannya adalah pekebun dan petani. Beberapa ada juga yang menjadi seorang guru ataupun pegawai di dinas kabupaten tapi dengan persentase yang sangat kecil. Di daerah Sungkung saat ini  banyak akan kita jumpai tanaman sahang (merica/lada) karena memang semenjak awal tahun 2010 banyak masyarakat memulai untuk menanam merica sebagai mata pencaharian mereka. Selain itu banyak juga akan kita jumpai tanaman padi, karet dan kakao yang saat ini sudah mulai ditinggalkan karena harga nya saat ini sudah mulai menurun banyak dibandingkan dengan harga merica yang dapat mencapai harga 100 ribu lebih pada saat itu. Pada akhirnya banyak masyarakat yang mulai untuk menanam sahang/merica yang memang hasilnya lebih menjanjikan dibandingkan penghasilan karet dan kakao. Setiap hari masyarakat bekerja di kebun dan di ladang untuk menghidupi keluarga mereka. Mulai dari pukul 6 pagi mereka sudah mulai berangkat ke kebun dan pulang pukul 5 sore, bahkan ada juga beberapa keluarga menginap di pondok kebun dikarenakan lokasi kebun yang jauh dari rumah, sehingga mereka lebih memilih untuk menginap daripada harus pulang ke rumah. Mereka harus rela untuk meninggalkan anaknya di rumah sendiri. Hal ini lah yang menyebabkan banyak siswa dan siswi yang ada di daerah Sungkung kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya dalam hal pendidikan. Banyak juga di antara mereka yang putus sekolah dan memilih untuk bekerja di kebun/di ladang, karena menurut mereka sekolah hanyalah akan menghabiskan uang, tapi kalau di kebun akan mendapatkan hasil yang kelak bisa dijual jika sudah panen. Beginilah kondisi masyarakat yang ada di Sungkung. Tapi untuk saat ini sudah banyak yang mulai sadar akan pendidikan seiring dengan bertambahnya para lulusan SMA ataupun sarjana yang berhasil meraih kesuksesannya. Hal inilah yang menjadikan masyarakat Sungkung mulai peduli terhadap pendidikan dan mulai menaruh harapan besar kepada anak-anak mereka agar dapat menempuh pendidikan tinggi untuk meraih kesuksesannya.

Ironi kehidupan dan kondisi siswa di tapal batas desa Sungkung, Kalimantan Barat
"Pak Guru Ijinkan Aku Ke Malaysia"
Kisah berikut diambil dari rekam jejak kami semenjak pertama kali menginjakkan kaki di Bumi Sebalo tepatnya di Desa Sungkung Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang. Semenjak awal penentuan tempat untuk mengajar memang kami dapat penempatan di sekolah menengah atas yang berada di Kecamatan Siding, tepatnya di SMA N 1 Siding. Kecamatan itu terdengar asing bagi kami kemudian di awal kami juga merasa sedikit gelisah dengan kondisi dan situasi di sana setelah mendengar cerita dari kepala sekolah SMA N 1 Siding terkait lingkungan dan kondisi sekolah tersebut. Memang butuh perjuangan dan pengorbanan besar untuk dapat pergi ke sana hingga bisa sampai di lokasi tujuan. Untuk menuju lokasi SMA 1 Siding, yang beralamatkan di Dusun Kadok, Desa Sungkung, Kecamatan Siding dari Kota Bengkayang dapat ditempuh selama 2 hari perjalanan. Pertama kita naik bus jurusan Bengkayang-Entikong dari Kota Bengkayang, perjalanan dari Bengkayang menuju Entikong ini membutuhkan waktu kurang lebih selama 8 jam perjalanan dengan biaya Rp 100.000, setelah sampai Entikong ternyata kami sudah ditunggu oleh siswa SMA N 1 Siding yang siap mengantarkan kami sampai lokasi. Sebelum kami melanjutkan perjalanan kami harus menginap dulu di Entikong satu malam, karena tidak mungkin kita melanjutkan perjalanan di malam hari. Pagi hari pkl. 09.00 WIB kami lanjutkan perjalanan menggunakan motor darat dengan siswa dan kepala sekolah SMA N 1 Siding. Di dalam perjalanan kami harus melewati Kabupaten Landak dan Sanggau untuk bisa sampai lokasi. Hingga akhirnya kami sampai di sekolah pukul 13.30 WIB. Sungguh perjalanan yang sangat luar biasa, serasa badan semua sakit karena harus melewati lika-liku jalan tanpa aspal dan menyeberangi sungai di tengah tengah perjalanan.
Beberapa hari disekolah kami sudah mulai akrab dan mengenal siswa siswi yang ada di SMA N 1 Siding. Kami melihat suasana yang berbeda di sini terkait kondisi dan sikap siswa di sekolah ini dengan kondisi siswa yang ada di lingkungan perkotaan. Sungguh sangat luar biasanya siswa yang ada di sini, ya karena ternyata mereka mempunyai semangat yang besar untuk sekolah, hal ini terbukti dari kerelaan mereka untuk berjalan kaki selama beberapa jam untuk menuju ke sekolah. Banyak kami bercerita tentang motivasi meraih asa dan cita-cita untuk masa depan mereka di sekolah. Hal ini semata-mata kami lakukan demi kemajuan dan kemandirian bangsa tercinta kita Indonesia di masa depan. Tetapi apa yang terjadi bahwa sebagian besar siswa yang ada di tapal batas ini masih banyak yang mencintai negara sebelah yaitu Malaysia daripada negeri nya sendiri. Apa buktinya,  ya sebagian besar siswa yang ada di sekolah ini pernah pergi ke Malaysia untuk bekerja, mereka lebih memilih kerja di negara sebelah karena merasakan rasa nyaman, enak dan terjamin hidup di sana. Lantas kerja apa dan tinggal di mana mereka?, ternyata mereka di sana kerjanya sama dengan di Indonesia yaitu ada yang berkebun dan kerja di bangunan. Di Malaysia mereka ternyata tinggal bersama tokek dan banyak dari mereka sudah punya tokek masing-masing. Apa itu tokek?, Tokek adalah sebutan untuk bos bahkan ada yang sudah menganggap sebagai ayahnya sendiri di Malaysia. Ketika sudah sampai di Malaysia mereka akan bekerja di kebun ataupun bangunan dengan gaji kurang lebih RM 20 atau sekitar Rp 60.000/hari. Ketika liburan sekolah pasti mereka akan selalu pergi ke Malaysia secara bersama-sama. Tidak heran bahwa siswa SMA N 1 Siding pasti selalu ada yang pergi ke Malaysia karena memang jaraknya yang dekat dari tempat tinggal, biasa mereka berjalan kaki menempuh waktu selama 6 jam perjalanan untuk bisa sampai ke Malaysia. Tiada paspor dan tiada izin tidak menjadi penghalang buat mereka, karena setelah sampai di Malaysia mereka akan langsung dijemput oleh tokek mereka. Perasaan senang dan gembira muncul dihati para siswa karena mereka akan dimanjakan oleh tokek mereka di Malaysia.
Suatu hari kami pernah menanyakan kepada siswa tentang Indonesia, ternyata ada yang tidak tertarik sama sekali bahkan di benak mereka Indonesia itu adalah ladangnya korupsi. Pantas saja siswa yang ada di sini selalu menginginkan pergi dari Indonesia. Bahkan buku tulis mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan mereka memakai produk dari Malaysia. Lantas di mana jiwa patriotisme mereka?. Tidak jarang mereka selalu menyampaikan tentang wujud konkret dari pemerintah untuk kemajuan didaerahnya. Mana jalan aspal?, mana bantuan dari pemerintah?, yang katanya menggaung-gaungkan proyek Nawacita?. Bahkan listrik PLN belum menyambangi daerah tersebut. Siswa di sini selalu membandingkan dengan kondisi negara yang ada di sebelah, di negara Malaysia walaupun daerahnya diperbatasan tapi sudah di aspal, listrik dan kehidupannya diperhatikan pak, mengapa di Indonesia kami tidak merasakan hal itu? Di mana pemerintah pak?. Lebih baik saya pergi ke Malaysia saja ya pak. Itu adalah kata kata yang terbesit di benak mereka. Ini adalah ironi kehidupan siswa yang ada di tapal batas, sempat kami merasakan kesedihan yang amat dalam dengan adanya kondisi ini. Ya, ini sebenarnya adalah tanggung jawab dan tugas kita untuk dapat menyelesaikan masalah ini. Di sini kami guru SM3T selalu berusaha dan memberikan motivasi kepada siswa siswi yang ada di sekolah kami agar mampu dan bisa mencintai bangsa Indonesia dan produk dalam negeri melalui kegiatan kegiatan yang kami laksanakan di sekolah. Kami selalu bersama-sama untuk saling bergandeng tangan dan mengepalkan tangan kita untuk satu tujuan yaitu kemajuan bangsa Indonesia mulai dari daerah perbatasan, sesuai dengan proyek nawacita program dari pemerintah. Dengan adanya program itulah maka kita semua ada dan ditugaskan di sini. Tugas kita adalah mengabdikan diri di dunia pendidikan agar peserta didik kita besok dapat meraih asa dan mampu memberikan kontribusi nya untuk kemajuan bangsa bukan malah untuk mencintai bangsa lain.
Saya yakin bahwa semua hal sulit yang kita alami di masa kini dapat menjadi cerita sukses di masa depan.

"Pak Guru, Dimana Ibu Ku?? "
Sebuah kisah nyata datang dari Desa Sungkung, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Sebut saja dia dengan nama Katrina (nama samaran), anak perempuan yang lahir kurang lebih 20 tahun lalu di daerah Kabupaten Bengkayang,  Kalimantan Barat. Saat ini ia sedang menempuh pendidikan di SMA N 1 Siding Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Sejak kami mengenal dari awal sampai detik ini Katrina di sekolah selalu menunjukkan sikap ceria. Setiap hari tiada pernah ia tidak masuk sekolah, kecuali ada hal penting yang harus ia lakukan baru lah ia izin tidak masuk sekolah. Seperti biasanya kami guru SM3T mulai sejak pagi sudah siap di depan sekolah untuk menyapa dan jabat tangan kepada siswa-siswi. Yah seperti kita ketahui bahwa budaya jabat tangan di sekolah ini baru digalakkan dan dimulai semenjak kedatangan guru SM3T di sekolah tersebut, kami mencoba untuk membentuk karakter siswa dari hal kecil yaitu melalui budaya jabat tangan dengan memberikan senyum, salam, sapa, sopan, santun di sekolah ini. Ternyata sambutan siswa dan guru sangat baik untuk kegiatan jabat tangan ini. Tapi bukanlah hal yang mudah juga untuk menggalakan budaya ini, bahkan waktu itu sempat ada siswa yang mengatakan dia menolak jabat tangan.  Tetapi setelah kita pahamkan kepada siswa dan seiring dengan berjalannya waktu akhirnya siswa dan dewan guru sudah terbiasa membiasakan budaya tersebut di sekolah. Katrina, itulah siswa yang sering kali kita jumpai di awal kedatangan dia sebelum siswa lain banyak yang belum datang di sekolah. Setiap kali datang ke sekolah seperti biasa ia berjalan kaki dari rumah kurang lebih membutuhkan waktu 45 menit hingga akhirnya bisa sampai ke sekolah. Begitu cerianya ia datang ke sekolah dengan ciri khasnya yaitu memakai sendal jepit,  membawa air minum dan bekal makan di tasnya. Kami selalu memperhatikan bahwa Katrina selalu ceria di sekolah, tak ada sekecil pun raut wajah sedih di mukanya. Memang anak ini sungguh luar biasa karena selalu ceria ketika kami ngobrol dengan dia bahkan ketika belajar pun selalu antusias di kelas. Semenjak kehadiran guru SM3T di SMA N 1 Siding banyak kegiatan sekolah yang  yang ia ikuti seperti ekstrakurikuler, les tambahan untuk ujian nasional tidak pernah absen pasti dia selalu hadir. Di waktu istirahat dia terkadang pergi ke hutan untuk membuka bekal makan siangnya kemudian ia makan bersama teman kelas atau teman akrabnya. Kebetulan di samping kanan kiri, dan belakang sekolah kami adalah hutan jadi tidak heran jika waktu istirahat tiba mereka terkadang selalu pergi ke hutan. Kami sebenarnya juga heran kenapa siswa di sini ketika mau makan bekal yang dibawanya dari rumah, mereka selalu sembunyi di hutan untuk sekedar makan saja. Entahlah mungkin mereka malu ataupun ada alasan lain yang jelas ketika kami tanya ada siswa yang menjawab karena ingin mencari keheningan untuk makan sebab di kelas terkadang ribut.
Suatu ketika pernah kami mengajar les tambahan di kelas dia dan hanya 5 siswa saja yang berangkat dari keseluruhan 18 siswa, dan ternyata Katrina hadir duduk di meja paling depan. Ini semakin menunjukkan kepada kami bahwa ia memang mempunyai semangat yang luar biasa untuk belajar. Tanggal 14 November 2016 tepatnya adalah hari Senin kami diajak oleh beberapa siswa untuk main disalah satu dusun di Desa Sungkung, tibalah sore hari dan kami menepati janji untuk datang di desa tersebut, setelah menempuh jarak setengah jam dari asrama tempat kami tinggal. Sekitar pukul 17.00 WIB kami sampai di dusun tersebut, sesampainya di sana sambutan luar biasa datang dari siswa, dan salah satu dari mereka ternyata adalah Katrina. Kami sekarang menjadi tahu tempat tinggal Katrina yang sebenarnya. Belum sempat kami istirahat, langsung mereka mengajak kami ke rumah Nadia (nama samaran), Nadia adalah teman akrabnya Katrina sejak kecil. Ia juga bersekolah di SMA N 1 Siding. Walaupun berbeda kelas tapi mereka jika pergi kemana-mana selalu bersama. Seperti sudah menjadi kakak dan adik di dalam keluarga. Setelah sampai di rumah Nadia, ibarat raja kami langsung diberikan suguhan makanan dan minuman di rumah Nadia. Beberapa waktu kemudian kami bercanda ria di rumah Nadia, dan banyak siswa kami yang ada di dusun itu berdatangan di rumah Nadia karena ada kehadiran kami. Malam hari tiba kami diajak oleh siswa untuk mencari ikan di Sungai Sekayam, ya memang orang sini biasa mencari ikan di malam hari. Kemudian kami membagi tugas lalu berangkatlah kami ke sungai kurang lebih memakan waktu 15 menit untuk sampai di Sungai Sekayam, disepanjang perjalanan ke sungai kami  banyak bercanda gurau dengan Katrina dan siswa yang lain untuk menghangatkan suasana. Sesampai di pinggir sungai ada salah satu teman kami guru SM3T yang beberapa hari yang lalu habis terkena knalpot motor sehingga kaki nya luka dan tidak bisa menyeberangi sungai karena takut luka nya semakin parah. Tanpa pikir panjang digendonglah guru itu oleh siswa agar bisa menyeberangi sungai untuk mencari tempat di sekitar sungai yang bisa dijadikan tempat berkumpul dan membakar ikan. Kemudian setelah itu kami membakar ikan bersama sama hasil dari tangkapan mereka, Katrina dan Nadia pergi entah kemana saat itu. Tapi setelah beberapa menit datanglah Katrina dan Nadia, ternyata mereka pergi ke rumah untuk mengambilkan kami minuman kopi sebagai penghangat. Di sungai kami bernyanyi bersama dan bercanda ria menikmati malam yang indah di Sungai Sekayam bersama Katrina dan siswa yang lain. Setelah itu kami pulang ke rumah Nadia lagi untuk menginap disana.
Esok hari tiba pukul 06.00WIB kami berangkat ke sekolah bersama Katrina dan Nadia dari kampung mereka. Selang beberapa hari Katrina mengumpulkan tugas yaitu membuat buku harian yang ditugaskan oleh guru SM3T beberapa bulan yang lalu, ya ini memang program kerja yang dibuat oleh guru SM3T di SMA N 1 Siding, yang mana buku harian itu hanya boleh dibaca oleh guru SM3T, bukan untuk konsumsi publik bahkan teman akrabnya pun tidak boleh membacanya. Buku harian dari siswa ini nantinya akan dibuat sebuah buku oleh guru SM3T. Setelah kami terima dan kami baca buku dari Katrina, cerita mengejutkan tertulis di buku itu. Katrina menceritakan kehidupan nya mulai dari sejak lahir hingga bisa sekolah sampai SMA. Ia menceritakan bahwa ketika lahir kedunia Katrina adalah anak yang tidak diharapkan oleh kedua orang tua nya, bahkan kelakuan orang tua nya hampir membuat Katrina kehilangan nyawa. Sejak lahir Katrina hampir saja dibuang oleh kedua orang tua nya. Hal ini dilakukan karena Katrina berjenis kelamin perempuan, dianggap sebagai anak yang lemah dan besok tidak bisa bekerja. Tetapi beruntunglah ada seorang yang ingin mengangkat Katrina menjadi seorang anak, dan orang itu lah yang membesarkan Katrina hingga bisa dewasa saat ini. Jadi mulai dari lahir Katrina hidup dengan orang tua angkatnya di Desa Sungkung. Setiap hari ia selalu menjalankan aktivitas sehari-hari bersama orang tua angkatnya. Pagi hari ia harus sudah bangun jam 3 pagi, untuk memberi makan ternak, mencuci dan memasak untuk orang tua angkatnya. Hingga pukul 05.30 WIB barulah ia berangkat menuju sekolah. Pulang sekolah sekitar pukul 14.00 WIB. Jika hari cerah ia terkadang langsung menuju ke ladang/ kebun untuk membantu orang tua angkatnya. Malam hari ia sudah capek belajarpun hanya dengan tenaga yang masih tersisa ditubuh kecilnya. Tapi memang semangat belajarnya tetap ada dan hinggap di jiwanya. Dia menuliskan bahwa mimpi besar dan cita-cita Katrina adalah menjadi seorang guru bahasa Inggris, ya dia menginginkan itu dengan tujuan bisa berbahasa Inggris agar bermanfaat untuk orang lain dan bisa berwisata keliling dunia. Pantas saja dia bercita-cita itu karena selama ini Katrina jarang sekali berwisata keluar dari Sungkung. Bahkan sekedar mainpun jarang sekali ia lakukan di kampungnya. Inilah kehidupan sehari hari yang dialami Katrina bersama orang tua angkatnya di Sungkung. Terkadang Katrina selalu meneteskan air mata di malam hari ketika teringat orang tua kandung di kampung halamannya. Entah apa yang bisa diperbuat oleh Katrina yang jelas ia nampak bingung ketika harus berfikir untuk sekedar bisa melihat wajah orang tua kandungnya. Sejak kecil ia sudah tidak diterima oleh keluarga jika ingin menemui takut ditolak sama orang tua kandungnya di sisi lain orang tua angkatnya pun melarang Katrina untuk menemui orangtua kandungnya. Karena takut kejadian masa lalu terulang pada Katrina lagi. Lantas apa yang bisa diperbuat oleh Katrina???
Hanya tetesan air mata saja yang bisa memahami kehidupan Katrina dari dulu. Setiap kali teringat orang tua kandungnya Katrina hanya ditemani oleh air mata saja yang selalu mengalir membasahi pipinya. Ibu kenapa engkau tega membuang aku??? Apakah aku dulu nakal??? Ataukah aku berbuat salah???  Apa salah aku??? Kalimat itu yang selalu terbesit di hati Katrina sampai dewasa ini.
Ia menceritakan bahwa beberapa bulan yang lalu ia diajak ketemuan sama orang tua kandungnya di sebuah tempat keramaian. Katrina sempat meminta izin kepada orang tua angkatnya waktu itu untuk pergi menemui orang tua kandungnya. Tapi mereka tidak mengizinkannya sama sekali. Katrina ternyata tetap kukuh akan menemui orang tua kandungnya walaupun tidak dapat izin dari mereka. Tibalah waktu saat Katrina akan menemui orang tua kandungnya, dengan diam-diam Katrina pergi menuju tempat yang sudah mereka rencanakan untuk bertemu. Setelah mereka berjumpa, seketika orang tua Katrina langsung bersujud di hadapan Katrina. Orang tua kandungnya langsung meminta maaf kepada Katrina atas apa yang sudah mereka lakukan selama ini. Ini adalah sesuatu hal yang tidak pernah terbesit sekalipun di pikiran Katrina. Saat itu Katrina langsung mengangkat tangan orang tuanya untuk berdiri dan berbincang-bincang. Orang tua kandung Katrina ingin sekali mengajak Katrina pulang kerumah, tetapi Katrina menyampaikan di mana saja ibu selama ini??? Maaf ibu saya belum bisa untuk saat ini, karena selama ini orang tua angkat saya lah yang banyak berjasa kepada saya, walaupun terkadang mereka memerintah saya seperti pembantu dan seringkali memarahi saya tapi setidaknya mereka menganggap bahwa saya ada dan saya layak untuk mendapatkan belaian kasih sayang dari yang namanya manusia. Mereka yang telah membesarkan saya sejak lahir tidak akan mungkin saya tinggalkan begitu saja. Saya ingin membahagiakan mereka dahulu. Maafkan aku ibu…
Orang tua Katrina pun tidak bisa menyampaikan banyak kata-kata kepada Katrina. Hanya tetesan air mata saja yang hinggap di pipi mereka. Tidak lama kemudian mereka langsung berpisah kembali, Katrina pun pulang ke rumah orang tua angkatnya. Sesampainya di rumah Katrina berfikir bahwa sebenarnya ia ingin sekali tinggal bersama keluarga kandungnya. Tapi tidak mungkin ia dapat lakukan saat ini, karena jika ketahuan maka orang tua angkatnya akan marah dan tidak tahu apa yang akan dilakukan setelahnya, sebab mereka lah yang berjasa dalam membesarkan Katrina sampai saat ini. Tugas Katrina saat ini adalah belajar, belajar, dan belajar, dan ia ingin sekali segera menjemput kesuksesan di masa depan agar mampu untuk meraih impiannya yaitu hidup bersama orang tua dan keluarga kandungnya.
Kami guru SM3T baru menyadari bahwa di balik keceriaan Katrina selama ini, ternyata menyimpan luka yang amat dalam yang harus ia sembuhkan, dan tidak tahu kapan bisa sembuhnya. Kami semua menjadi tahu akan kesedihan Katrina selama ini. Saat ini setiap kali kami bertemu selalu memberikan motivasi kepadanya untuk tetap terus tersenyum, berjuang dan bekerja keras. Tiada kata lain yang bisa kami ungkapkan kepada Katrina selain kata "HEBAT". Begitu sangat hebatnya perjuangan Katrina di dalam situasi dan kondisi di daerah tapal batas ini. Kami mohon do'a restunya semoga Katrina besok dapat lulus dari SMA dengan nilai dan predikat yang baik, sehingga bisa melanjutkan perjalanan hidupnya ke jenjang selanjutnya. Semangat terus buat Katrina semoga kau bisa menjemput kesuksesan mu di masa depan.


“Aku Hidup Dengan Satu Tujuan Dan Dengan Tekad Yang Kuat”
Siswa ini bernama Arif, saat ini dia duduk di kelas XII. IPA. Rumahnya berada di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia tepatnya berada di Dusun Senebeh 1, Desa Sungkung 1, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Arif adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Dia adalah salah satu siswa yang mempunyai keterbatasan fisik, yaitu jari telunjuknya terputus sejak ia kecil karena terkena parang oleh kawannya. Waktu kecil ia hampir meninggal dunia karena sakit kemudian terlambat penanganannya sebab di daerahnya yaitu perbatasan antara Indonesia-Malaysia waktu itu hanya ada 1 petugas kesehatan dan itupun jaraknya jauh harus berjalan kaki kurang lebih 2 jam untuk sampai di lokasi pengobatan. Sewaktu duduk di bangku SMP Arif pernah pergi ke Malaysia bekerja sebagai tukang bangunan, perhari ia dibayar kurang lebih 10 Ringgit Malaysia. Hasil dari kerjanya ia gunakan untuk membayar sekolah dan membayar buku di sekolah. Saat ini ia jarang sekali diberi uang untuk biaya sekolah apalagi uang saku. Untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya ia pernah mencari pasir di sungai dan mengojek dari satu desa ke desa lain di daerahnya. Terkadang ia juga mengojek barang dari Entikong perbatasan antara Indonesia-Malaysia ke desa nya untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya. Arif mempunyai semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu, ia juga salah satu siswa yang aktif berorganisasi di sekolahnya. Terbukti ia mengikuti semua kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolahnya. Ia saat ini juga menjabat sebagai ketua GSP (Gerakan Siswa Pecinta Alam) di SMA N 1 Siding. Siswa dan siswi yang ada di SMA N 1 Siding mempercayakan ia menjadi ketua GSP karena dia yang memiliki jiwa pekerja keras, karakter yang baik, juga dapat dipercaya membuatnya dipilih oleh kawan-kawannya.
Di desanya Arif dikenal sebagai anak yang pendiam karena ia jarang sekali untuk keluar rumah. Pernah suatu ketika ada yang mengatakan bahwa ia tidak boleh berteman dengan guru dari jawa yang ditugaskan di daerah perbatasan, kemudian dengan tegas ia menjawab dalam hati dan mencatat di dalam sebuah buku catatan hariannya bahwa ia menuliskan: "Percayalah pada dirimu, jangan menganggap dirimu lemah, tapi buktikan pada semua orang bahwa kamu bisa, aku hidup dengan satu tujuan dan dengan tekad yang kuat, mimpi besar" begitulah kata-kata yang ia catat di buku hariannya sewaktu dia pulang sampai di rumah. Memang di dusunnya belum banyak yang sadar akan pendidikan, anak yang lulusan sarjana saja belum ada di dusun Arif, jadi maklum apabila banyak yang putus sekolah dan banyak yang menolak akan pendidikan, ini menyebabkan banyak anak-anak putus sekolah di lingkungan Arif, mereka lebih memilih bekerja karena bisa mendapatkan uang daripada pergi ke sekolah. Arif bercita-cita untuk menjadi seorang guru biologi atau seorang dokter. Jadi sekarang dia mempunyai harapan dan tekad yang besar untuk bisa menjadi lulusan sarjana agar bisa memajukan dan membuka pola pikir masyarakat untuk sadar akan pendidikan khususnya di daerah Arif. Bapak dan ibu nya Arif bekerja sebagai seorang petani dan pekebun di desanya. Ibu nya arif menderita sakit di tenggorokannya sejak lama, bahkan sampai saat ini pun masih sering kambuh yang menyebabkan ia tidak bisa bekerja di kebunnya.
Dahulu keluarga Arif mempunyai sedikit tabungan, ini sebenarnya akan digunakan salah satunya adalah untuk biaya pendidikan anak-anaknya tetapi semenjak ibunya dirawat di rumah sakit sampai harus operasi di tenggorokannya tabungan itu habis untuk biaya operasi. Saat ini bisa dibilang keluarga Arif hidup dalam kondisi pas-pasan. Dahulu Arif sering dituntut untuk bekerja pergi ke kebun. Walaupun semangat nya kadang menurun dalam belajar karena ia sering kali terlalu capek setelah berkebun tapi dia tidak pernah tidak masuk sekolah kecuali ada hal yang mendesak atau dia sakit. Tetapi sekarang kedua orangtua nya sadar bahwa hal yang terpenting untuk anak-anaknya adalah pendidikan, mulai sejak masuk SMA orang tua Arif tidak pernah membebani lagi untuk pergi ke kebun bekerja. Bahkan orang tua Arif berkeinginan untuk menyekolahkan ia sampai bisa lulus sarjana dengan kondisi yang sederhana ini, karena orang tuanya berharap Arif sebagai anak pertama yang harus memberikan teladan bagi adik-adiknya yang masih kecil. Dulu dia kerja di Malaysia untuk biaya sekolah, dari Indonesia ke Malaysia jalan kaki dan membutuhkan waktu selama 6 jam dengan melewati hutan. Setiap hari dia tidak pernah di beri uang saku ataupun biaya sekolah oleh orang tuanya. Dia membiayai sekolahnya dengan mencari pasir di sungai sampai saat ini. Kemampuan akademiknya memang tidak terlalu pintar, hanya sedang saja tapi semangat nya untuk pergi ke sekolah sangatlah luar biasa, rasa ingin tahu dan jiwa pekerja kerasnya selalu hinggap dalam diri dia untuk selalu belajar dan menuntut ilmu. Ia tak pernah tidak masuk sekolah. Sejak kecil usia 6 tahun dia diajarkan untuk memasak sendiri. Bahkan dia terkadang bangun jam 4 pagi untuk memberi makan ternak dan masak untuk sarapan pagi. Jam 6 baru lah dia berangkat ke sekolah. Dia pengen menjadi seorang tentara tapi karena jari telunjuk nya terputus dari kecil, harapan dia jadi hilang. Saat ini dia mendambakan untuk menjadi dokter atau guru biologi, mimpi dia adalah bisa kuliah di Jawa setelah lulus SMA, ia ingin menunjukkan bahwa dia sebenarnya bisa dan mampu untuk mengangkat derajat orang tua dan menunjukkan kepada semua orang bahwa anak di daerah perbatasan juga layak dan pantas untuk mendapatkan masa depan yang baik. Orang tua nya hanya bekerja sebagai petani, ibunya seringkali sakit sakit an, hingga tak bisa bekerja. Adik nya masih kecil, dan ada satu adiknya yg sudah putus sekolah karena terpengaruh oleh temannya untuk mencari uang. Pernah suatu ketika adiknya akan ditembak oleh bapaknya karena ia tidak mau sekolah. Hingga sampai saat inipun ada satu adik Arif yang tidak melanjutkan sekolahnya. Ia putus sekolah pada saat kelas 1 SMP. Maka dari itu Arif adalah salah satu anak yang diharapkan oleh orang tua nya untuk bisa mengangkat keluarganya di masa depan. Dan ia ingin sekali orang tua melihat anaknya membawa nama baik dan kemajuan di desa nya. Dan menginginkan anaknya bisa melanjutkan kuliah setelah lulus dari SMA.
Inilah salah satu cerita siswa yang ada di tapal batas, dengan segala keterbatasan yang ada ternyata mereka dapat menunjukkan bahwa mereka bisa mampu dan menginginkan masa depan yang baik untuk kampung mereka.

“Pak Guru … Bibi Ku Akan Membunuh Ku”
Siswa ini bernama Yeremias Badut, biasa dipanggil Badut. siswa yang sekarang berusia 17 tahun saat ini ia duduk di kelas XI SMA tepatnya di SMA N 1 Siding Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Rumahnya di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia beralamatkan di Dusun Medeng, Desa  Sungkung 2 Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat, hanya kurang lebih 6 jam saja untuk bisa sampai ke Malaysia dengan berjalan kaki. Dia adalah anak pertama dari 3 bersaudara, kedua adiknya saat ini duduk di bangku SD. Kedua orang tuanya adalah seorang petani/pekebun yang belum tentu bisa dipastikan penghasilannya di setiap tahunnya. Setiap hari orang tuanya bekerja di ladang dan kebun mulai dari pagi hingga gelap datang. Penghasilannya yang tidak menentu membuat orang tuanya dituntut untuk bisa membiayai ketiga anaknya, karena ketiga anaknya semua sekolah. Kehidupan dan perjuangan Badut bisa sampai sekolah di SMA ini ternyata tidaklah mudah banyak sepak terjal yang dialami dalam kehidupannya. Orangtua Badut yang hanya bekerja sebagai petani membuatnya kesulitan untuk menghidupi anak-anaknya, pernah sewaktu kecil saat Badut masih sekolah dasar berbulan-bulan ia dan keluarganya tidak makan nasi tapi memakan ubi dan jagung yang dibuat nasi untuk makan sehari-hari. Memang pada waktu itu sangatlah sulit dalam membeli beras jika panen belum tiba di desa. Badut juga pernah akan dibunuh oleh bibi nya sendiri karena pada waktu itu terjadi masalah antara keluarga Badut dan keluarga bibinya Badut. Masalahnya adalah karena tanah yang merupakan milik kakek Badut yang menurut bibinya Badut masih menjadi milik bersama ditanami padi oleh keluarga Badut, kemudian bibi nya tidak terima. Padahal sesungguhnya tanah itu sudah dibagi dan kakek Badut memperbolehkan untuk menanam padi di  tanah tersebut. Hingga pada suatu ketika Badut akan dibunuh oleh bibinya saat ia ditinggalkan oleh bapak dan ibunya pergi ke ladang. Tapi sampai saat ini bibinya Badut selalu gagal untuk membunuh Badut. Hingga pada akhirnya sampai saat ini bibinya masih menyimpan dendam kepada keluarga Badut. Bibinya pun bersumpah tidak akan membantu apapun jika terjadi kesulitan di keluarga Badut. Walaupun terjadi banyak masalah di dalam keluarga, orang tua Badut selalu yakin bahwa keluarganya akan senantiasa diberi keselamatan dan kedamaian jika yang mereka lakukan adalah sesuatu hal yang baik. Dan orang tua Badutpun berkomitmen untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai bisa duduk di bangku kuliah dan bisa lulus dengan membawa kesuksesan buat anak-anaknya entah bagaimanapun caranya akan dilakukan oleh orang tuanya. Badut saat ini adalah salah satu siswa kelas XI. IPA yang mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi dalam menuntut ilmu.
Di sekolah Badut selalu mengikuti pelajaran dengan baik, bahkan jarang sekali tidak masuk sekolah. Kecuali ada hal penting ataupun sakit berat ia barulah tidak berangkat ke sekolah. Setiap hari ia berangkat sekolah dengan berjalan kaki dari rumah sampai sekolahnya. Jarak yang ditempuh dari rumah sampai sekolah kurang lebih 45 menit. Itu ia lakukan setiap hari dari dulu sampai sekarang. Saat berada di sekolah Badut mengikuti pelajaran dengan baik, kemampuan akademiknya tidaklah begitu tinggi tetapi dia mempunyai kemauan, motivasi, dan rasa ingin tahu yang besar dalam belajar dan setiap mengikuti pelajaran yang ada di sekolah. Inilah yang membuat sosok Badut aktif dalam belajar dan menuntut ilmu di setiap kesempatan. Walaupun Badut tidak mempunyai kemampuan akademik yang tinggi tapi dia mempunyai kemampuan yang baik dalam bidang olahraga, seperti olahraga voli dan sepak bola. Ia juga merupakan salah satu siswa yang aktif dalam berbagai kegiatan terbukti saat ini ia mengikuti semua ekstrakurikuler yang diadakan oleh sekolah bahkan saat ini menjabat sebagai ketua ekstrakurikuler karate di sekolahnya. Badut mempunyai cita-cita untuk menjadi polisi atau guru, usia nya yang sekarang sudah beranjak dewasa dia mulai berfikir bahwa hidup ini memang susah ketika terus menjadi petani yang belum menentu penghasilannya. Penghasilan keluarga dari hasil bertani yang tidak menentu membuatnya seringkali terkendala masalah biaya, dan kebutuhan hidup dalam keluarganya pun harus tetap dipenuhi. Bahkan dulu pernah pergi ke Malaysia bekerja mencari uang untuk membayar buku LKS di sekolah. Di Malaysia ia bekerja di kebun, setiap hari berkebun dengan dibayar kurang lebih 10 ringgit per harinya. Setiap kali di sekolah anak ini selalu bersemangat tapi terkadang terkendala masalah  biaya sehingga menyebabkan ia setelah sekolah harus bekerja di kebun atau ke ladang. Kemampuan akademiknya pun rendah, bahkan membaca saja terkadang masih sedikit terbata-bata, apalagi untuk menghitung masih mengalami kesulitan. Tapi semangatnya untuk terus sekolah dan menempuh pendidikan sangat besar dan luar bisa.  Mulai dari sekarang dia sudah mulai menabung sedikit demi sedikit untuk bekal masa depannya, walaupun terkadang tabungan itu seringkali diambil nya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk kebutuhan biaya sekolah. Setiap hari ia tak pernah dikasih uang saku, jadi terkadang harus mencari uang sendiri dengan bekerja di ladang. Bahkan untuk sekedar membeli buku tulis satu pun ia pernah harus berhutang dahulu di warung. Di sekolah ia terkadang sakit perut karena tidak sarapan, padahal energi yang dibutuhkan untuk menuju ke sekolah sangatlah banyak, karena ia harus berjalan kaki saat pergi dan pulang sekolah. Begitulah kurang lebih salah satu cerita anak negeri yang berasal dari daerah tapal batas antara Indonesia-Malaysia.


"Perpisahan Ini Untuk Kita Jumpa Lagi"
Satu tahun berjuang dan mengabdi di Sungkung belum cukup rasanya jika harus meninggalkan semua ukiran kenangan yang sudah terbentuk selama di daerah pengabdian. Tepat satu tahun kami mengabdi dan kabar itu sudah mulai terdengar bahwa kita harus segera kembali ke daerah asal untuk melanjutkan pendidikan kuliah profesi guru. Di setiap langkah kami selalu terekam semua kenangan indah selama di daerah penempatan. Bapak, mamak, adek dan kakak angkat di kampung tempat pengabdian kami merasa sangat kehilangan jika kami harus berpisah secepat ini, tapi apa daya kami tidak bisa bertindak dan menunda untuk perpisahan ini. Siswa-siswi di sekolah  merasakan kehilangan sosok guru SM3T yang selalu ia jumpai dan selalu ia berikan salam ketika berada di sekolah maupun di kampungnya. Satu tahun serasa waktu yang singkat untuk sebuah nama yang disebut dengan pengabdian. Bapak dan Ibu guru di sekolah merasa sendiri lagi dengan berakhirnya tugas pengabdian kami. Tapi kami selalu memberikan dukungan kepada Bapak dan Ibu guru di sekolah untuk tetap terus berjuang walaupun berada di daerah perbatasan dan ketika sudah tidak ada kami lagi. Tetapi kami berjanji sampai saat ini kami masih bersedia untuk membantu melaksanakan tugas sekolah yang dapat kami kerjakan selama kami tidak berada di sekolah lagi. Hal ini saya lakukan karena mengingat pekerjaan di sekolah yang banyak sedangkan sumber daya guru yang ada di sekolah sangat terbatas. Kami tidak ingin siswa yang akan menjadi korban karena tidak terlaksananya pekerjaan sekolah yang harus dikerjakan oleh guru.
Hari Jumat, tanggal 18 Agustus 2017 tibalah waktunya kami untuk melakukan kegiatan perpisahan di sekolah. Diawali dengan beberapa sambutan hingga akhirnya kami meminta maaf dan meminta izin pamit untuk kembali pulang ke daerah kami. Sontak semua yang berada di ruangan merasa sangat sedih dengan berakhirnya tugas kami. Diakhiri kami memberikan motivasi kepada semua siswa untuk tetap terus berjuang untuk meraih masa depan, walaupun berada di daerah perbatasan tetaplah untuk selalu berjuang dengan kemampuan yang kita miliki untuk dapat meraih mimpi-mimpi kita. Kemudian semua guru dan siswa  berjabat tangan dengan kami semuanya dengan tangis haru, sedih semuanya bercampur menjadi satu. Kami pun sebaliknya tangisan itu tidak dapat kami tahan hingga air mata ini membasahi wajah kami.

Alhamdulillah selama satu tahun mengabdi kami telah melakukan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk kemajuan di bidang pendidikan maupun di masyarakat. Mulai dari kegiatan  paskibra, persami, diklatsar, ekstrakurikuler sampai dengan kegiatan intrakurikuler kami lakukan dengan sepenuh hati dan rasa ikhlas demi masa depan siswa di daerah pelosok negeri ini.
Kepala sekolah dan Bapak/Ibu guru juga banyak menyampaikan pesan kepada kami dan turut mendoakan kesuksesan kami setelah menjalankan pengabdian selama satu tahun di sekolah. Dan mereka mengharapkan untuk selanjutnya kami dapat mengabdi kembali di SMA N 1 Siding, karena dirasa begitu sangat membantu dengan hadirnya guru SM3T ini. Malam harinya kami diundang ke kampung untuk dibuatkan sebuah acara perpisahan dengan berakhirnya tugas kami. Semua kalangan masyarakat diundang untuk acara ini, dan kami sungguh tidak menyangka masyarakat sampai membuatkan acara yang begitu megah dengan dihadiri oleh kepala desa, perangkat desa dan tokoh masyarakat yang ada di Desa Sungkung. Hingga pada akhirnya kami mengucapkan selamat tinggal dan permohonan maaf kami kepada seluruh komponen masyarakat yang ada di Desa Sungkung. Di akhir acara kami semua berjabat tangan dengan tangisan yang sebenarnya perpisahan ini tidak mereka inginkan. Tapi masyarakat yakin bahwa sesungguhnya perpisahan ini adalah untuk kita jumpa kembali di esok hari yang akan datang. Dan kami mengamini apa yang sudah disampaikan masyarakat kepada kami.
Esok hari pada Sabtu, 19 Agustus 2017 pukul 10.00 kami semua sudah bersiap meninggalkan sekolah dan meninggalkan kampung Desa Sungkung. Untuk yang terakhir kami semua berpamitan kepada orang tua angkat kami di kampung dan semua masyarakat yang ada di Desa Sungkung. Hingga pada akhirnya kami pulang dengan di guyur hujan diperjalanan. Inilah kisah terakhir kami di desa pengabdian kami untuk mendidik putra putri bangsa yang ada di negeri ini. Dan saya merasa bangga menjadi bagian dari SM3T angkatan VI ini. Dengan ini saya dapat belajar dan berkontribusi untuk mencerdaskan bangsa ini di pelosok negeri. Sungguh satu tahun pengalaman yang luar biasa untuk satu nama yang disebut dengan pengabdian.
Terimakasih SM3T, Salam cinta dari saya Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia.
Memang kami tidak bisa memberikan hal yang besar kepada mereka, tapi kami akan selalu memberikan hal yang terbaik dengan rasa cinta kami yang besar kepada mereka ...
Oleh: Rochmat Triyanto_SM3T Penempatan Kab. Bengkayang Prov. Kalimantan Barat

Merdeka Belajar

 Merdeka Belajar Kebebasan setiap individu atas hak-haknya tanpa melanggar atau mengambil hak kebebasan individu lain-Ki HadjarDewantara Leb...